24

94 14 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan, lagi-lagi alarm pagi membangunkanku. Kumatikan alarmku dan meregangkan ototku sejenak. Kubuka gorden jendelaku dan melihat langit yang penuh ditutupi awan sehingga sinar matahari tidak begitu menyilaukan mata.

Sudah saatnya aku membuang semua perasaan ini. Aku bukan pria yang diingan Flo, sudah saatnya aku move on darinya. Kusunggingkan senyumanku dan mengangguk pelan.

We shouldn't be together.
I'm fine..
I'll be fine..

Aku mengambil handukku, dan masuk ke dalam kamar mandiku.
Kulihat pantulan diriku di cermin.
Lebam dan luka di sudut bibirku sudah lumayan hilang tapi masih berbekas biru dan darah yang sudah mengering.

Aku mengacak rambut pelan dan tersenyum.
Aku masih tampan kok..

Aku menyikat gigiku dan membersihkan mukaku.
Aish.. perih sekali!

~~

Hari ini pakai kemeja warna apa ya?
Aku mengambil kemeja putih dengan dasi berwarna hitam, celana kain berwarna abu-abu, dan jasku berwarna senada dengan celana kainku.

Hari ini, aku akan baik-baik saja.

Kulepas bathrobeku, mengambil kemejaku dan memakainya setelah itu celana dan dasiku.

DING! DONG!

"Yes?"

Aku berlari kecil turun dari tangga lantai dua dan membuka pintu Apartmentku.

"Annyeong, Henry!!!"

Aku terkejut saat Richard, James, dan Kevin mengunjungiku.

"Oh! God! Kalian semua pagi-pagi sudah kemari?!"

"Tentu saja! Kami ingin menyemangati seseorang yang akan move on!"

Hatiku menghangat. Aku tersenyum.

"Kami sudah membuat adonan pancake untuk sarapan hari ini. Uh.. kami tidak tahu apakah rasanya enak atau tidak."

"Ayo, masuklah.."

"Woah.. Apartment Henry rapi sekali.. kau pasti sering membersihkan Apartmentmu." ucap James.

"Tiga hari sekali kubersihkan."
Aku menuang adonan pancake itu di atas teflon.

"Duduklah di kursi makan, akan kusiapkan sarapan untuk kalian."

"Biarkan saya membantu Anda, Tuan Kim."

"Tidak apa-apa, Kevin. Kau duduk saja."

"Biar saya membantu Anda."

"E-eh! Sejak kapan kau disebelahku?"

Kevin mengambil spatula dari tanganku, dan membalik Pancakenya.

"Anda duduk di sana saja. Biar saya yang menyiapkan sarapannya."

"Ah, iya.. terima kasih, Kevin."

Aku berbalik dan duduk di kursi makanku.

"Henry, mukamu masih lebam." kata Richard.

"Aku tahu. Masih perih sekali.."

"Kemarin kami benar-benar kaget, ada keributan di Bar. Kukira seseorang sedang bertengkar karena mabuk, ternyata seseorang itu kau, Henry. Aku mendengar teriakanmu." kata James.

"Maaf membuat kalian kaget, teman-teman.."

"Tidak, Henry. Kami memang mendengar teriakanmu semalam. Tidak apa-apa, Ryan sialan itu memang harus diberi pelajaran! Kata Brigette, Ryan tidak berubah! Masih saja mempermainkan wanita. Sekarang targetnya malah Flo." kata Richard.

Time TravellerWhere stories live. Discover now