10

194 19 0
                                    

22.00

"Hei, kukirim foto seseorang.." ucapku pada jamku.

"Woah.. yeppeo!" ucap Noel.

"Ini yang namanya Florence?" tanya Johan.

"Tentu saja, cantik 'kan?"

"Wah.. dia sangat cantik!" ucap Arthur.

"Pacarmu?" tambah Arthur.

"Bukan, temanku. Tapi suatu saat, dia akan jadi pacarku, hahahahahaha!!!!"

"Dia gadis tahun '30 Henry, kau harus paham." kata Johan.

"Lalu apa masalahnya? Dia masih berumur dua puluh tahun."

"Kalau tahun 2020, berarti.. dia umur.. *gasp* sembilan puluh tahun!" kata Johan.

Aku terdiam.

Flo sebenarnya sudah berumur sembilan puluh tahun.

"Apa dia masih hidup?"

"Kami tidak tahu, umur hanya Tuhan yang tahu."

Aku menghela napas pelan. Mereka benar, seharusnya aku sadar akan hal itu, Flo itu sudah lansia. Mana mungkin aku berpacaran dengan lansia. Tapi dalam hatiku aku menyukai Flo yang tahun '30.

"Kau yakin menyukai lansia, Henry?" tanya Johan sambil terkekeh.

"Kita juga tidak tahu, apakah Flo itu masih hidup atau sudah meninggal." tambah Noel.

Ah, Noel benar. Di tahun 2020 apakah Flo masih hidup dan masih sehat.
Aku berharap, dia masih sehat.

"Aku benar-benar menyukai Flo pada pandangan pertama."

"Kami tahu itu, Henry. Tapi-"

Terdengar helaan napas Arthur.

"Ada apa, Arthur?"

"Kau harus tahu ini."

"Wae?"

"Setelah kau kembali kesini, mereka semua akan lupa akan keberadaanmu. Orang-orang yang kau kenal, pekerjaanmu, apartment yang kau tempati.. bahkan Flo akan lupa padamu."

"M-mwo?"

"Maja." tambah Noel.

"Flo akan lupa padamu setelah kau kembali ke abadmu. Dia akan sepenuhnya lupa kepadamu."

"Kau pasti bercanda, Johan."

"Apa perkataanku terlihat bercanda, huh?"

Hening antara aku dan teman-temanku. Aku sungguh kaget, aku tidak sanggup bila Flo melupakan aku.

"Kau akan mengingat Flo dan orang yang kau kenali di sana. Tapi tidak dengan mereka. Jika kau kembali lagi ke sana untuk kedua kalinya, semuanya akan poof! Kembali seperti awal." kata Arthur.

Kuhela napasku pelan.

"Setidaknya, biarkan aku memiliki Flo sebelum aku kembali dan dia melupakan aku."

"Kalau kau bersikeras, kami tidak bisa memaksamu." ucap Noel.

"Aku harus tidur, besok aku harus bekerja."

"Tidurlah, Henry. Selamat malam." kata Johan.

Kumatikan jam di teleponku, dan membaringkan diriku di kasurku.

KRIIINGG!!! KRIINGG!!!

Aku menoleh ke arah telponku yang berbunyi. Kuangkat gagang telepon itu, dan menempelkannya pada telinga kananku.

"Hello?"

"Henry?"

Flo?

Dari mana dia dapat nomor apartmentku? Ah, aku lupa. Aku memberikan nomor apartmentku saat di taman kota tadi.

Time TravellerWhere stories live. Discover now