30

104 11 0
                                    

BIP! BIP! BIP!

Aku membuka mataku perlahan saat alarm jam tanganku berbunyi.
Oh.. tulangku..!
Sakit sekali tidur di sofa ini.
Kuregangkan ototku dan melihat jam tanganku.

Pukul tujuh.

Aku segera bangun dari sofa dan merapikan sofaku.
Perlahan, aku naik ke kamarku untuk mengambil handuk dan pakaian baruku. Tidak mungkin aku membersihkan diriku di kamar mandi dalam kamarku. Flo pasti akan terganggu dengan suara gemericik air. Atau.. aku takut dia bangun tiba-tiba untuk buang air kecil! Bahaya kalau dia tahu aku sedang mandi di dalam!

Kubuka pintu kamarku perlahan.
Flo masih tertidur pulas. Aku menghela napasku pelan sambil tersenyum dan membuka pintu lemariku perlahan.
Baiklah, jangan membuat suara sedikitpun. Segera kuambil pertama pakaian dalamku, kemeja, celana, dan dasi. Serta kuambil sikat gigi baru untuk Flo.

Aku menyobek kertas dan menuliskan surat untuk Flo.

'Selamat pagi, ini sikat gigimu."

Kututup pelan pintu lemariku, dan kutaruh sikat gigi itu di atas nakas lalu aku segera keluar dari kamarku untuk membersihkan diriku.

~~

"Wae?! Kau mengajak Flo tidur?! Dasar gila!!"

"Aniya, Arthur!! Aku sama sekali tidak mengajak Flo tidur! Dia ketiduran di Apartmentku! Aku membawanya ke kamarku.."

"Kau ini!!! Lalu kau tidur bersamanya?! Sama saja!!"

"Tidak! Aku tidur di sofa! Lihat!"

Aku mengubah mode kameraku menjadi kamera belakang.

"Masih ada bantal dan selimut di sofaku! Aku bukan pria brengsek!"

Arthur terdiam.

"Di mana Flo sekarang?"

"Masih belum bangun. Dia masih tertidur di kamarku."

Aku mengaduk adonan pancake.

"Kasihan sekali Florence. Perempuan cantik seperti itu harus disakiti oleh pria seperti Ryan." timpal Noel.

"Setidaknya dia sudah tahu kalau Ryan itu brengsek." tambah Johan.

Aku hanya mengangguk.

"Dia sudah tahu akhirnya kalau kau tidak berbicara omong kosong." kata Arthur.

"Jadi.. Flo sudah putus dengan Ryan?" tanya Noel.

"Sudah.. Flo sudah memutuskan Ryan."

"Kau tidak mau menjadikannya kekasihmu? Aku yakin Flo akan sangat nyaman dan aman bersamamu. Dia akan bahagia denganmu." kata Johan.

Aku menggeleng.

"Sekarang aku lebih nyaman Flo menjadi sahabatku. Entahlah, aku merasa seperti itu."

Aku menuangkan adonan pancake di atas teflon.

"Tapi kau bukan pria seperti itu, Henry."

"Aku tahu, Arthur. Aku tetap tidak mau menjadikan Flo kekasihku."

"Henry-oppa?"

Aku menoleh ke belakang.

"Selamat pagi, Flo."

"Selamat pagi.. kau berbicara dengan siapa?"

"Dengan teman-temanku."

"Di mana mereka?"

"Kemarilah."

Flo menghampiriku. Aku menunjukkan jam tanganku.

"Annyeonghasseo, Florence!!" sapa Noel.

Time TravellerWhere stories live. Discover now