29

99 11 0
                                    

Aku semakin berjalan menjauh meninggalkan Flo yang tengah berdiri sambil menangis. Dia masih tetap menangis, raungan pelan terdengar memasuki telingaku.

Hatiku tidak enak.
Perasaan sedih mulai menyeruak seisi hatiku.
Gadis ini terlalu lembut dan disakiti seperti itu oleh kekasihnya.
Ah, aku jadi tidak tega.

Aku membuang semua pikiran itu dan lanjut berjalan.
Di sini juga sepi, Flo tidak aman kalau menangis di sini sendirian.
Aku hanya takut Flo tidak suka kalau aku mencampuri urusannya.

Perasaanku semakin tidak enak akan Flo. Hatiku bolak-balik memintaku untuk segera menolong Flo apapun yang akan terjadi. Tapi aku tidak mau mendengarkan hatiku hanya karena ke egoisanku sendiri yang terlalu berpaku pada perkataan Flo yang tidak mau aku mencampuri urusannya.
Namun, seolah-olah hatiku selalu mengobrak-abrikku dengan memberikan rasa tidak nyaman dan sesak di dalam diriku.

Aku menutup mataku.
Kuhela napasku dan membuka mataku.

Persetan dengan apa yang akan terjadi padaku kalau aku mencampuri urusan Flo. Ini saat aku mendengarkan dan menuruti apa yang hatiku mau.
Kalaupun Flo akan menamparku lagi, tidak apa. Setidaknya aku sudah membantunya menenangkannya.

Aku berbalik dan berjalan menghampiri Flo yang masih saja menangis.

"He-Henry?"

"Ikut aku."

Aku menggenggam tangan Flo yang basah karena air matanya ke mobilku.

Selama di mobil aku dan Flo saling diam. Tidak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan. Aku hanya fokus pada jalanan, sedangkan Flo bolak-balik menyeka air matanya.

"Aku akan mengantarkanmu pulang. Tenangkanlah dirimu." kataku berusaha setenang mungkin.

Flo masih terisak.
Kemudian ia menenangkan dirinya.

"Bawa aku ke Apartmentmu."

Aku sedikit membelalakkan mataku, sontak kuinjak rem dan melirik ke arah Flo.

Hah?! Apa?!
Yang benar saja aku membawa perempuan ke Apartmentku!

"Flo, tapi-"

"Bawa aku ke Apartmentmu, Henry. Aku sedang malas pulang ke rumah. Orangtuaku pergi ke Jerman, aku tidak mau sendirian di rumah."

Ah..
Pantas saja.

Kujalankan mobilku dan membelokkan mobilku ke jalan menuju Apartmentku kemudian memarkirkan mobilku di area parkir.

Kubukakan pintu mobilku untuk Flo. Flo keluar dari mobilku dengan tatapan nanar.
Aku mengajak Flo masuk ke dalam lobby apartment dan naik ke kamarku.

Percayalah, aku tidak melakukan macam-macam terhadap Flo.

"Silakan masuk."

Flo hanya mengangguk dan masuk ke dalam kamar Apartmentku. Dia melepas sepatu high heelsnya dan langsung menuju dapur. Flo menarik kursi makanku, dan duduk di situ.
Flo kembali menutup mukanya dengan kedua tangannya dan menangis lagi.

"Hiks! Hiks! Hiks! Ugh... hiks!"

Aku menghela napas pelan, dan melepas sepatuku serta menata sepatu Flo di rak sepatu.
Aku berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Flo minum.

"Ini, coklat panas. Siapa tahu bisa menenangkanmu."

Aku menyodorkan segelas berisi coklat panas di depan Flo. Flo membuka tangannya dan mengambil gelas itu.
Perlahan ia menyesap coklat panas itu. Napasnya masih sesenggukkan.

Time TravellerWhere stories live. Discover now