5

449 34 0
                                    

Kami saling berpandangan.

"Masuk ke dalam kapsul itu? Yang benar saja..!" kata Johan.

"Kita sudah berhasil di percobaan, teman. Mesin ini sudah berfungsi!"

"Tidak.. aku takut, aku tidak mau masuk ke dalam sana! Aku takut tidak bisa kembali.." ucap Noel.

Arthur menghela napasnya.

"Tidak masalah, Noel. Kau, Johan?"

"Aku tidak mau menghabiskan waktuku menjelajah masa lalu, atau masa depan. Biar aku yang menjelajahinya perlahan. Kenapa tidak kau saja yang masuk kesana, Arthur?"

"Kalau aku yang masuk kesana, siapa yang akan memrogram mesinnya?"

Arthur melipat kedua tangannya.

"Lalu, tidak ada yang mau mencoba mesin ini? Kita sudah capek-capek memperbaiki mesin ini loh! Dan hanya satu kali percobaan terhadap sebuah melon? Ayolah, sia-sia kita menghabiskan banyak energi untuk memperbaiki mesin tua ini menjadi mesin baru!"

Aku menghela napas pelan sambil memandang ketiga temanku ini.

"Aku akan mencobanya."

Arthur, Noel, dan Johan menoleh ke arahku.

"Wae?" tanyaku.

"Ka-kau akan masuk kesana?" tanya Noel.

"Tentu saja.. kalian tidak ada yang mau mencobanya kan? Maka aku saja yang akan mencobanya."

"Baiklah, bila kau ingin mencobanya." ucap Arthur.

Aku berjalan membuka pintu kapsul itu.

"Kau ingin dibawa kemana?" tanya Arthur.

"Bawa aku ke Seoul tahun 1990."

Arthur menghampiriku. Ia mengambil tangan kiriku dan memasangkan sebuah jam.
Arthur juga memberikan charger untuk mengisi daya jamnya.

"Jam ini terhubung denganku, Noel, dan Johan. Ini adalah alat komunikasimu dengan kami. Di sini kau juga bisa melakukan video call. Beritahu kami apapun yang kau lihat. Jangan lupa mengisi daya jammu."

Ia juga mengalungkan kamera Polaroid di leherku.

"Fotokan apa saja yang kau lihat."

Aku mengangguk paham.

"Masuklah, Henry. Noel, atur waktu dan tempatnya."

Johan menghampiriku.

"Jaga dirimu baik-baik, Henry."

"Pasti, Johan. Doakan aku."

"Sampai bertemu kembali, Henry!!"

Aku tersenyum pada Noel.

Johan menutup pintu kapsul itu. Aku melihat sekelilingku, tampak sempit tapi tidak terlalu sempit. Di sini agak dingin, namun tidak membuat napasku sesak.

"Kau siap, Henry?" tanya Arthur.

"Aku siap!"

"Bawa dia pergi, Noel!"

Semuanya gelap.

~~

Aku membuka mataku perlahan. Langit-langit bernuansa sangat klasik menyambut penglihatanku, aku mencoba memfokuskan pandanganku pada sekitar.

Apa aku sudah di Seoul tahun 1990?

Aku meraba pelan tempat yang kududuki. Ternyata, aku di tempat tidur.
Kamar siapa ini?
Aku duduk di kasur sambil masih memandangi sekitar.

Time TravellerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz