2. Anggoro Sibling

3.2K 408 44
                                    


"Kita belum kenalan kan? Gue Mino."

Lama tangan Mino terulur seperti itu karna Lisa hanya terdiam dan menatap wajah Mino kaget. Mino tersenyum dan mengibaskan tangannya kedepan wajah Lisa. Seakan tersadar atas keterpanaannya, Lisa mencoba memutus kontak mata dengan Mino dan menatap kesegala arah dengan sedikit panik.

"Yang ngajak kenalan disini, ini tangan gue juga lo anggurin aja, pegel neng."

Merasa tidak enak, Lisa segera menjabat tangan Mino tanpa melihat wajah Mino, lebih tepatnya menunduk. Mino semakin dibuat heran dengan Lisa, disaat semua orang menatapnya dengan berbinar dia seakan tidak ingin menatapnya. Hanya ada dua kemungkinan dia seperti itu.

Pertama, karna Lisa saltingan.

Kedua, karna wajahnya yang membuat Lisa takut.

Mino menggelengkan kepalanya, tidak mungkin jika kemungkinan opsi kedua yang benar. Karna setaunya wajahnya itu tak bisa dikatakan jelek ataupun menakutkan, wajahnya terlalu tampan dan itu membuat Lisa salting. Yaaah benar, jadi jawabannya Lisa saltingan.

Mino tersenyum puas setelah mendapatkan jawaban dari hasil bergelut dengan fikirannya. Dia menatap tangannya yang bertautan dengan Lisa sementara Lisa masih saja menunduk tanpa melihatnya.

"Cuman salaman aja? Kaya anak TK yang lagi nyoba baikan kalo abis berantem."

Lisa membelalakan matanya seolah sadar atas hal konyol yang sudah diperbuatnya. Bagaimana bisa dia hanya menggenggam tangan Mino tanpa memperkenalkan dirinya? Bodoh.

"Gu-gue Lisa Manoban, panggil Lisa aja."

"Oooh, namanya aneh bukan asli sini?"

"Terus emang nama lo gak aneh?"

"Hahaha gue fikir lo gak bisa balik nanya."

Lisa mendengus, tiba-tiba Jennie kembali dan duduk disamping Lisa. Gadis itu sedikit heran karna ada simurid baru yang tiba-tiba duduk dimejanya. Jennie manatap Mino dengan dahi berkerut.

"Anak baru ngapain disini?"

"Lagi kenalan."

Jennie menatap Lisa yang kini sedang membumbui baksonya dengan sambal kecap dan juga cuka. Tangan Jennie terulur menahan tangan Lisa yang mencoba meraih cuka.

"Gak usah pake itu, sayang rahim. Inget."

Mino tersenyum ketika melihat pemandangan itu, tangannya kembali terulur bedanya kini tepat dihadapan Jennie. Jennie menatap Mino tajam dan menggeser mangkok basonya lebih dekat dengannya.

"Mau bakso lo? Beli sana, jangan minta punya gue. Lo tau pengorbanan gue yang antri sampe lima belas meter demi ni bakso gak bakal gue sia-siain dengan ngebagi bakso gue ke lo."

Tawa Mino menggelegar dan membuat mejanya menjadi sasaran empuk dari beberapa pasang mata yang menatapnya tajam karna merasa terganggu akan kebisingan yang dihasilkan Mino.

"Kalian berdua cocok, yang satu kaku nya gak ketulungan dan yang satu nya gilanya gak ketulungan..." Mino menormalkan mimik wajahnya. "...gue mau kenalan juga sama lo, bukan mau bakso."

"Oh, gue Jennie." Jawab Jennie acuh seraya memasukan satu suap bakso ke mulutnya.

Lama Mino memperhatikan Lisa dan Jennie makan, tak ada pembicaraan diantara mereka dan hanya fokus pada bakso dihadapannya. Mino memperhatikan Lisa yang berdandan sederhana dengan rambut yang diikat satu, wajahnya terlihat polos tanpa makeup sama sekali walaupun ada kacamata yang menghalanginya.

Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Jennie, tak beda jauh dengan Lisa. Simple namun ada satu hal yang membedakan, perhiasan yang terdapat di leher dan telinganya. Juga jam tangan mewah yang melingkar ditangannya, jelas bahwa Jennie bukan orang dari kalangan biasa. Dia berbeda dengan Lisa.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now