4. Sahabat

2.7K 349 43
                                    


Lisa terdiam, perasaanya tak menentu. Semenjak dia memyimpulkan bahwa dia mungkin saja menyukai Mino dan semenjak itu juga, Lisa telah membuka gembok hatinya untuk seorang Mino Adilaga yang Lisa fikir akan membuat hidup Lisa lebih sedikit menyenangkan dan mungkin lebih bahagia. Namun ada perasaan kecil yang memberontak, seolah-olah keputusan itu adalah sebuah keputusan yang menghantarkan Lisa pada kesakitan yang teramat dalam.

Lisa menggeleng, dia mencoba meyakinkan hatinya bahwa dengan mempersilahkan Mino masuk kedalam hidupnya itu akan lebih baik. Lisa tidak bisa terus menerus menutup diri dari cinta, karna semua orang ditakdirkan untuk mempunyai cintanya masing-masing. Dan mungkin cinta nya adalah Mino, yah sekarang Lisa hanya mampu meyakinkan hatinya seperti itu.

"Udah beres, yu pulang."

Suara bas laki-laki yang tadi memenuhi fikiran Lisa menyeruak, sudah satu bulan hubungan mereka terlihat lebih dekat. Bahkan Mino tak segan-segan memamerkan kedekatannya dengan Lisa pada semua murid di Pelita.

Lisa mengikuti langkah Mino dengan tangan yang silih bertautan, hingga kini sampai diparkiran sekolah. Mino menuntun Lisa masuk kedalam mobilnya, ketika Mino akan melangkah memutari mobilnya mata Mino menangkap siluet ketiga lelaki dan dua wanita sedang menatapnya.

Mino terdiam sesaat, dia memberikan smirk devil nya pada mereka. Namun tatapan nya meneduh ketika melihat wanita disisi kanan salah satu lelaki itu, dia Eriska. Hanbin yang sadar akan tatapan Mino langsung melirik Eriska dan menatapnya dengan dahi berkerut.

"Liat gue tajem bener, eh liat cewe gue kok manis banget."

Sindiran Hanbin mampu membuat wanita itu gelagapan dan tersenyum kikuk. Eriska mengapit lengan Hanbin dan menusuk-nusuk jarinya pada pipi Hanbin. "Cemburu cie." Godanya, sementara Jennie yang berada disisi Yoyo hanya menghela nafas panjang dan menyenggol Yoyo dengan sikut nya.

"Yo, bantuin gue misahin kakak gue sama cabe itu."

Yoyo lantas tertawa dan menoyor kepala Jennie, dia merasa aneh pada Jennie setiap Hanbin dekat dengan wanita selalu saja Jennie ingin memisahkannya dengan alasan tuduhan Jennie yang jelas tak ada buktinya. Contohnya seperti Eriska ini, dia ingin Hanbin berpisah dengannya karna alasan sikap Eriska seperti Cabe-cabean.

Yoyo harus memutar otaknya dan mencari sisi Cabe-cabean dari seorang Eriska, karna sampai saat ini wajar-wajar saja dia agresif pada Hanbin karna Hanbin adalah kekasihnya. Lalu cabe-cabean disebelah mananya lagi? Setau Yoyo tak ada lelaki lain yang didekati oleh Eriska selain Hanbin.

"Ngomong di filter dulu, kedengeran Hanbin bisa perang dunia. Bego."

"Yaa pokoknya gue gak suka."

"Yauda bilang aja sama Hanbin sana.." Ucap Yoyo seraya mendorong tubuh Jennie kearah Hanbin. "...itupun kalo berani." Bisiknya.

Jennie mendengus, dia berjalan kearah Hanbin dan berhenti tepat dihadapan Hanbin lalu menatap Hanbin dan Eriska bergantian. Hanbin mengerutkan keningnya sementara Eriska sibuk memasang senyum semanis mungkin pada Jennie. Mungkin agar Jennie merestuinya, entahlah.

"Bin, boleh gue jujur?"

"Sejak kapan jujur pake ijin dulu?"

Jennie nyengir. "Janji dulu tapi, jangan stop uang buat ngemall gue ya."

"Hm." Jawab Hanbin cuek.

Jennie menghela nafas, dia menatap Hanbin serius. "Bin, gue liat lo sama Eriska kaya liat....."

"Serasi yah?" Potong Eriska, Jennie mendengus dan memasang senyum yang dibuat-buat.

"Heem, serasi banget..." Jennie kembali menatap Hanbin. "....kaya liat om-om gadun lagi ngegiring cabe-cabean nya."

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now