[ Re:XXX • 43 ]

804 66 9
                                    

"Kak... Gue di mobil aja, ya?"

"Mau gue tampol?" Adam menyahut dengan mengacungkan tangannya yang terkepal.

"Yeee..." Sean menyahut dengan bibir manyun, tapi tetap melepaskan sabuk pengamannya meskipun terlihat ogah-ogahan. Dia juga keluar dari mobil dan cuma bisa pasrah saat Adam mengajaknya berjalan menjauh dari parkiran. Sebenarnya tidak bisa dibilang berjalan berdampingan. Karena Pak Setyo, salah satu Satpam yang melihat dari kejauhan, sedang tertawa melihat tingkah dua Kakak beradik yang meskipun terlihat cool dan sama-sama tampan rupawan itu, tetap tak berubah tingkah konyolnya sejak dulu.

Situasi Adam dengan Sean, menurut sudut pandang Pak Setyo dan rekan kerjanya saat ini, sudah seperti melihat seekor kucing yang sedang dipaksa mandi. Bahkan rekan kerjanya hanya bisa garuk-garuk kepala melihat Pak Setyo yang jarang tersenyum itu, malah terpingkal ketika Adam menjitak kepala Sean lalu kembali menyeret paksa agar lekas mengikutinya sambil terus ngedumel tak keruan.

"...enak aja abis di temenin kagak mau masuk. Justru elu juga harus ikut masuk. Pasti Bu Siska juga kangen ama elu. Kan elu gak pernah mampir kemari sejak resmi jadi Mahasiswa!" Adam mulai koar-koar seraya menyeret Sean yang masih terlihat melakukan rem dengan dua sepatunya.

"Kak, entar sepatu gue rusak!"

"Bodo amat! Makanya tinggal ikut aja pake ribet! Mau gue iket tali di leher lu sekalian?"

"Yah... Sambil melet-melet macam Joey, gitu?"

"Kalo elu mau, ya gak papa. Entar tinggal gue kerek di tiang bendera!" Adam menimpali.

"Sadis!" Sean terlihat kembali protes. Tapi kali ini sudah mulai menurut saat melihat Adam mengambil ancang-ancang akan menendang kakinya.

"Dari lahir!" Balas Adam.

Tempat pertama yang Adam dan Sean tuju sekeluarnya dari area apartemen, adalah AXeL Mall. Untuk mengantar Sean membeli sesuatu. Setelah itu, ganti Adam yang menyetir dan tancap gas menuju ke Sekolah yang menjadi almamater keduanya.

Gara-gara menemani Sean, pada akhirnya mereka sudah satu jam terlambat datang dari waktu yang Adam perkirakan sebelumnya. Dan setibanya di SMK mereka dulu, waktu sudah menunjukan jam istirahat.

Meskipun Adam tidak pernah berusaha menarik perhatian siapapun, tapi kehadirannya tetap bisa menjadi pusat magnet bagi orang-orang di sekelilingnya. Ia yakin benar, kalau diantara semua siswa dari sekolah yang pernah menjadi tempatnya menuntut ilmu beberapa tahun silam, tak akan ada yang mengetahui siapa dirinya. Kuat dugaan, hanya para Guru saja yang akan mengenalinya.

Tapi ternyata dugaannya meleset, saat seorang cewek mendadak saja berseru, "Kak Adam? Kak Sean?" Suara tersebut berasal dari arah pintu masuk kantin.

"Desy?" Sean yang bertanya dengan raut wajah terkejut dan menunjukan ekspresi seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kak Sean masih... inget?" Cewek bernama tersebut membekap mulutnya sebentar, dan raut wajahnya berubah senang.

"Tentu," Sean menyahut seraya menghampiri Desy. Memeluknya erat selama beberapa detik. Mengusap rambutnya seperti yang biasa ia lakukan pada Moriz dan Sion. Sementara ada semburat merah di kedua pipi Desy. Dan raut wajah penasaran dan iri dari siswa lainnya yang melihat Desy mendapatkan perlakuan tersebut dari Sean, cowok keren bak model, dengan wajah tampan dan rambut yang kini tak lagi berwarna silver platinum. Melainkan lilac platinum yang membuatnya terlihat semakin menonjol.

"Kayak pernah liat..." Adam berujar sambil mengusap dagunya sendiri.

"Ya ampun Kak. Ini Desy. Keponakannya Ibu kantin!" Sean menyahut.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang