Chapter 49

148 36 2
                                    

'Ah, sudah berapa lama aku tertidur?'

Yuka menatap sekelilingnya. Masih sama seperti saat dia belum tertidur, tak ada yang berubah dan masih tak ada siapa pun. Yuka pun masih dapat merasakan tangannya yang terikat di belakang kursi –bahkan sekarang mulai terasa sedikit sakit- dan air mata di pipinya yang mulai mengering. Tunggu, air mata?

'Eh? Apa aku menangis tadi?' Tanya Yuka lebih kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba saja terdengar suara berdebum yang sangat kuat, membuat Yuka sedikit tersentak. "Apa itu?" Yuka beralih menatap langit-langit ruangan. Yuka merasa suara itu datang dari ruangan di atasnya, entah benda apa yang menghasilkan suara sekeras itu. Seperti suara pintu besi yang dibuka paksa? Atau... diledakkan?

Belum selesai keterkejutan yang Yuka alami, tiba-tiba pintu di depannya terbuka setelah nada lock pintu terbuka berbunyi. Bukan, orang itu bukan Hideo yang selama hampir dua hari ini mengurungnya, melainkan orang yang pernah menangkapnya saat itu.

Yuka menatap was-was orang itu. menilik dari kejadian penculikannya beberapa waktu lalu, ia tidak bisa berasumsi positif tentang apa pun tindakan yang akan dilakukan orang itu kepadanya saat ini. Orang itu sejenak menatap terkejut ke arah Yuka. Ia tanpa basa-basi menuju meja dan tempat yang dipenuhi elektronik. Ia tampak mengutak-atik komputer di sana, sebelum akhirnya meraih microphone di atas meja dan mulai berbicara.

"Fujihara, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya, membuat Yuka terheran-heran akan orang itu yang malah menanyakan keadaanya.

"Tenang saja, aku kesini bukan untuk menangkap atau pun menyakitimu. Aku kesini untuk menyelamatkanmu, teman-temanmu juga datang," ucapnya memberitahu mealui alat microphone di meja dekat komputer yang rupanya tersambung ke speaker yang berada di dalam ruang tabung kaca Yuka. 

Untuk sejenak Yuka membulatkan matanya, terkejut. Benarkah teman-temannya berada di gedung ini?

"Apa maksud Anda teman-temanku juga di sini? Bagaimana bisa?" Tanya Yuka tetapi tidak mendapat jawaban darinya.

Pria itu kembali berbicara, "Ruanganmu kedap suara dan sulit ditembus, jadi untuk sementara aku tidak dapat mendengar suaramu. Bersabarlah aku akan mencoba membukanya." 

Yuka mengangguk setuju. Pria itu kemudian beralih menatap layar komputer, mengetikkan sesuatu di sana. Entahlah, Yuka tidak mengerti apa yang dilakukannya. Yuka hanya bisa menunggu, tak ada yang bisa Ia lakukan selain menunggu.

Setelah beberapa saat, terdengar suara berdesing pelan. Pintu di tabung yang mengurung Yuka terbuka. Pria itu segera berlari masuk dan mendekati Yuka serta melepas ikatan yang mengikat gadis itu.

Akhirnya, setelah menunggu sekian lama Yuka dapat merasakan tangan dan kakinya yang terbebas, Ia hampir saja menangis lega. Meski sedikit huyung ketika mencoba berdiri dari kursinya, Yuka masih merasa tubuhnya masih bisa bergerak dengan baik tanpa cedera yang berarti.

"Terima kasih Paman! Aku sangat berterima kasih!" Ucap Yuka, membuat pria itu tersenyum. "Panggil saja aku Arata, dan bukan aku saja yang datang. Seperti yang kubilang sebelumnya, teman-temanmu yang berkemampuan juga datang. Berterimakasihlah kepada mereka dan juga kepada orang yang membuat rencana untuk menyelinap kesini."

'Orang yang membuat rencana?'

"Ayo kita harus segera pergi sebelum Hideo datang!" Arata segera menggiring Yuka untuk keluar dari ruangan berbentuk tabung itu.

Mereka keluar dari ruangan itu secepat mungkin. Hal pertama yang menyapa Yuka pertama kali ketika keluar ruangan itu adalah sebuah lorong panjang. tanpa berpikir panjang Arata memimpin dan segera menyusuri lorong guna menemukan jalan keluar. Yuka tidak tahu ini dimana, Yuka hanya dapat mengikuti arahan Arata yang bergerak cepat di depannya dan berlari mengikutinya. Waktu mereka sempit, mereka bisa bertemu Hideo kapan saja.

Our Secret Ability 『END』Where stories live. Discover now