Chapter 37

174 28 4
                                    

Kejadian kemarin benar-benar tidak terduga. Hanako telah dipastikan diculik oleh organisasi berbahaya itu, melalui kemampuan psikometri milik Ichiro. Tak ada yang dapat dilakukan saat ini.

Untuk menyelematkan Hanako, diperlukan strategi yang cukup matang. Mereka tidak mungkin datang dengan gegabah ketempat itu -yang masih belum diketahui letaknya- tanpa rencana, dan terang-terangan mengatakan “Kembalikan gadis itu!” begitu kan?

Jadi pilihan yang tepat untuk saat ini adalah bertemu dengan profesor dan ilmuwan yang selama ini meneliti tentang kemampuan, sekaligus orang-orang yang mendukung dan melindungi para pemilik kemampuan. Mereka mungkin dapat membantu. Begitulah yang Ryota katakan kemarin, sesaat setelah memastikan penculikan Hanako.

Ryota ingin mereka semua segera berangkat ke tempat itu. Jika bisa secepatnya, setelah pertandingan basket sekolah selesai, agar tidak terlalu mencurigakan. Selain itu, pertandingan diadakan hari Sabtu, jadi tidak perlu terburu-buru karena besoknya adalah hari Minggu yang artinya sekolah libur pada hari itu.

Yuka hari ini sedang dalam perjalanan menuju tempat pertandingannya, sedikit lagi ia akan sampai disana. Ini pertandingan antar sekolah jadi wajar saja hari ini sekolah meniadakan pembelajaran, dan sebagai gantinya para siswa diminta untuk menyaksikan pertandingan. Dan tentu saja ini merupakan kabar terindah yang pernah didengar oleh para siswa.
Jika situasinya lebih baik, mungkin Yuka akan merasa sangat senang hari ini.

Yuka mengambil poselnya dari saku roknya, “Ryota dan Aoki bertanding hari ini, mungkin aku-”

“Memanggilku?”

“Wuaa!!” Yuka berteriak kaget, hampir saja ia menjatuhkan ponselnya dari tangannya karena belum siap menerima kejutan yang datang tiba-tiba. Yuka menoleh menatap sang pelaku. Yuka menarik nafas dan membuangnya perlahan, lalu menatap sinis orang itu.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Yuka, masih dengan tatapan sinisnya.

“Oh ayolah, aku hanya menyapa. Lagi pula kau mau mendukungku kan di pertandingan ini? Hm?” Orang itu menaikan alisnya, meminta Yuka menjawab pertanyaannya.

“Iya, jika kau turun ke pertandingan,” jawab Yuka malas, memilih tetap melanjutkan langkah. Ia sengaja menunda untuk melihat ponselnya, karena kenyataannya orang ini sedang berbicara dengannya. Sangatlah tidak sopan jika memperhatikan layar ponsel sedangkan orang di dekatnya sedang berbicara.

“Hee..., aku pasti akan bertanding. Kau tahu aku salah satu pemain terhebat di tim,” ucapnya bangga. Sifat percaya diri berlebihannya kambuh.

Yuka bergumam, “Kalau kau sehebat itu kenapa berada di tim cadangan?”

“Kau meragukanku? Asal Nyonya Fujihara tahu saja, aku diletakkan di tim cadangan karena aku termasuk murid baru. Tentu saja murid baru tidak bisa begitu saja masuk pemain inti, jadi untuk pengalaman...”

“Oke, oke Aoki aku mengerti,” potong Yuka cepat. Pembahasannya akan sangat panjang, jika dia terus berbicara. Bisa-bisa pertandingannya di... mulai(?).

Yuka segera menoleh ke Aoki dengan tatapan terkejut, “Pertandingannya sebentar lagi! Kenapa kau masih disini?!”

“Tenang aku hanya keluar sebentar, mencari angin. Aku sedikit gugup, pelatih bilang aku harus kembali setidaknya 15 menit sebelum pertandingan,” ucapnya santai tanpa beban.

“Oh iya, jangan pikirkan masalah kemarin kita pasti menemukan solusinya,” hibur Aoki. Ia menyadari ekspresi Yuka yang masih saja menyimpan sedikit kesedihan di sana atas peristiwa yang terjadi kemarin.

Yuka mengangguk, “Kau benar, kita pasti bisa menyelamatkannya!” tekad Yuka.

“Yak, itu baru namanya semangat!”

“Ngomong-ngomong Aoki,” panggil Yuka

“Hm?”

“Ini sudah 15 menit sebelum pertandingan, kau mau menunggu sampai kapan?” lanjut Yuka setelah dirinya sempat melirik jam tangan yang selalu melingkar di pergelangan tangannya.

“Eh?! Sudah?” Aoki mulai panik tak karuan. Yuka tanpa peringatan, segera mendorong punggung laki-laki itu menuju arah jalan menuju pertandingan akan dilaksanakan tidak begitu keras tidak juga begitu pelan, tapi cukup untuk menyadarkan laki-laki itu dari kepanikannya.

“Kalau begitu cepatlah! Lari!!” perintah Yuka.

Setelah dorongan itu, Aoki segera berlari menuju area pertandingan, tak lupa ia berteriak, “Kalau begitu aku duluan, sampai bertemu di pertandingan! Dukung aku ya!”

“Semangat!” balas Yuka, yang membuat Aoki mengacungkan ibu jarinya, sebelum akhirnya ia berlari menuju area pertandingan tanpa menoleh lagi.

“Lalu satu orang lagi...” Yuka kembali meraih ponselnya mengetikkan sesuatu disana dan segera mengirimnya dan tak selang beberapa menit terdengar bunyi pesan dari ponselnya. Orang itu membalas pesannya.

Our Secret Ability 『END』Where stories live. Discover now