[20] BAPERAN

75 22 5
                                    

Aku mengenal mu tanpa sengaja, dan mulai menyukai mu tiba-tiba. Apakah kau merasakan yang sama?
.
.

HAPPY READING
SYAILA STORY’







“Heh kutu air, selepas ini ada yang mau gue bilang”







Aku tersedak, seenak jidat dia memanggil ku dengan nama itu, “Heh Mikroba, seenak jidat lo manggil gue kayak gitu”




“Tunggu gue di tempat yang tadi sore”





Aku menggrutu sendiri, “Au, mager aku tu mas”



Egi menatap ku lalu melanjutkan makan nya. Aku balik menatap nya ketika ia melanjutkan makan nya. Jika lebih diteliti, Egi terlihat sangat rapih. Rambut hitam rapi, kulit putih, bola mata coklat, dan juga memiliki kumis tipis yang menurut ku itu menjadi poin utama, bisa dikatakan Egi cogan alias cowo ganteng.




Ketika aku sedang enak-enak nya menelaah Egi lebih dalam, aku ketahuan oleh sang pemilik tubuh.



“Apa lo liat-liat? gue cukil tu mata” ancam Egi.


Aku mengerinyitkan dahi, “Sok iye lu, muka lo burik gitu”



Tapi, tatapan ku tetap menuju ke kumis tipis nya.


“Udah tau burik kenapa masih nengok?”




“Ngawur lo” desis ku.




Egi memilih bungkam lalu meninggalkan meja makan, “Tante, makasih lo makanan nya. Enak banget, Egi mau pergi sama kutu air boleh?”




Aku menatap Riana, lalu Riana tersenyum simpul kearahku, “Boleh, tapi gak boleh lama-lama”



Aku kini menatap Joy, berharap Joy akan menolong ku dengan tidak mengizinkan Egi, namun apalah daya. Joy memilih diam saja, tak ingin berkomentar.



“Yok!” ucap Egi sambil memegang tangan ku.




Seketika,badan ku membeku. Seperti es, tidak dapat bergerak. Namun Egi mengeratkan cengkraman tangan nya.




“Syai!, ayo!” ucap Egi kini penuh penekanan, seperti orang yang sedang memaksa.



Aku berdiri dan mengikuti Egi dari belakang. Bukan nya aku takut, tapi perihal tangan ku yang masih dipegang oleh Egi menjadi penyebab aku berjalan dibelakang nya.




“Lepasin tangan gue!” bentak ku.



Egi yang mendengar perkataan ku langsung melepaskan pegangan nya, “Maaf.”


Aku mendengus kesal, gada akhlak ni orang. Baik nya di awal aja, gada bagus-bagus nya.


“Maaf, gue pengen lebih dekat lagi sama lo” balas Egi lirih.


“Kalo gitu, gue dibaikin, gausah pake acara maksa-maksa. Gue ga suka!” bentak ku.



“Maaf.” Ucap Egi untuk ketiga kali nya.


Aku merasa iba. Apa aku terlalu kejam? Ah faktor pms kali. Egi aja yang ga peka. Tapi apa guna nya Egi peka? Au, ngawur deh otak gue.



“Lo seriusan ga punya temen selain gue?” tanya Egi tiba-tiba.


Aku menoleh kearah nya, lalu menatap lesu kearah jembatan di depan kami saat ini, penuh keramaian, “Kalo gue berdiri disana dan ditabrak orang, ga ada satupun yang mau nolongin gue”




Egi mencoba memahami perkataan ku, aku sengaja membuatnya bingung. Karna aku tak ingin ambil pusing tentang masalah ini.



“Gue pernah disakiti sampe ke ubun-ubun, ga fisik ataupun mental. Gue menjadi keras kepala seperti ini ada alasan nya.”



Egi sepertinya penasaran dengan kisah kelam ku, “Apa alasan yang membuat lo seperti ini?”



Aku tersenyum miring dan mengehella napas, “Gue pernah kehilangan seseorang yang paling gue sayangi selama di dunia ini.”



“Seseorang yang ada di setiap keberhasilan, dan juga keterpurukan gue. Dia yang menjadi satu-satu nya di hidup gue. Ga bakalan ada yang bisa seperti dia.”





“Mantan pacar lo?” tanya Egi.





Aku tertawa mendengar perkataan Egi, “Gue gapunya mantan yaelah”



“Lha terus?” ucap Egi bersemangat.




“Sahabat gue meninggal gegara kecerobohan gue”



Egi menatap ku tak percaya, “Lah kok bisa?”



“Hm, udah lah gue gabisa bahas itu lagi”


Lalu Egi merangkul pundak ku, “Jangan pernah nyalahin diri sendiri, itu udah takdir sahabat kamu. Lebih bagus kalo kamu doain dia disana supaya tenang”


Aku menatap Egi lesu, lalu aku memajukan kepala ku agar lebih bisa melihat wajah manis nya itu. Egi merasakan ada yang aneh dengan jarak kami perlahan menghindar, tapi aku tetap mendekati nya.



“Gue suka kumis tipis lo” ucap ku sambil tertawa jahil.



Egi terlihat kesal, lalu membuang muka, “Lo berbakat jadi pakgirl”




Tawa ku semakin keras, “Hayoloo, suka lo sama gue?”



Egi yang tadi cemungut seketika diam. Aku terheran, apa yang aku katakan tadi salah?.









“Egi, lo kok di..”



Tiba-tiba terdengar suara teriakan Riana dari kejauhan. Kami menoleh ke arah sumber suara.


“Gue duluan” datar nya.



Aku melihat pungguk itu berlari menuju rumah nya. Aku merasa bersalah karna hal tadi, padahal niat nya cuman becandaan aja. Aku takut Egi merasa tidak nyaman dengan perkataan ku tadi. Aku memutuskan untuk meminta maaf esok pagi.



Aku berjalan menuju rumah ku, lalu kulihat Riana memegang sapu ijuk yang ia gunakan tadi sore untuk menyapu halaman.



“Hayolo, ngapain kamu sama Egi?” ucap Riana sambil memukul kaki ku dengan sapu ijuk itu.



Aku meringis, “Aduh bun, sakit ini!”


“Malam-malam keluar, sama cowok lagi!” marah Riana.


“Yaelah bun, tadi bunda juga kan yang ngizinin”



“Bunda titip pesan aja ya, kamu jangan mau diapa-apain sama orang, ato kamu apa-apain anak orang.”


Aku menepuk jidat ku yang luas seperti landasan pesawat, “Astaghfirullah bun!, Syaila ga kayak orang-orang diluaran itu!”



“Yaudah, masuk! Trus tidur, udah jam berapa ini?”




Aku mengangguk pelan lalu memasuki rumah baru ku nan super kecil ini. Aku berharap Egi baik-baik aja, dan tidak merasa tersinggung atas pertanyaan ku tadi.



"Semoga aja Egi ga Baperan orang nya"



*****

~To be continued

Syaila [Completed]Where stories live. Discover now