30. Egois.

1K 129 1
                                    

Please, hargain cerita ini sama vote komen kalian. Bikin author seneng kali-kali :(

-----------

"Anying!"

Pekikan keras June membuat semua mata tertuju padanya, cowok dengan badan tegap itu merintih seraya menatap tanganya nanar.

"Setaaaaan kuku gue !" ringisnya.

Ternyata, kuku di jari manisnya patah dan hanya menyisakan kuku yang sangat pendek sekali. Entah apa yang bocah usil itu lakukan namun perbuatanya itu berhasil mendapat seruan senang dari teman-temanya. Mereka puas melihat cowok tengil itu mengaduh kesakitan, rasakan.

"Bandel sih, udah kaya anak SD aja gigitin kuku. Jorok !" seru Rose, kekasih June yang sudah sangat lama menemaninya. Entah pelet seperti apa yang June gunakan namun menurut Hanbin rasanya aneh saja cowok acak-acakan dengan tingkah luar biasa abstrak nya itu bisa membuat cewek secantik dan seanggun Rose setia padanya.

"Ngelamun yang." jawab June asal.

"Met, lo laper ? Beli makan gih." sindir Hanbin dengan memberi selembar uang berwarna merah.

"Goblok. Gue gak semiskin itu yah nyet !" jawab June tidak terima.

Naas, semua orang disana semakin menjadi mentertawakan June yang sudah menampilkan raut wajah sebalnya hanya karena Hanbin. Lucu sekali, suatu kepuasan melihat June terbully seperti itu.

"Lisa."

Disamping itu, ketika semua orang sedang terfokus pada June. Lisa hanya terdiam dan menatap Hanbin dengan tatapan tidak dimengerti, seperti kosong namun ada sesuatu yang mengganjal dengan raut wajah itu.

"Ngapain sih ngelamun aja ?" tanya Jennie yang baru saja bergabung disusul Jisya juga Bobby dan Jaewon.

Mereka kini sedang terdiam di samping area parkir Pelita, menunggu mobil jemputan datang yang akan membawa rombongan itu ke Bogor. Tidak hanya mereka saja, diujung sana sudah terdapat tim cheers yang akan ikut serta demi mendukung team basket favorite Pelita, terlihat ramai namun Lisa seperti tidak menikmatinya.

"Eh Jen, mana mobilnya ?" tanya Hanbin cepat begitu menyadari Jennie yang baru saja bergabung.

"5menit lagi juga nyampe, tadi dibelakang gue kok." jawabnya. "....kenapa sih lis ? Ngantuk?" tebak Jennie.

Lisa mengangguk Lucu, diujung manik matanya Hanbin menangkap itu. Dia tersenyum simpul dan mengacak rambut cewek berponi itu dengan gemas.

"Nanti di mobil tidur."

Singkat namun pengaruh dari kalimat Hanbin membuat mood Lisa meroket ke angka paling tertinggi.

Mobil mewah telah melaju pelan ke area parkir Pelita, semua anak terlihat bersiap untuk berburu tempat yang menurut nya nyaman

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Mobil mewah telah melaju pelan ke area parkir Pelita, semua anak terlihat bersiap untuk berburu tempat yang menurut nya nyaman. Tak terkecuali dengan Lisa dia melangkah pelan ke arah mobil berwarna putih itu, namum langkahnya terhenti ketika Hanbin menahan pergelangan tanganya tiba-tiba. Tentu saja membuat Lisa berbalik dan menatap Hanbin tidak mengerti.

"Gak usah buru-buru, itu pasti sempit nanti aja nunggu mobil lain."

"Loh, emang ada berapa mobil ?"

"Gak tau." jawab cowok itu sekenanya.

Lisa mendengus, tentu saja sebal. Dia menahan Lisa disana tanpa tau akan ada mobil atau tidak setelah mobil ini pergi, bodoh.

"Bin nanti ketinggalan, mereka kalo gak ada kapten nya gimana mau tanding."

Hanbin tertawa

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat