Chapter 35

176 29 4
                                    

Pintu kembali terbuka, kali ini menampilkan tiga orang laki-laki. Yang satu berambut pirang, yang satu berambut coklat, serta postur tubuhnya agak lebih tinggi dan yang terakhir laki-laki berambut hitam dengan ekspresi datarnya. Mereka bersamaan memasuki ruangan dan menutup pintu ruang club.

Awalnya Aki hanya memberitahukan keadaan darurat pada laki-laki datar itu, tanpa memberikan informasi lebih detail dan laki-laki itu bilang akan datang bersama yang lainnya -meski Aki tak terlalu mengerti, bersama ‘yang lainnya’ itu maksudnya apa dan siapa saja.

“Kemana saja kalian?” Aki bertanya, seraya beranjak berdiri, mengintrogasi ketiganya. “Dan kenapa senpai ikut kemari? Kalian yang mengajaknya?” Tanya Aki lagi, seraya melirik Ichiro -tak menyangka laki-laki datar itu akan mengajak kakak kelasnya itu.

“Yah tadi kami...”


Sebelumnya...

~~

“Huh? Apa yang dia lakukan?” Aoki melihat Ryota yang berjalan dengan langkah cepat, tidak seperti biasanya.

“Oi patung!” Panggil Aoki, membuat Ryota menghentikan langkah dan menoleh kearahnya.

“Kau sedang ap...”

“Bukan urusanmu,” potongnya kemudian berbalik dan kembali melangkah, meninggalkan Aoki dengan kebingungannya.

Merasa ada yang janggal dengan laki-laki itu, Aoki kembali mengikuti laki-laki patung itu di belakangnya.

“Oi patung, aku penasaran akan sesuatu, dan aku merasa kau tahu tentang hal ini,” ucap Aoki tiba-tiba, tanpa menghentikan langkahnya. Ryota tampaknya tak tertarik mendengarkan ucapan Aoki, ia tetap melangkah cepat.

Aoki kembali melanjutkan, “Apa kau tahu mengenai apa yang terjadi pada Yuka?” Ryota langsung berhenti melangkah, ketika mendengar ucapan Aoki selanjutnya, begitu pun dengan Aoki. Ia berhenti menyisakan jarak dua meter antara dirinya dan laki-laki datar itu.

Aoki memasukan tangannya ke saku celananya, “Meskipun Yuka mengelak, tapi aku tahu itu bukan luka biasa.” Aoki menatap Ryota serius, meski laki-laki itu tak kunjung membalikkan badannya, menatap lawan bicaranya.

Menyadari hal itu, Aoki kembali melanjutkan, “Apa gadis itu yang melakukannya?”

Tak ada jawaban.

“Aku mendengar gadis itu akan melakukan sesuatu lagi pada Yuka dan kurasa kau juga mendengarnya.”

Ryota tiba-tiba kembali teringat saat berada di kantin bersama Aoki -mereka secara kebetulan bertemu disana. Aoki tak sengaja mendengar percakapan gadis yang dimaksud, dan Aoki yakin, laki-laki patung itu juga mendengarnya, karena secara kebetulan pula Ryota juga berada di dekatnya.

“Gadis itu harus diberi pelajaran agar jera,” ucap Aoki.

Aoki mendekati Ryota dan menepuk pundaknya, “Aku akan membantumu.”

“Ini tidak ada hubungannya denganmu,” jawab Ryota dingin seraya menatap Aoki datar.

“Aku tahu kau akan memberi gadis itu pelajaran dengan kemampuanmu, jadi biarkan aku ikut, setidaknya dia tidak akan menempel lagi padaku,” tawar Aoki.


***OSA***


“Kedua pangeranku memanggilku disaat bersamaan,” gumam Karina senang seraya sedikit melompat-lompat kecil kala berjalan menuju area belakang gedung sekolah.

Tadi Karina tak sengaja berpapasan dengan Aoki dan Ryota. Dan tanpa Karina duga, kedua pangeran itu mengajaknya bertemu di area belakang gedung sekolah. Mereka bilang ingin membicarakan sesuatu. Tentu saja dengan senang hati dan perasaan berbunga-bunga ia menyanggupinya.

Namun, sesampainya disana Karina melirik sekitar dan malah tidak menemukan seorang pun di sana, baik pangerannya maupun orang lain.

“Mereka mengerjaiku ya?” Gumam Karina pada dirinya sendiri. Padahal ia rela meninggalkan teman-temannya yang sedang menggunakan make up keluaran terbaru, demi datang kemari menemui kedua pangeran itu. Sekarang dia malah sendirian disini.

Tiba-tiba Karina menemukan ide yang bagus, “Ah tempat ini cocok sekali.” Karina menatap sekitar, “Tempat yang cocok untuk memberi pelajaran pada gadis sok berani itu!”

Benar sekali, Karina masih dendam akan gadis bernama Fujihara Yuka itu. Tentu saja ia berencana membalas perbuatan gadis itu. Saat di kantin ia sudah membicarakan rencananya dengan teman-temannya. Sepulang sekolah ia akan melancarkan aksinya itu.

“Berani-beraninya di mendekati pangeranku dan terlihat lemah di depan senpai. Ingin sekali aku mempermalukannya dan memotong rambut indahnya itu,” geram Karina seraya mengepalkan tangannya tanpa sadar.

Kesiur angin menerpa wajahnya.“Hoo, kau ingin melakukan itu pada temanku, hanya karena ia dekat denganku?”

Our Secret Ability 『END』Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt