64. Hari Itu Tiba.

Mulai dari awal
                                    

Mahesa berarti, pemimpin yang hebat. Sementara Wajramani artinya bersinar seperti intan. Yang berarti, Hanbin dan Lisa berharap anak pertamanya itu akan menjadi seorang pemimpin yang hebat juga bersinar selayaknya intan.

Nama yang indah, yang diberikan langsung sang Ayah, Hanbin.

"Aduh, gaun nya gak bisa dibuka didepan." ringis Lisa menyadari model gaun nya yang dia gunakan sekarang.

"Mami bikinin susu formula aja, sayang. Kamu tenang aja, ini hari bahagia kamu biar baby Mahes mami yang urus."

"Dia gak biasa minum susu formula, apa gak apa-apa, Mi?" tanya Lisa khawatir.

Mami Amirta menggeleng, lalu mengambil alih baby Mahes kedalam gendonganya. "Gak akan, kamu tenang aja." tatapanya tertuju pada Jennie yang sedang menjuil pipi tembem Bayi lelaki itu. "Hanbin mana?"

"Dia lagi ngobrol sama Ayah Teddy dibawah."

Lisa tersenyum, dia senang berkat baby Mahes hubungan suami dengan ayahnya tersebut bisa terjalin dengan baik. Walau awalnya, Ayah Teddy masih tidak bisa menerima anak semata wayangnya dihamili oleh seorang Hanbin. Namun, melihat kegigihan Hanbin yang menjaga Lisa dan melihat air mata Hanbin menetes di hari kelahiran cucu pertamanya membuat Teddy sadar bahwa Hanbin benar-benar mencintai Lisa.

Walau caranya salah, namun Teddy tau bahwa Hanbin adalah lelaki yang pantas untuk Lisa.

"Mana ponakan gue?" seru Dean.

Lelaki berlesung pipi itu masuk kedalam ruangan, disusul oleh Hanbin yang sudah tampan dengan tuxedo putihnya berjalan beriringan dengan Teddy juga Anggoro. Ketiga lelaki itu seperti telah mengobrol ringan, terlihat beberapa kali senyum ketiganya mengembang.

"Halo jagoan om. Cepet gede, nanti om ajarin cara tebar pesona sama cewe-cewe cantik." seru Dean riang dan menggendong Baby Mahes lalu menimang nya dengan semangat.

Hanbin yang melihat itu berjalan cepat kearah Dean lalu memukul lenhan pria itu kencang, "Bayi gue itu. Biasa aja gendong nya." ujarnya sembari mengambil alih Mahes dari gendongan Dean.

"Aduh, Baby Mahes dari tadi di gendong sana sini apa gak kasian?" seru Amirta. "Nanti sakit badan nya dia."

Hanbin terkekeh, "Belum ku gendong hari ini, Mi. Aku sibuk urusin acara ini itu." pandangan Hanbin beralih menatap Lisa yang kini sedang menatap orang-orang tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Hanbin tau apa yang dirasakan Lisa sekarang, pria itu berjalan kearah istrinya lalu mengecup kening istrinya lama.

"Are you happy? Dont cry!" ucap Hnbin lembut seperti bisikan di telinga Lisa.

"Happy tears, maybe." ucap Lisa lalu mencium Bayi Mahes yang kini sedang menggeliat dipelukan Hanbin. "Aku gak tau, takdir itu sama kamu. Kamu preman sekolah yang semena-mena bukan tipe aku banget malah jadi——"

"Kamu bucin aku, sayang." goda Hanbin.

Lisa mendengus, "Memang kamu engga? Lihat Baby Mahes bahkan mirip banget sama kamu, tau gak orang tua dulu bilang kalau bayi lebih mirip Ayah nya berarti Ayahnya yang lebih sayang Mama nya, begitupun sebaliknya."

Hanbin mengangguk, dia tidak menyangkal perkataan Lisa. "I love you." ucapnya terdengar tulus lalu kembali mencium kening Lisa sedikit lama.

"I know." jawab Lisa, gadis itu memeluk Hanbin juga Mahes. Menyenderkan kepalanya pada dada Hanbin, tanganya mengelus pipi Mahes lembut.

"Acara resepsi udah mau mulai sayang, nanti lagi kalau mau romantis-romantisan. Duh anak-anak ini bikin orang tua iri aja."

Dara terkekeh mendengar ucapan Amirta, dia berjaln kearah Lisa lalu mencium pipi gadis itu. "Be Happy sayang, maafin bunda yang gak dateng di akad kamu dulu. Sekarang kamu udah jadi istri sah orang, perkataanya adalah titah mutlak untuk kamu, dia kepala keluarga yang wajib kamu hargain, hormatin dan turutin. Bangun rumah tangga kamu, didik anak mu dengan baik. Bunda percaya sama kamu."

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang