Chapter 18

247 33 0
                                    

❝See? We meet again, right?❞


~♤♡◇♧~

Yuka mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Setelah pandangannya mulai jelas, ia menguap sebentar khas baru bangun tidur.

Memang benar, Yuka baru saja tertidur di dalam bis dan tidurnya serasa nyenyak sekali. Ia baru bangun setelah merasa bahwa bis yang ia tumpangi tidak berjalan lagi alias berhenti cukup lama. Itu artinya dirinya sudah sampai di tempat tujuan.

Tapi rasanya sangat malas untuk beranjak dari posisinya saat ini, mungkin ini efek kelelahan yang ia terima karena darmawisata ini. Ia memandangi jendela kaca bus di sebelah kirinya dengan masih tetap di posisinya -bersandar.

"Pemandangan matahari sore memang indah," gumam Yuka, dan sepersekian detik berikutnya, tubuhnya kaku seakan-akan baru tersadar sesuatu.

'Jika jendela kaca bus ada disana maka... a-aku bersandar pada...'

"Kau sudah bangun?" Tanya seseorang disebelahnya dengan nada datar khasnya.
Yuka gelagapan memperbaiki posisinya dan segera duduk tegap, "Ma-maaf apa aku ketiduran dibahumu?"

"Ya,” jawabnya singkat, seraya memutar-mutar bahunya, sepertinya bahunya pegal akibat Yuka yang dengan seenak jidatnya bersandar dan tidur disana, pantas saja Yuka merasa nyaman saat tidur selama perjalanan tadi.

"Maafkan Aku, aku tidak bermaksud. Kenapa kau tidak membangunkan aku?" Kini Yuka merasa bersalah.

"Sudahlah tidak apa-apa, kita sudah sampai sebaiknya kita segera turun.” Laki-laki itu kemudian bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya yang terletak di bagian langit-langit bis -tempatnya berupa loker khusus yang diperuntukkan untuk menaruh barang bawaan para penumpang.

"Ini," ucap Ryota seraya menyerahkan tas Yuka.

'Kupikir dia akan mengambil tasnya sendiri,’ batin Yuka seraya menerima tas pemberian Ryota.

‘Ugh, seharusnya aku berhenti menilai orang secara negatif begitu,’ Yuka menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau kenapa?" Tanya Ryota, melihat tindakan Yuka yang menggelengkan kepalanya.

"Eh? tidak apa-apa kok," jawab Yuka disertai cengiran.
"Kalau begitu, cepat turun," perintahnya, seraya berjalan mendahului Yuka. Yuka pun dengan segera mengekori di belakangnya.


*****OSA*****



Beberapa hari setelah kegiatan darmawisata sekolah, kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasa di SMA Ryuuha. Seperti di kelas 11-1 kegiatan belajar dan mengajar berjalan sebagai mana mestinya, hanya saja ada beberapa siswa yang nampak tidak terlalu serius dalam mengamati penjelasan sensei di depan kelas.

Yuka tentu saja sadar akan hal itu, karena Yuka juga merupakan salah satu orang yang tidak terlalu mengamati sensei di depan, tentu saja Yuka tidak terang-terangan melakukannya. Ia tetap memerhatikan dan mencatat, tetapi pikirannya tidak fokus akan penjelasan yang disampaikan sensei.

Beberapa siswa lainnya yang tidak terlalu memerhatikan sensei di depan -selain Yuka tentunya- adalah Aki, Nao dan Ryota -yah Yuka juga ragu apakah laki-laki itu memerhatikan atau tidak. Yang pasti siswa-siswa yang tidak memerhatikan pelajaran tergabung dalam club sastra.
Mungkin siswa lainnya juga ada, tapi Yuka tidak terlalu memerhatikan mereka.

Memang club ini benar-benar berbeda dari club pada umumnya, dan pada kenyataannya club sastra hanya sebuah "nama samaran" dari kelompok yang dibentuk secara rahasia dan berkaitan dengan manusia berkemampuan.

Meskipun begitu, club ini tetap melaksanakan perkumpulan dan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan sastra. Yah, untuk menutupi tujuan sebenarnya dari kelompok rahasia ini.

Dan hal yang sebenarnya dipikirkan oleh anggota dari club ini adalah mengenai salah satu orang spesial yang sempat ditemui Yuka saat darmawisata. Seperti yang Yuka katakan sebelumnya, ia segera memberitahu Aki dan anggota club sastra lainnya sehari setelah darmawisata.

Awalnya mereka bingung -kecuali Ryota tentunya- bagaimana bisa Yuka mengetahui bahwa orang yang ia temui adalah salah satu orang spesial, namun setelah Yuka menjelaskan runtutan kejadian bagaimana ia bisa mengetahuinya barulah mereka mengerti.

Yah, meskipun faktor lain bagaimana ia bisa mengetahuinya melalu mimpi akibat kemampuannya yang aktif tidak ia ceritakan. Seseorang yang mengetahui mengenai hal ini hanya laki-laki datar yang duduk tepat belakangnya saat ini, siapa lagi kalau bukan Ryota.

Ketukan pintu tiba-tiba terdengar disaat sensei tengah asik menjelaskan materi di depan, membuat sensei berkacamata tebal itu menghentikan kegiatan mengajarnya sejenak dan berjalan ke arah pintu, karena seseorang yang mengetuk pintu memanggilnya.

Setelah beberapa menit berbincang di depan kelas, sensei kembali memasuki kelas dan berdiri di depan meja guru, membuat para siswa menatap penasaran ke arah sensei.

Pasalnya sensei jarang berada di depan mejanya, kecuali salam pembukaan dan akhiran kelas, atau pembagian hasil ulangan atau... adanya pengumuman penting. Dan para siswa di kelas ini sepertinya memikirkan opsi ketiga yang paling mungkin terjadi untuk keadaan seperti ini.

Dan benar saja, semua terbukti ketika sensei meminta perhatian para siswa, sesaat setelah ia berdiri di depan mejanya yang terletak di tengah-tengah, depan kelas.

"Perhatian semua, hari ini kita kedatangan siswa baru!" Ucap sensei mengundang sedikit perbincangan yang dilakukan para siswa di kelas ini.

"Siswa baru? pada jam ini?" Bisik salah satu murid pada teman di sebelahnya dengan nada bertanya, meminta pendapat temannya.

"Entahlah bukannya ini sedikit kesiangan?" Jawab siswa yang ditanyai tadi. Memang sih Yuka juga berpikiran demikian, bayangkan saja ia datang pada jam pelajaran ke-5 tepatnya jam 10.30, waktu yang cukup telat untuk berangkat sekolah.

Selain percakapan dua siswa itu, terdengar juga perbincangan dari arah gerombolan laki-laki serta perempuan yang berada tidak jauh dari Yuka, meski suaranya tidak terlalu keras tapi Yuka masih dapat mendengarnya.

"Wah apa laki-laki? Semoga tampan!" Pekik salah satu siswa perempuan.

"Semoga saja, agar stock laki-laki tampan di kelas ini bertambah."

"Iya benar!"

"Semoga perempuan! dan cantik!" Ucap salah satu laki-laki di kubu yang berbeda

"Iya, semoga saja!"

Yuka hanya mampu bertopang dagu, mendengarkan ucapan para siswa yang hanya membicarakan hal yang tidak penting hanya karena siswa baru. Kenapa tidak tunggu saja sampai siswa itu masuk? Batin Yuka. Meskipun tak pungkiri ia juga sedikit penasaran.

"Sudah-sudah tolong perhatian!" Ucap sensei tegas, seraya mempersilahkan siswa baru itu untuk masuk. Membuat seisi kelas berhenti berbincang dan fokus memperhatikan siapa siswa baru yang dimaksud.

Merasa sudah mendapat izin dari sensei, siswa -yang ternyata laki-laki itu- masuk ke dalam kelas. Rambut pirangnya bergerak-gerak kecil karena hentakan langkahnya.

Manik mata biru lautnya menatap sekitarnya. Langkahnya kemudian terhenti tepat di sebelah sensei, dan pada saat bersamaan Yuka yang melihat siswa baru tersebut, melongo tak percaya.

Pandangan mata mereka bertemu, membuat siswa itu tersenyum dan mengundang pekikan tertahan dari para siswa perempuan di kelas tersebut.

"Tampan!!" Teriak mereka serempak, membuat sensei kelabakan untuk membuat siswanya menjaga ketenangan. Lain halnya dengan para gerombolan siswa laki-laki yang murung karena siswa barunya tidak sesuai dengan harapan mereka.

Untuk sesaat kelas menjadi heboh karena kedatangan siswa baru tersebut, dan tentu saja kehebohan itu di sebabkan oleh warga kelas, kecuali beberapa siswa yang memilih diam dan tenang. Aki, Nao, Ryota dan Yuka beserta beberapa siswa laki-laki termasuk dalam kelompok yang diam dan memilih menjaga ketenangan.

Tapi Yuka tidak sepenuhnya tenang. Tidak, tepatnya tidak bisa! Karena siswa laki-laki di depan sana, siswa baru itu adalah orang yang sama. Orang yang ia temui beberapa hari yang lalu, saat darmawisata. Orang yang menyelamatkannya waktu itu dan orang itu adalah...

"Namaku Aoki Kitaro, salam kenal!" Ucapnya ramah dengan senyuman yang membuat siswa perempuan tak henti-hentinya menatap laki-laki itu.

Menurut mereka, paras Aoki hampir sama tingkatan levelnya dengan Ryota. Wajar saja, kalau mereka menatap Aoki seperti itu. Meskipun yang ditatap tidak merasa risih sama sekali.

Sesaat setelah ia memperkenalkan diri para siswa berebutan mengajukan pertanyaan, kebanyakan dari kalangan perempuan.

"Apa kau blasteran?" Tanya salah seorang siswi, mungkin karena ia melihat rambut dan warna iris matanya yang berbeda dari warga lokal disini.

"Dimana rumahmu?"

"Dari mana asal mu?"

"Apa kau punya pacar?”

‘Huh? Apa.’

"Sudah, diam!" Teriak sensei yang kini sudah mula kesal dengan keributan yang tercipta, membuat para siswa kembali tenang, dan tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.

"Baiklah Aoki-san kau boleh duduk di sebelah Yuka atau di sebelah Ryota," ucapnya  seraya menunjuk tempat yang dimaksud -karena bangku kosong yang tersedia hanya dua.

"Sekarang mari kita lanjutkan pembelajaran kita hari ini!" Ucap sensei seraya kembali melanjutkan pelajarannya yang tertunda.

Aoki berjalan mendekati bangkunya dan ia memilih duduk di sebelah Yuka.

"Hei, Fujihara-san," panggilnya
Yuka yang merasa terpanggil menoleh ke arah Aoki.

"Kenapa?" Tanya Yuka.

"Lihat? kita bertemu kembali," ucapnya percaya diri.

Ucapannya membuat Yuka mengingat kembali sifat khasnya dari saat mereka pertama kali bertemu.

'Laki-laki ini benar-benar memiliki sifat kepercayaan diri yang tinggi. Ah tidak, lebih tepatnya melampaui batas normal,' batin Yuka.

"Iya, iya, kita bertemu lagi. Sekarang aku mengerti kenapa kau mengatakan sampai jumpa lagi," ucap Yuka malas seraya kembali menghadap ke depan dan mulai mencatat, mencoba mengabaikan Aoki yang tampak tersenyum percaya diri lagi.

Tanpa mereka sadari seseorang tengah memperhatikan perbincangan mereka dalam diam.

Our Secret Ability 『END』Where stories live. Discover now