Chapter 34

172 32 1
                                    

Keesokan harinya, di hari Sabtu, sehari sebelum pertandingan basket.

“Hm? Dimana Harada dan Aoki? Tak biasanya mereka tidak datang ke ruang club.” Aki memasuki ruangan, bertanya, saat menyadari hanya ada Nao yang mencoba menyusun kartu menjadi sebuah bangunan dan Yuka yang asik membaca buku bersampul biru tua, bergaris emas. Buku misterius yang Aki temukan.

“Ryota bilang dia ada latihan basket di lapangan. Kurasa Aoki juga sama, ikut latihan,” jawab Yuka memberitahu.

“Apa kau lupa kalau besok mereka akan bertanding?” Ucap Nao tanpa berminat menoleh, masih fokus akan kegiatannya menyusun kartu.

Aki hanya menghela nafas lelah tidak berniat menjawab lagi. Ia melangkah kemudian duduk di sebelah Yuka, “Pelajaran Matematika tadi benar-benar mematikan,” keluh Aki. “Ngomong-ngomong apa yang sedang kau baca Yuka?”

“Ini?” Yuka mengangkat buku yang ia baca, “Ini buku yang kau temukan beberapa waktu lalu. Entah kenapa aku tertarik pada kemampuan ini,” ucap Yuka seraya menunjuk kertas di buku itu yang bertuliskan “Psikometri”.

“Hm? kemampuan itu kan...” Aki membenarkan posisi duduknya, “Ini kemampuan melihat rekaman atau kejadian yang terjadi di sekitar suatu benda, hanya dengan menyentuh benda tersebut.”

“Memangnya ada apa dengan kemampuan itu?” Tanya Aki seraya memiringkan kepalanya.

“Ah tidak, aku hanya penasaran,” jawab Yuka seraya melanjutkan membalikkan halaman yang ada pada buku tersebut.

“Ngomong-ngomong, Nao apa kau ada informasi baru?” Tanya Aki, menatap laki-laki yang masih fokus menyusun kartu. Tetapi Nao sepertinya terlalu fokus sampai tidak mendengarkan pertanyaan gadis itu.

“Nao?” panggil Aki sekali lagi, dan Nao masih saja tidak menjawab. Ia terlihat mengambil kartu hendak memasangkannya pada bangunan kartunya yang sudah terbentuk tiga tingkat dan tinggal satu kartu, maka akan menyelesaikan tingkat ke-empat.
Aki beranjak berdiri, mendekati Nao, “Na-o Na-ka-no,” tekan Aki dalam setiap katanya seraya menggebrak meja tempat ia membangun bangunan kartu.

“A-aah!” Nao tersentak, bersamaan dengan itu bangunan kartunya hancur dan terjatuh secara dramatis, rata dengan permukaan meja. Hasil kerja kerasnya hancur sudah.

“Apa yang kau lakukan? Dasar singa betina!” ungkap Nao, membuat Aki mendelik, menatap Nao.

“Apa?!” Aki memrotes tidak terima. “Yuka, apa di perpustakaan ada banyak orang?” Tanya Aki pada Yuka, yang dibalas gelengan pelan oleh Yuka. Yuka memiringkan kepalanya, “Tidak terlalu banyak, tapi kenapa kau menanyakan itu?”

“Tidak ada, hanya ingin memastikan keadaan sebelum aku menghajar seseorang,” jawab Aki seraya menampilkan seringaian, membuat Nao bergidik ngeri.

“Astaga perasaanku tidak enak.” Nao beranjak berdiri, berjaga-jaga jika sesuatu akan terjadi padanya.

Dan benar saja, tubuh Aki menghilang dan tak berapa lama kemudian muncul di dekat Nao, gerakannya seperti hendak memukul lengan laki-laki itu dan secepat itu pula Nao menyadarinya dan segera mengeluarkan kemampuannya, berteleportasi.

Nao berpindah ke ujung ruangan, “Wow, tidak secepat itu, landak betina!” Ejek Nao disertai tawa kecil diakhir kalimatnya.

Aki menggeram marah saat usahanya gagal, ia kembali menghilangkan tubuhnya, “Awas kau Nao!”

‘A-apa tidak apa-apa membiarkan mereka begini?’ Batin Yuka gelisah dengan masih memperhatikan tindakan kedua temannya yang saling bergantian menggunakan kemampuan yang mereka miliki.

Our Secret Ability 『END』Where stories live. Discover now