16. Kacau

2.9K 374 104
                                    

Tidak ada yang tau pada siapa dan kapan perasaan itu tumbuh, bahkan bisa saja kau menjatuhkan hatimu pada orang terdekatmu yang bahkan tak pernah terfikir sama sekali untuk itu.

Perasaan memang sebuah rahasia Tuhan, bahkan ketika hati yakin kau tidak menaruh hati padanya tapi Tuhan telah menggariskan kau dengannya maka sia-sia sangkalan sangkalan yang kau ucapkan pada hati.

Seperti sekarang ini,

Kim Hanbin berkali-kali menyangkal perasaanya pada wanita yang baru saja dia kenal itupun perkenalan yang sungguh tidak diingankan olehnya sama sekali. Jika bukan untuk Jennie-adik satu satunya- dia enggan ikut campur pada permasalan yang bahkan tidak begitu menarik perhatiannya itu sama sekali.

"Jadi sampai kapan lo bolos kaya gini? Udah tiga hari dan lo cuman mendem di sini." kesal Jennie dengan menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

June dan Yoyo hanya tersenyum samar melihat Hanbin yang terdiam dengan rokok yang masih setia bertengger di sela sela jari nya. Yoyo sudah sangat tau apa yang sedang dialami Hanbin, dia hanya sedikit menyunggingkan senyumnya dan melemparkan tatapannya pada Jennie yang masih setia membujuk Hanbin.

"Kak, Lisa udah makin gencar dideketin Mino sialan itu. Sia-sia dong kita, ayolah ini udah setengah jalan masa iya mau udahan."

Hanbin melirik Jennie sekilas, entah kenapa dia ingin lebih jelas mendapatkan informasi tentang Lisa dan Mino, namun sayang Jennie hanya mengatakanya sebagian yang membuat Hanbin kesal dan menarik nafas dalam.

"Bukannya Lisa diajak ke club malam ini sama Mino kan?" ucap Yoyo sengaja menekankan kata Club dan menatap Hanbin dengan ujung matanya.

Hanbin mengeraskan rahangnya dan menatap Yoyo intens. "Club mana?" tanya Hanbin pelan.

Succes!

Yoyo tersenyum miring, dia berhasil memancing harimau untuk keluar dari sarangnya dan sekarang tugasnya menuntun harimau itu menerkan mangsanya yang dia inginkan.

"Club biasa, si Mino mau nembak lagi Lisa buat yang kedua kalinya. Katanya sih, gue gabegitu update gue aja tau sekilas dari anak anak di kantin." kali ini June yang menjelaskan pada Hanbin, Rose yang ada dipangkuan June membulatkan matanya.

"Loh yang, jadi mereka balikan?" tanya rose dengan suara lembutnya dan dijawahlb senyuman manis dari June.

"Tuh kak, masa mau diem aja kalo kaka diem terus ya kita kalah. Ayo dong gue mo--"

"Permisi."

Perkataan Jennie terpotong oleh seseorng yang baru saja masuk kerumah itu. Pandangan mereka teralih pada wanita yang kini berdiri diambang pintu dengan membawa sebuah keresek putih berisikan buah-buahan dan seragam sekolah yang sepertinya belum sempat dia ganti sebelumnya.

"Lisa!" pekik Jennie dan menghambur memeluk Lisa erat. "..kangeennn~" rengeknya.

Lisa mencebikan bibirnya. "Lebay, baru aja beberapa jam udah kangen. Dasar"

Jennie hanya terkekeh malu, dia menarik Lisa membawanya kedalam. Lisa sedikit kikuk, dia tersenyum kepada June Yoyo dan Rose lalu mengalihkan pandangannya pada Hanbin yang kini sedang menyesap rokoknya serta menatapnya datar.

"Kak, baik-baik aja kan?" tanya Lisa lembut.

Hanbin berdecih pelan, dia menghembuskan asap rokok ke udara dan kembali menatap Lisa tajam. "Lo fikir gue mati?"

Lisa membulatkan matanya, "engga gitu, maksudnya kak Hanbin udah tiga hari gak masuk sekolah aku fikir sakit." cicit Lisa takut.

Hanbin berdiri menghampiri Lisa, dia menatap Lisa tepat ke matanya.

Cantik.

Kenapa Hanbin selalu menyukai mata itu? Tanpa sadar senyum dibibirnya tersungging, tangannya terulur menyentuh leher Lisa dan....

Deg~

Rahang Hanbin mengeras, matanya menajam. Dia tanpa sadar meremas pundak Lisa dan membuat Lisa mengaduh kesakitan.

"Kak sakit." rintih Lisa dan mencoba melepaskan genggaman Hanbin dipundaknya.

Jennie yang melihat itu mencoba membantu Lisa, sementara itu Yoyo dan June hanya menyimak sinetron kesukaanya itu dengan hikmat.

"Kak apasih lo ah, kaya yang saiko tau gak!!" bentak Jennie.

Hanbin menghempaskan tubuh Lisa, "Lo inget kata-kata gue tiga hari yang lalu?" ucapnya pelan, tidak bukan pelan namun seperti ditahan agar tidak terdengar begitu menyeramkan.

Lisa menggeleng pelan dan mengelus pundaknya yang sedikit perih.

Brak~!!!

Buah yang tadi Lisa bawa kini berceceran dimana-mana, Hanbin baru saja membanting keresek itu dan menatap Lida tajam.

"Ck yang lo inget itu Mino Mino dan Mino, bener?" Dia sedikit tertawa dan kembali mendekati Lisa, tangannya terulus menyingkap rambut Lisa yang menutupi lehernya.

"GUE UDAH BILANG KALO KETEMU GUE BEKAS MERAH INI UDAH ILANG, LO BUDEK APA GIMANA?" teriak Hanbin.

Lisa memejamkan matanya, ini pertama kalinya dia melihat Hanbin semarah ini. Bahkan ketika sedang beradu dengan Mino pun itu tak lebih menyeramkan ketimbang ini.

Jennie menganga, dia menatap June dan Yoyo gantian dan mengirim sebuah kode agar mereka bergerak dan membantu Lisa. Karena jika sudah begini Jennie tak bisa menghentikan Hanbin.

"Aku udah coba ilangin tapi susah, maaf." cicit Lisa pelan. Hanbin tersenyum miring, dia menatap Yoyo June Rose dan juga Jennie bergantian.

Hanbin mengelus rambut Lisa lembut kemudian turun mengelus wajahnya sampai pada dagu Lisa dan menariknya pelan.

"Lo gaboleh pergi dari sini sebelum gue kasih ijin lo buat pergi."

Setelah mengatakan itu, Hanbin berjalan keatas dan hilang dibalik pintu kamarnya. Sementara itu Lisa menjatuhkan badannua ke sofa dan segera badannya direngkuh Jennie kedalam pelukannya.

"Lo gak apa apa kan Lis?" ucap Jennie lembut dan menepuk punggung Lisa pelan guna menenangkan.

"Gue takut." parau Lisa, dia menutup wajahnya dan menangis.

"Hanbin emang kalo udah marah serem, gue aja takut dan ini gue gak kepikiran dia bisa sampe semarah ini cuman karna bekas cupangan Mino dileher lo belom ilang."

"Dia suka sama Lisa." celetukan Yoyo membuat Jennie membulatkan matanya begitupun Lisa, dia menatap Yoyo tidak mengerti.

"Kak yoyo apasih?" tanya Lisa.

"Hanbin naksir sama lo Lisa." kali ini June yang menjawab, dia tersenyum dan mengacungkan jempol tangannya pada Lisa. "...hebat"

Lisa kiceup, entahlah ini terlalu aneh untuknya. Kenapa bisa Hanbin menyukainya? Bahkan Lisa jauh dari kata sempurna jika dibandingkan dengan wanita-wanita yang bersama Hanbin dulu.

Ini aneh, sungguh!

.
Tbc
.

Yang nagih ini di up ayo komen, di bom komen biar semangat wkwkw

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now