[ Re:XXX • 95 ]

653 41 20
                                    


Fiona yang melihat Felix kejang-kejang, secara refleks menjatuhkan gelasnya. Tapi yang lebih mengejutkan semua orang adalah saat melihat kearah Fiona berjalan cepat menghampiri Felix.

Husein, orang yang terlihat berada paling dekat dengan Felix, dengan refleks meraih tubuh calon Kakak iparnya itu. Saat merengkuh tubuh Felix, ia terkejut bukan main, menyadari bahwa sekujur tubuh Felix bersimbah keringat. Dengan cepat dan hati-hati, Husein melepaskan jas yang dikenakan Felix. Saat itulah ia melihat kalau kemeja Felix basah kuyup.

"Ko... Koko kenapa?!" Fiona bertanya. Terlihat jelas kepanikan di wajahnya. Hal sama juga terlihat jelas di wajah Husein.

Saat itu, sepasang tangan terulur meraih dan mengangkat tubuh Felix. "Biar Kakak yang urus," ucap Hasan. "Tuh kan, gue bilang apa. Elu tuh kecapean," lanjutnya seraya mengangkat tubuh Felix yang terlihat lebih kecil di bandingkan dengan tubuh Hasan. "It's okay, Fio... Biar Kakak yang urus ini. Kalian disini aja. Gak enak sama Sean dan Bang Wisnu," selorohnya sebelum bergegas meninggalkan ruangan.

Husein merengkuh tubuh Fiona. Mencoba menenangkannya. Meski kedua tangannya sendiri pun terlihat gemetar. Ia masih bingung. Felix terlihat baik-baik saja saat mereka berbicara tadi. Memang, kening Felix terlihat mengeluarkan bulir-bulir keringat. Tapi ia hanya berpikir itu hal wajar. Mengingat malam ini Felix di dapuk untuk menyediakan pakaian beberapa tamu undangan. Khususnya dari pihak keluarga.

"Sein..."

Husein sedikit tersentak saat Sean meremas bahunya.

"Minum dulu. Biar tenang..." Ucap Sean seraya mengulurkan segelas air. "Gue mulai acaranya, ya? Maaf, gue sedari tadi sengaja mengulur-ulur waktu..." Lanjutnya dengan ekspresi penuh penyesalan saat menatap Fiona.

"It's okay, Sean..." Sahut Fiona.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼


Tak seperti Ignaz yang sedang asyik mengajari membaca untuk Serena dan Melanie. Atau Moriz dan Sion yang terlihat sibuk dengan gadget masing-masing. Juga Cieli dan Cielo yang terlihat duduk mengapit Savan sambil menikmati berbagai jenis dessert di meja. Atau Helio yang terlihat nyenyak dengan menggunakan paha Moriz sebagai bantal. Sesekali Moriz membelai kepala dan punggung Helio, seperti yang biasa ia lakukan pada duo bungsu. Sion sesekali membetulkan posisi selimut, agar Helio tetap merasa hangat. Saat ini, hanya Daichi yang sedang memperhatikan ke dalam ruangan. Dimana saat acara baru di mulai, penerangan di dalam terlihat sengaja di buat redup.

Detik berikutnya, pada bagian tengah ruangan, terlihat sebuah cahaya terang. Daichi yang penasaran pun, mencoba membuka sedikit pintu pembatas teras berbahan kaca bening. Semata-mata agar ia bisa mendengar suara Sean yang sedang melakukan sebuah presentasi pada sebuah hologram, dimana cahaya terang tadi berasal.

Bahkan hingga saat Daichi sudah dewasa beberapa tahun mendatang, tekhnologi hologram seperti itu biasanya hanya ada di dalam adegan film Sci-Fi. Ia tak pernah menyangka kalau perusahaan raksasa seperti Lee Corporation memiliki tekhnologi hologram itu. Tapi saat ia mengingat jati diri Baba dan Papanya, bukan tak mungkin hal itu bisa terjadi. Belum lagi, segala macam gadget pemberian kedua orang tuanya itu baru akan muncul sekitar 10 tahun mendatang. Daichi hanya bisa membuat sebuah spekulasi tanpa dukungan kuat, bahwa orang-orang dari Lee Corporation yang mengeluarkan tekhnologi masa depan seperti itu.

Daichi menyimak presentasi Sean dengan seksama. Terlebih saat Sean menjelaskan kalau AXeL Hospital memiliki tekhnologi bayi tabung yang tak memerlukan sebuah rahim dari seorang pendonor. Dengan gamblang, Sean menjelaskan proses pembuahan dua buah sperma yang telah di perbesar jutaan kali agar bisa di lihat lebih jelas oleh semua orang di dalam ruangan tersebut.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang