38. Envy.

1.1K 150 39
                                    

Mau udpate cepet kan? Yuk spam komen, biar aku nya semangat update.

Mau udpate cepet kan? Yuk spam komen, biar aku nya semangat update

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


07 Mei’20
-
-
-
-
-
-

Lisa terdiam seorang diri, pikiran nya sedang dipenuhi banyak sekali pertanyaan. Dua jam yang lalu, Lisa memergoki Hanbin sedang mengobrol dengan seseorang di sebrang sana. Lelaki itu terlihat senang, bahkan Lisa sudah lupa kapan Hanbin bisa tertawa selepas itu jika bersamanya.

Hanbin segera memutuskan panggilanya, dan menghampiri Lisa yang mematung menatapnya penasaran. Memang dasar Hanbin, ditatap seperti itu dia hanya menampilkan wajah datar seolah-olah tidak ada yang terjadi. Bahkan tanganya dengan santai merangkul Lisa dan membawa gadis itu ke kamar.

"Masih nggak mau ngomong?" kata Hanbin yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya menggunakan celana pendek, bertelanjang dada dengan rambut basah. Sepertinya, Hanbin baru saja mandi.

Lisa hanya menghembuskan nafas malas, tidak berniat menjawab pertanyaan retoris dari kekasihnya itu.

"Astaga, Sa. Ngomong, kamu tuh kenapa sih?" tanya Hanbin sedikit gemas.

"Nggak kenapa-kenapa." jawab Lisa seadanya.

Hanbin melangkahkan kakinya mendekati Lisa, pria itu duduk dipinggiran kasur dengan sengaja mensugar rambut basahnya sedikit keras. Membuat Lisa melotot tajam, pasalnya sisa air dari rambut Hanbin terciprat mengenai wajahnya.

"Basah, Bin. Diem dong, lagi malas becanda nih."

Hanbin terkekeh. "Ya udah, aku seriusin kamu nggak mau. Ditanya kenapa ngga jawab." ucap Hanbin, pria itu terdiam sesaat, menatap Lisa dalam lalu menghela nafas pelan. "Masih kepikiran yang tadi?"

Yang tadi maksud Hanbin adalah perihal kejadian Lisa yang menangkap basah Hanbin tengah tertawa di telpon bersama seseorang disebrang sana. Hanbin-pun sudah berkali-kali menjelaskan, itu hanya sebuah obrolan biasa tidak ada hal intim yang mereka bicarakan.

Tapi tetap saja, ada sesuatu yang mengganjal di hati Lisa. Terlebih orang itu adalah Dahyuni.

Lisa memutar bola matanya, dia jengah dengan sikap Hanbin yang terlihat biasa saja. Padahal jika itu Juan yang menelpon Lisa, mungkin lelaki itu akan memarahinya dan bahkan kejadian dua tahun lalu akan terulang——dimana Hanbin hilang kendali dan menyakiti Lisa hanya karena Juan memeluknya.

"Lagian, bapak seneng banget di telpon Yuni. Sama aku aja nggak pernah ketawa begitu." sindir Lisa.

Hanbin tertawa geli, "Ya udah kamu cosplay jadi badut gih, nanti aku ketawa lepas ngetawain kamu." candanya dengan menjuil hidung Lisa sedikit keras.

"Giliranku harus cosplay dulu, giliran Yuni nggak."

"Astaga Lisa, denger! Aku sama Yuni tadi lagi ngobrolin project kita, tau kan Band-ku bakalan manggung di acara dia? Kalau kamu lupa aku ingetin lagi, Yuni itu selain kuliah dia juga ya itu kerjaanya urus-urusin event. Inget?"

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now