18. Game Over

2K 314 19
                                    

"Bin, Lisa pingsan di lapangan basket!!"

Hening.

Semua mata tertuju pada pria yang kini sedang tertidur dipojokan kelas, mereka menatap dengan tatapan cemas.

Yah, cemas karena Hanbin pria itu akan meledak sesaat lagi.

Semenjak kejadian di lorong lusa itu, ketika Mino yang sengaja akan mencium Lisa dihadapan Hanbin. Hanbin tidak segan melayangkan pukulannya tepat pada wajah tampan milik Mino, membuat sedikit keributan dan memancing perhatian semua siswa bahkan guru di seluruh penjuru Pelita.

Kim Hanbin dengan lantang mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang berhak akan Lisa. Menyentuh apalagi menyakitinya itu sudah sangat jelas akan berakhir buruk ditangan Hanbin. Semua siswa bersorak iri dan memandang pria tampan itu dengan tatapan memuja.

Berapa beruntungnya Lisa.

Dan sekarang, ketika kabar buruk itu disampaikan dengan lantang dihadapan Hanbin. Semua siswa mulai resah, resah akan amarah Hanbin. Mereka terdiam menanti respon Hanbin yang kini tengah mengepalkan tangannya kuat dan memicingkan mata menatap June diambang pintu.

"Goblok, malah planga-plengo. Lisa pingsan bin !!" pekik June kembali.

Hanbin, ia mengusap wajahnya kasar lalu menatap June penasaran. "Kenapa bisa pingsan ? Dia kan lg bolos olahraga." tanya nya heran, Hanbin bangkit dari duduknya dan berjalan setengah berlari ke arah lapangan disusul kedua sohib nya itu, Yoyo dan June yang sesekali tertawa geli melihat tingkah Hanbin yang sekarang.

Dilapangan, terlihat Lisa yg kini terkapar dipangkuan Jennie. Jennie tak berhenti mendekatkan minyak kayu putih pada hidung Lisa berharap Lisa segera sadar, sesekali ia tepuk-tepuk pipinya chubby Lisa dan bergumam mencoba memanggil Lisa berkali-kali.

"Lisa, bangun dong kalo lo mati gue sama siapa." cicit Jennie.

"Jen."

Mampus, Jennie meringis mendengar suara berat yang baru saja memanggil namanya itu. Ia menunduk memejamkan matanya kuat sebelum memberanikan diri untuk menatap sang pemilik suara yang kini tengah berjalan mendekat kearahnya.

"Dipanggil tuh nyaut, lo punya mulut kan ?" Jennie semakin meringis, ia mengigit bibir bawahnya. Ia tau lelaki itu kini sedang kesal bahkan mungkin sebentar lagi ia akan marah besar karenya. "...bego" pekik lelaki itu kembali.

Jennie mendongakan kepalanya, menatap Hanbin takut ia tersenyum kikuk dan sedikit menggelengkan kepalanya pertanda Lisa belum sadar sedari tadi. Hanbin mendesah frustasi, dengan gerakan cepat saat ini Lisa telah berada dipangkuannya.

Suara sorakan terdengar dipenjuru lapangan, sorakan para murid yang menonton kejadian itu sedari tadi.

"Jennie kan adenya, kita liat aja dia bakalan ngamuk lg apa kaga."

"Gila sih, gue baru liat jennie setakut itu."

"Sumpah Lisa beruntung banget, kasih gue cowo yang kaya Kak Hanbin satu toloooong.."

Pekikan-pekikan itu sedikit samar terdengar oleh Hanbin, baru saja melangkahkan kaki nya berniat menuju UKS. Hanbin kembali berbalik menatap Jennie dengan tatapan menelisik.

"Bin." cicit Jennie, ia menunduk. Jari jarinya tak henti memainkan ujung seragamnya pertanda saat ini jennie sudah sangak gugut, ia takut.

"...gue...." lanjutnya dengan sedikit takut, ia menatap Hanbin sayu. "...maaf" Jennie terisak dan langsung membuat semua yang menyaksikan adegan itu bersorak tak menyangka.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now