[ Re:XXX • 99 ]

649 42 13
                                    

Kondisi Daichi jauh membaik pagi harinya. Moriz yang biasanya bangun paling pagi, terlihat masih nyenyak sambil terus memeluk Daichi. Ia mendengar suara Sion yang terdengar ribut mencari tahu keberadaan saudara kembarnya. Mungkin Sion sudah mencari Moriz di dalam kamar Daichi. Tapi tak melihat Moriz yang seolah tersembunyi di bawah selimut. Mengira Daichi sedang memeluk sebuah guling.

"Cion chudah nyali Molish di kamal Kak Dai, tapi gak ada Papaaa..."

Daichi tersenyum, membayangkan seperti apa ekspresi Sion saat mengucapkan kalimat tersebut. Ia terkekeh mendengar seruan gemas antara Sion dengan Papanya. Dugaannya kalau Sion tak melihat Moriz tersembunyi di bawah selimut, benar adanya. Akhirnya ia hanya menyibakan selimut. Membuat Moriz lebih terlihat. Ia tak berani beranjak. Takut kalau Moriz terbangun. Wajahnya yang terlihat damai sambil memeluk erat, terlihat sangat menggemaskan di mata Daichi.

Sebenarnya Daichi juga ingin berteriak. Memberitahu Papanya yang berada di kamar sebelah. Tapi suaranya terdengar parau. Kerongkongannya terasa kering. Tapi seperti keputusannya tadi, ia tak ingin membangunkan Moriz. Pada akhirnya Daichi memutuskan untuk diam dan menunggu. Berharap ada yang masuk ke dalam kamarnya.

Doa Daichi terkabul saat Serena dan Ignaz masuk ke dalam kamarnya. Daichi hanya melempar senyum, tepat saat Melanie menyusul masuk. Tanpa suara, Ignaz kembali keluar dari kamar. Ia kembali sambil menggendong Sion yang terlihat meronta.

"Liat deh, itu siapa?" Ignaz bertanya pada Sion. Menunjuk ke kasur. Dimana Daichi terlihat menatap kearahnya. Tapi yang menyita perhatian Sion adalah sosok Moriz yang terlihat masih pulas sambil memeluk erat Kakaknya.

Moriz perlahan terbangun. Dengan menggosok kedua mata menggunakan kedua tangannya, ia duduk di tepi ranjang. Tangannya di rentangkan. Terlihat menunggu dengan mata masih terpejam.

Sion berlari dan menubruk Moriz, yang menyambut dengan memeluknya erat. Mengusap bagian belakang kepala saudara kembarnya.

"Hey boys... Lihat apa yang Om Savan temukan!!" Savan terlihat berseru pada seseorang di ambang pintu.

Tak berselang lama, terlihat Cieli, Cielo dan Helio mengintip di pintu kamar. "Woaahhh..." Seru Cielo dengan mata berbinar-binar. "Koko Momo!!" Seru Cieli.

Daichi bingung harus memberikan reaksi apa melihat Cieli, Cielo dan Helio saat masuk ke dalam kamar. Ketiganya terlihat memakai sebuah kostum lengkap dengan sebuah pedang plastik di tangan kanan Cieli. Sebuah busur di tangan kiri Cielo, beserta beberapa buah anak panah di sebuah tas pada punggungnya. Lalu Helio, terlihat memakai kostum seperti seorang penyihir, lengkap dengan sebuah tongkat.

Akhirnya Daichi memberikan isyarat pada Ignaz agar mendekat. Ia ingin mendengar penjelasan mengenai yang terjadi pada tiga malaikat kecil di ambang pintu.

Ignaz menjelaskan kalau pagi tadi, saat Sion mencari keberadaan Moriz, Adam meminta Savan untuk mengeluarkan tiga buah kostum dari sebuah koper.

Savan berdeham sebentar, lalu menjelaskan situasi yang terjadi pada Moriz. "Koko Momo... diculik monster!" Savan berujar dengan wajah serius. Lalu terlihat muram. Cieli dan Cielo merespon dengan mata terbelalak. "Tapi kalian tak perlu cemas, karena... kalian bertiga bisa membantu Om Savan mengalahkan monster itu. Dengan memakai pakaian sakti ini!!" Lanjutnya tepat sebelum Helio menangis ketakutan.

"Monster? Woaahhh... Baba takut!!" Adam merespon dan terlihat bersembunyi di belakang Savan. "Om Savan... Tolong bantu tiga malaikat Baba untuk mencari monster itu. Dan mengembalikan Koko Momo!!" Adam terlihat meneteskan air mata. Aktingnya pantas mendapatkan sebuah award. Paling tidak di depan kedua orang tua Helio.

"L-lio... helbhh..." Helio yang pertama merespon meski suaranya terdengar bergetar. Seperti tangannya yang terlihat gemetar saat terulur.

"Nice!!" Amar merespon. "What a wonderful boy!!" Rafael menimpali.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang