[ Re:XXX • 23 ]

915 98 16
                                    


"Bukannya tadi elu bilang, kalo elu gak minum minuman beralkohol, ya?"

"Tapi bukan berarti gue sama sekali buta ama beberapa jenis Champagne," Arthur menyahut dengan senyumnya yang khas.

Karena saking senangnya Abrar telah berhasil mengundang Arthur, ia yang sedang menghubungi Room Service, sempat tergagap dan bingung untuk memilih beberapa minuman yang ada di dalam menu yang tersedia di samping pesawat telepon. Melihat itu, Arthur lagi-lagi memutuskan untuk membantu dengan memilih jenis minuman yang tak ia sangka dimiliki oleh Hotel tersebut.

Dari informasi yang ia dapatkan dari Hector, Arthur memang sengaja memilih Hotel yang ia tempati saat ini. Hal itu karena Hotel tersebut merupakan salah satu Resort Hotel milik Cakrabirawa, yang merupakan orang tua Joshua. Dan meskipun ia sempat mengatakan pada Abrar kalau dirinya tak minum minuman beralkohol, sebenarnya ia punya dua jenis minuman favorit yang kadang ia nikmati bersama dengan Attila. Tentunya dalam wujud asli mereka, mengingat wujud manusia mereka --Attila dan Mozes-- merupakan sosok remaja.

 Tentunya dalam wujud asli mereka, mengingat wujud manusia mereka --Attila dan Mozes-- merupakan sosok remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan dari dua minuman favorit itu, Hotel yang mereka tempati saat ini, memiliki salah satunya. Yaitu Dom Pérignon. Minuman yang sebenarnya sudah sangat umum di Hotel berbintang. Tetapi memang, tidak semua Hotel menjual dalam jumlah besar. Kalau dari segi cita rasa, Arthur harus akui, ia tetap memilih Cristal dibandingkan dengan Dom Pérignon. Sayangnya untuk saat ini, hanya segelintir Hotel yang memiliki jenis Champagne tersebut.

 Sayangnya untuk saat ini, hanya segelintir Hotel yang memiliki jenis Champagne tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ngapain duduk jauh-jauh?" Arthur meremas bahu Abrar. "Kalo duduk lebih deket, elu bisa dengan jelas ngeliatin gue."

Entah karena pengaruh minuman atau karena lagi-lagi ketahuan, wajah Abrar menjadi sangat merah usai mendengar ucapan Arthur. Melihat itu, Arthur meletakan gelasnya ke meja di depan mereka.

"Nyari apa?" Tanya Abrar ketika melihat Arthur celingukan.

"Remote AC."

"Hahahaha... Ngapain nyalain AC? Kan sekarang ini kita lagi buka jendela dan pintu beranda kamar."

"Soalnya, elu keringetan gini," Arthur menjawab seraya mengusap kening Abrar dengan lengan kemejanya.

"Hahahaha... Gue keringetan karena nervous. Bukan karena gerah."

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang