Epilog

206 34 12
                                    


"Ngomong-ngomong, apa kau selalu disini?" Tanya anak perempuan yang duduk di sebelahnya.

Anak laki-laki itu hanya mengangguk membenarkan. Ia tak mengeluarkan suaranya sedikit pun dan masih tetap dengan posisinya, memeluk lututnya.

Anak perempuan itu hanya menatapnya sejenak, dan kemudian beralih menatap hamparan bunga-bunga indah yang tumbuh liar di depannya. Meskipun tumbuh secara tak beraturan, bunga-bunga tersebut mampu membentuk keindahan mereka sendiri. Mungkin ini yang disebut keindahan alam.

Anak perempuan itu menghirup udara yang sejuk perlahan kemudian menghembuskannya, "Ha..., di sini sejuk dan tenang sekali, aku bersyukur tersesat kesini," ucapnya.

"Tersesat?" Tanya anak laki-laki itu seraya menatap anak perempuan itu kebingungan.

"Ah, aku belum bilang ya? Sebenarnya aku tak sengaja melihatmu berjalan ke belakang sekolah," ucap anak perempuan itu, jujur.

"Karena penasaran, jadi aku mengikutimu, tapi malah tak menemukanmu. Jadinya aku tersesat di bukit ini, hehe," ucap anak perempuan itu sambil mengusap tengkuknya.

"Berbahaya."

"Eh? Apa?" Anak perempuan itu mendekatkan telinganya. Ia tak mendengar gumaman anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu akhirnya mengulangi perkataannya dengan nada yang lebih jelas, "Itu berbahaya, jangan mengikuti orang asing sembarangan," nasehat anak laki-laki itu.

"Ehehe, aku anak yang selalu penasaran, lagi pula aku tak mengikuti orang asing kan? Kita teman sekarang," elaknya.

"Teman?" Tanya anak laki-laki itu pelan sekaligus tak percaya.

"Eh? Apa kau tak mau berteman denganku?" anak perempuan itu menunjukkan raut sedih, "Ah, begitu, kalau begitu maafka-"

"Bukan," potong anak laki-laki itu cepat, "Aku pikir kau akan takut akan kemampuanku."

"Aku tidak takut. Aku lebih takut pada ibuku yang marah jika aku menghabiskan persediaan biskuit coklat yang baru dibeli dalam satu hari," jawabnya sambil bergurau.

"Selain itu, sudah kubilangkan? Kalau kita sama-sama memiliki kemampuan?"

"Aku pernah melihatmu menggerakkan benda. Aku yakin itu bukan hantu, melainkan dirimu," lanjut anak perempuan itu penuh keyakinan, "Lagi pula, kalau itu memang hantu, kau pasti akan melihat bayangan putih yang melayang-layang di sekitar benda itu," ucap anak perempuan itu diikuti ekspresi ketakutan dan jari-jarinya yang ia gerakkan, mencoba mengekspresikan ketakutannya.

Ah, dia takut hantu rupanya, tapi syukurlah Ia tidak termakan gosip di luar sana. Anak laki-laki itu menarik sudut bibirnya samar.

"Wah, akhirnya kau tersenyum! Dari tadi kau hanya murung dan tak banyak bicara, aku jadi khawatir."

"Jadi apa kau mau menjadi temanku?" Tanya anak perempuan itu lagi dengan antusias, yang dijawab anggukan kepala dari anak laki-laki itu.

"Tentu, er..." anak laki-laki itu memiringkan kepala, ia tidak tahu nama anak perempuan itu jadi dia bingung harus memanggilnya apa.

"Waa! Maaf aku lupa memperkenalkan diri," ucap anak perempuan itu, setengah panik. Bisa-bisanya Ia lupa memperkenalkan diri. Kalau ibunya tahu, bisa-bisa dia diceramahi habis-habisan dengan mengatakan betapa tidak sopannya dirinya kepada orang baru.

Gadis itu berdehem, kemudian mulai memperkenalkan diri, "Namaku Fujihara Yuka, panggil saja Yuka. Aku dapat melihat masa depan, itulah kemampuanku, kau?"

"Harada Ryota," jawabnya singkat.

"Singkat sekali," keluh Yuka, "Tapi baiklah, aku juga sudah tahu kemampuanmu jadi tak apa. Kalau begitu aku akan memanggilmu Ryo-kun saja."

Anak laki-laki itu menatap anak perempuan itu bingung untuk kedua kalinya.

Anak perempuan itu mengerucutkan bibirnya, "Namamu terlalu panjang, aku akan memanggilmu Ryo-kun saja. Nanti kalau aku sudah besar aku akan mulai memanggilmu dengan Ryota, aku janji," ucapnya seraya mengangkat tangan kanannya, tanda ia berjanji dengan sungguh-sungguh.

"Tapi, uh... ijinkan aku memanggilmu Ryo-kun juga nanti, nama Ryo-kun tidaklah buruk, kau tahu," ucap gadis itu sedikit ragu.

Ryota hanya diam berpikir, sebenarnya bukan itu yang membuatnya kebingungan, melainkan untuk orang yang baru bertemu, jarang sekali orang-orang diperbolehkan memanggil nama depan atau pun mengubah nama seseorang begitu saja, kecuali jika memang sudah diizinkan oleh si pemilik nama. Dan Ryota berpikir mungkin Yuka tidak akan melakukannya karena dianggap tidak sopan.

Sudah Ryota duga, Yuka adalah tipe anak yang tidak terlalu peduli pada hal seperti itu, dengan kata lain sedikit abai.

Ah dan juga, kalau dipikir-pikir lagi dia juga cukup ceroboh. Iya, terlihat dari bagaimana gadis itu dengan mudahnya mengikuti orang asing ke tempat terpencil yang jauh dari keramaian, seperti di puncak bukit ini, hanya karena merasa penasaran.

Tapi dengan sifat-sifatnya itu, Yuka jadi bisa berteman dengan dirinya.

Yah, jika untuk Yuka sepertinya panggilan itu bukanlah hal yang buruk, selain itu mereka kini sudah berteman. Pemikiran itu membuat hatinya senang.

Setelah sekian lama, akhirnya ia menemukan seseorang yang tidak takut padanya, selain ayahnya. Seseorang yang mau berada di dekatnya tanpa melemparkan pandangan takut. Seseorang yang mau menjadi temannya dengan tulus.

Anak laki-laki itu akhirnya mengangguk, "Baiklah, Yuka."

"Yup, kalau begitu mari berteman baik, Ryo-kun!"

Sejak saat itu, Ryota bertekad untuk selalu menjaga Yuka, anak perempuan yang mengajaknya berteman hari itu yang sekaligus menjadi teman pertamanya, mengingat sifat ceroboh dan abai yang dimiliki anak perempuan itu.

☆~Our Secret Ability~☆






A.N.

Yeyyy selesai, sekarang tanggal 12 April 2019 hari Jumat. Projek cerita ini udah hampir setahun dan akhirnya aku menyelesaikannya. Btw ini original story dan ini pertama kalinya aku membuat dan menyelesaikannya!! //tepuk tangan//

Okeoke, aku ngerjain ini dan namatin ini, meskipun hari Minggu ini aku ada ujian universitas, begitu santai dan lucunya diriku. Aku nggak tahu harus panggil diriku pemberani, nekat atau bego, wkwkwkwk


↑↑↑↑↑

Yup, ini A.N. yang kubuat saat aku menyelesaikan cerita ini di word //iya, jauh sebelum kejadian hilangnya chapter OSA secara dramatis dan membuat aku syok berat sampai mogok nulis selama hampir 2 bulan//

But, oh well, it end without troubles, I guess //no, actually there were, but i already fix it so yeah... don't think too much about it ^^//

Jadi guys, akhirnyaa....

Our Secret Ability sekarang sudah tamat...

YEAYYYYYY!!!! MAKASIH SEMUA YANG UDAH MAU BACA, COMMENTS AND VOTES CERITA INI. TRULY GUYS, UR THE BEST! LUV U SO MUCH♡

Banyak yang terjadi tapi syukurlah berakhir dengan baik, terima kasih atas dukungannya semua.

Ah ya, karena ini epilog, jadi ini merupakan lanjutan dari prolog di awal cerita. Dan ya, kalian bisa tebak kapan scene ini terjadi~



P.S.

Psst, masih ada catatan penulis dimana aku akan post beberapa hal menarik tentang cerita ini. Kalau kalian kepo bisa ditunggu yaw, but it will take a little time, because there's something that i need to prepare first~

~Phitrisa

1000+ words
13 July 2020

Our Secret Ability 『END』Where stories live. Discover now