[ Re:XXX • 67 ]

530 60 13
                                    

Adam sedang bersantai dengan merebahkan diri dan menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa di ruang televisi. Sofa berwarna putih polos saat ia masih sekolah dulu, sudah lama ia ganti dengan sofa berwarna hitam yang jika di tarik pada bagian bawahnya akan membentuk sebuah kasur. Cukup untuk menampung dirinya, Joshua dan ke lima putra mereka. Bahkan jika kelima putranya sudah dewasa nanti, sofa tersebut akan tetap memberikan ruang sisa yang cukup untuk di tempati dua orang dewasa lain. Hari ini ia malas untuk pergi ke kantor. Dan memasrahkan urusan pekerjaannya pada Hector. Tapi ia teringat untuk melakukan packing beberapa pakaian untuk esok hari.

Seharian, Adam hanya bermalas-malasan sambil memperhatikan tingkah laku tiga putranya. Karena Moriz dan Sion sudah pergi ke sekolah musik sejak pagi tadi. Sementara Daichi, yang sengaja belum Adam masukan ke sekolah sejak tinggal bersamanya, sedari tadi sibuk mengejar dan mengikuti Cieli dan Cielo. Dua putranya itu sejak pagi terus saja menggoda Kakaknya dengan segala tingkah laku menggemaskan mereka.

"Kak Dai..." Adam memanggil dan memberikan isyarat agar Daichi menghampirinya. "Biarin aja mereka main berduaan. Kak Dai temani Baba, disini," lanjutnya seraya menarik tubuh Daichi agar berbaring disampingnya. "Capek kan kalo ngejar mereka terus."

"Hehehe... Biarin. Sekalian olah raga, Ba..." Daichi menyahut dan membiarkan Adam mengusap keningnya yang berkeringat menggunakan ibu jari yang terlihat panjang dan besar untuk bocah seusianya.

"Jadi tiap hari Kak Dai ngejar Eli dan Elo kesana kemari. Gitu?"

"Enggak kok, Ba. Kadang mereka nonton video. Atau lihat tayangan tivi. Atau nemenin Dai baca buku."

"Gak capek? Jujur!"

"Hmm... Lumayan..." Daichi menjawab dengan malu-malu.

"Kalo gak salah inget, Moriz dan Sion ngasih kado PSP waktu Kak Dai ultah, kan?" Adam bertanya seraya merubah posisinya menjadi duduk. Ia tersenyum saat Daichi mengangguk pelan sebagai jawaban. "Ada dimana?"

"Di kamar."

"Gak pernah di maenin?"

"Pernah."

"Kok Baba gak pernah liat Kak Dai maenin PSP-nya? Selalu aja ngikutin mereka," Adam menunjuk Cieli dan Cielo, yang kini sedang asik berjoget-joget sambil melihat tayangan televisi khusus untuk anak-anak, menggunakan ibu jarinya. "Biar para Nanny yang jagain mereka. Kalo Kak Dai bosen, boleh maen game di ruang library. Atau PS di ruang tivi. PSP-nya juga bisa di maenin."

"Tapi Dai kan Kakaknya Eli dan Elo juga, Baba."

"Iya, tau. Tapi masa kamu ngikutin mereka mulu. Padahal mereka tuh sengaja godain Kak Dai aja. Biar selalu diikutin."

"Hehehehe... Gak ada yang bisa ngalahin tatapan mereka itu, Ba."

"Wah wah... Kak Dai sedang berada di bawah kuasa mantra menggemaskan para dedek, ya?" Adam mengusap kepala Daichi lagi. "Sana. Ambil PSP Kak Dai. Baba mau liat Kak Dai kalo maenan game kayak gimana."

"Yaa... Gitu aja kok, Ba..."

"Gitu gimana? Pasti gak bisa maeninnya. Makanya lebih milih nemenin kroco-kroco kembar ini," Adam berujar dengan sedikit memprovokasi.

"Uh. Enak aja. Justru game-nya gampang semua. Makanya lebih milih nemenin Eli dan Elo."

"Ah! Masa?! Coba kasih liat ke Baba!!" Adam menyahut dengan raut muka terkejut. Menahan senyum saat usahanya untuk memprovokasi Daichi terlihat berhasil. Terlebih saat Daichi langsung turun dari sofa dan berlari menuju kamarnya. Ia berseru saat berdiri di pintu lorong menuju kamarnya, "Baba disitu aja!! Dai ambil PSP-nya dulu!!"

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang