20

110 12 0
                                    

21.00

"Jadi Ryan menarik dasinya Henry?"

"Yah, begitulah yang Henry ceritakan padaku."

Aku melirik pada Richard yang sedang berbicara video call dengan Arthur, Johan, dan Noel.

"Ini gila, bagaimana keadaan Henry? Apa dia baik-baik saja?"

Aku mendekati Richard sambil menyajikan teh camomile dan duduk di sampingnya.

"Aku baik-baik saja, hanya saja. Aku hampir sama sekali tidak bisa bernapas gara-gara si Ryan."

"Thanks, Henry."
Richard menyesap teh buatanku.

"Harusnya kau menarik balik dasi Ryan." kata Noel.

"Ryan tidak memakai dasi, Noel. Dia hanya memakai hem biru tua saja."

"Ow.."

"Ryan brutal juga rupanya." ucap Henry sambil memakan Jajjangmyeonnya.

"Untung saja dia melepaskanmu, kalau tidak. Kau akan pingsan kehilangan napasmu." lanjutnya.

"Iya, untung saja. Apalagi yang Ryan lakukan padamu, Henry? Jangan bilang Ryan tidak hanya mencekikmu?" tanya Richard.

"Tidak, hanya itu. Lainnya hanya omong kosong dan kata-kata kasar yang dia lontarkan kepadaku."

"Berani sekali dia melemparimu dengan kata-kata kasar! Ini tidak bisa dibiarkan!! Dia pikir dia siapa?!" marah Johan.

Aku tersenyum.

"Tenang saja, Johan. Yang penting aku baik-baik saja 'kan?"

"Hanya saja..."

Aku memegang tengkukku.

"Ryan benar-benar mengklaim kalau Flo adalah miliknya seorang. Tidak ada yang boleh memiliki Flo selain dirinya. Itu seketika membuat dadaku sesak dan nyeri. Seolah-olah Ryan berpikir aku sama sekali tidak layak untuk Flo. Bahkan, cocok saja tidak. Itu menyakitkan.."

"Sudahlah, Henry. Jangan terlalu dipikirkan, sudah kubilang padamu 'kan? Kau itu pantas untuk bahagia. Bahagiamu bukan hanya Flo."

"Richard benar, kau bisa bahagia tanpa Flo. Kau pasti bisa, Henry." kata Arthur.

Aku menghela napas pelan.

"Entahlah, ini semakin sulit. Setiap malam, Flo masih suka meneleponku."

"Jinjja?"

"Apa artinya 'jinjja'?" tanya Richard.

"Really?"

Richard mengangguk paham.

"Every night, Flo always calls me. I'm confused, should I hang up or not."

"Memangnya dia membicarakan apa saja denganmu?" tanya Johan.

"Not much.. hanya kegiatannya. Tapi dia jarang sekali menceritakan kegiatannya bersama Ryan, yang sering dia ceritakan kegiatannya bersama keluarganya, dan anjing sepupunya Vanilla. Semalam, dia menceritakan kegiatannya bersama ayahnya, mereka menanam bunga Lily di halaman belakang rumah."

"Lalu?" tanya Noel.

"Entahlah, Noel. Ini sangat membingungkanku, perasaan ini sangat membuatku bingung. Di sisi lain aku senang sekali Flo meneleponku dan menceritakan aktivitasnya kepadaku. Namun, di sisi lain aku juga sedih pada kenyataan kalau Flo sudah menjadi kekasih orang. Seharusnya Flo tidak meneleponku malam-malam, aku merasa.. sebagai selingkuhan Flo."

"Baguslah, Henry. Kau rebut saja Flo dari Ryan." kata Johan.

"Ayolah, Johan. Jangan gila, aku tidak sejahat itu untuk merusak hubungan orang lain." kata Richard

Time TravellerWhere stories live. Discover now