18

110 12 0
                                    

BIP! BIP!
Aku membuka mataku perlahan saat mendengar alarm dari jam tanganku berbunyi. Sinar matahari menembus gorden jendelaku yang sedikit tidak tertutup membuatku mengerjapkan mataku sejenak. Aku mengambil jam tanganku dan mematikan alamrnya.

Ah, pukul enam rupanya.

Kuregangkan ototku dan melihati sekitar kamarku. Entah apa tujuannya aku melihati sekitar kamarku.
Kurasa semalam aku baru patah hati ya?

Ah, benar. Aku baru patah hati yang sakitnya masih terasa sampai sekarang, aku merasa malas sekali pergi bekerja. Rasa perih masih menyeruak di dalam hati dan perasaanku. Bisakah kalian berhenti?!

Tapi sudah kewajiban yang melekat didiriku, aku harus bekerja. Di abadku, aku juga harus mulai mencari pekerjaan. Ambil postitifnya, Henry. Dengan fokus bekerja, kau akan lupa dengan patah hatimu. Semua akan baik-baik saja kalau kau fokus pada pekerjaanmu, sakit hatimu akan hilang.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan merapikannya. Kuambil handuk di atas nakas dan masuk ke dalam kamar mandi kamarku.

"Hari ini kau akan bekerja, Henry?" tanya Arthur.

"Tentu saja.." kataku sambil mengikat dasiku dan melihat penampilanku di depan cermin.

"Kau sudah sarapan?"

"Belum, nanti.."

"Jangan lupa sarapan, jangan sampai perutmu kosong."

Aku menyisir rambutku dan merapikan poniku.
Sudah rapi.

"Iya-iya.."

"Kau pasti sarapan dengan sereal lagi?"

"Ani.. aku mau sarapan dengan oatmeal."

"Baiklah, itu cukup mengenyangkan. Bagaimana dengan makan siangmu?"

"Aku sudah membawanya, sandwich dengan daging ham."

"Baguslah.. good luck, Henry."

"Gomawo.."

Aku mematikan sambungan teleponku, kuambil jasku dan mengenakannya.

KRIING!! KRIING!!

Aku menoleh ke teleponku yang berbunyi.

"Hello?"

"Hei, Henry. Good morning."

"Ah! Richard good morning.. ada apa menelepon?"

"Begini.. ehm.. aku boleh minta bantuanmu?"

"Bantuan apa?"

"Mobilku bannya kempes, bolehkah aku berangkat kerja bersamamu?"

"Tentu saja.."

"Benarkah?!"

"Iya.."

"Oh, syukurlah.. terima kasih, Henry."

"Tunggulah di situ, aku akan menjemputmu di Apartmentmu."

"Tidak perlu.."

"Kenapa?"

"Aku sudah di lobby Apartmentmu."

"He?? Tunggu sebentar! Aku akan kesana!"

Kututup teleponku, dan menuju lobby bawah.

"Hei Richard.."

"Hei, Henry. Maaf merepotkanmu."

"Ah! Tidak-tidak.. ayo ke ruanganku."

Time TravellerWhere stories live. Discover now