47. Memory.

1.3K 201 67
                                    

24 Mei’20

Selamat Idul Fitri ya kalian, mohon maaf lahir bathin. Maaf, saya udah sering bikin kesel kalian——sering php tentang update cerita2ku—— udah bikin kalian marah-marah juga di work ini, huhu jujur sebenernya seneng sih kalian se-ekspresif itu komen nya, marah-marahin Hanbin, dukung Lisa. Aku jadi ngerasa udah berhasil bangun karakter Hanbin disini. Makasih atas respon positif kalian, Aylafyuuuu..

Jadi udah siap spam komen? Lets gooooo!





Kedua manusia berbeda gender itu tengah menghabiskan waktunya di sebuah kamar bernuansa abu-abu dan hitam. Dengan si pria yang duduk bersilang kaki diatas kasur, yang memegang gitar di pangkuanya.

Sang wanita yang kini telah terduduk dihadapanya tak henti nya menatap pria itu dengan binar mendamba. Pasalnya, si pria menjanjikan akan menyanyikan nya lagu baru yang sudah dua hari ini dia buat, ini adalah perdana untuknya mendengar lagu buatan kekasihnya itu secara langsung.

Terlebih, kekasihnya sendiri yang akan menyanyi. Bukan vocalis utama di dalam band nya, sungguh hal itu-pun menjadi alasan terbesar dari rasa bahagia yang membuncah di hatinya.

Suara gitar dipetik, membuat Lisa si wanita itu menangkup-kan kedua tanganya di dada, menatap semangat ke arah Hanbin, kekasihnya.

🎶"Aku tak tahu apa yang lain, darimu hari ini"

suara serak sedikit tipis dari Hanbin terdengar mengalun di telinga Lisa. Gadis itu menampilkan mimik wajah menggoda, 'Ohoo..bisa nyanyi juga kamu."

🎶"Apa itu karena sepatu flat-mu atau kukumu, yang baru kau warnai."

Lisa menunjukan jemarinya pada Hanbin, seakan berkata—kuku ku nggak diwarnain tuh.

🎶"Pernahkah kau bertanya, seperti apa bentuk air tanpa wadah?"

Lisa terkekeh lalu sejuru kemudian dia berkata, "Ya tumpah dong, Bin." Hanbin hanya mengendikan bahu nya walau seulas senyum terbit di bibirnya yang tidak bisa dia pungkiri bahwa kekasih nya itu begitu menggemaskan.

🎶"Pernahkah kau mengira seperti apa bentuk cinta."

Lagi, Lisa memekik lalu menggerakan jari nya membentuk love.

🎶"Rambut warna-warni bagai gulali."

🎶"Imut lucu walau tak terlalu tinggi."

Gadis itu memberenggut lucu, dia men-stop nyanyian Hanbin. Ingin memprotes salah satu lirik nya. "Aku tinggi, Bin. Sebenarnya lagu kamu buat aku bukan sih?"

Hanbin tertawa renyah, tangannya terulur mengacak poni gadis itu. "Kamu PD, kata siapa buat kamu?" godanya, "Aku lanjut nih, diem dan dengerin." lanjutnya. Lisa hanya menurut, dia kembali diam menunggu lirik selanjutnya.

🎶"Pipi chubby dan kulit putih."

Lanjutnya, sambil mengerling. Dengan dagu yang sengaja dia arahkan pada Lisa, Lisa yang terlampau peka dia memegang pipinya dan memajukan bibirnya sebal dengan fakta bahwa pipinya benar-benar chubby, membuat kegemasan pada wanita itu bertambah berkali-kali lipat.

🎶"Senyum manis gigi kelinci."

🎶"Membuat ku tersadar, bentuk cinta itu.."

Hanbin sedikit menjeda nyanyian nya, lalu mencolek hidung Lisa sekilas sembari menyanyikan sisa liriknya.

🎶"Ya kamu.."

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now