[ Re:XXX • 76 ]

390 58 20
                                    

Rombongan yang Adam bawa sudah tak heran lagi saat mereka terbang menggunakan pesawat dari landasan pacu pribadi yang berlokasi hanya beberapa puluh meter dari Rumah Adam. Meskipun hanya Husein saja yang sempat membatin, kenapa gerbang yang mereka lewati harus berupa terowongan panjang lagi seperti saat mereka tiba di malam sebelumnya. Kalau pintu gerbang masuk kemarin letaknya di sisi barat, maka gerbang yang mereka lalui di hari berikutnya berada di sisi utara, dan lokasi gerbang tersebut juga sama seperti gerbang kemarin. Berada di sisi atas lingkungan Rumah Adam yang nampak seperti kota kecil dengan deretan bangunan minimalis serba modern.

Kemudian di dalam pesawat, ganti Jordan yang bertanya sendiri di dalam hati, kenapa private jet yang mereka tumpangi sama sekali tak memiliki suara bising sama sekali seperti pada pesawat pada umumnya. Bahkan terbilang tenang di dalam kabinnya. Nyaris tak terasa goncangan sama sekali selama mereka terbang bersama. Tapi saat melihat ekspresi tenang di wajah Husein, Jordan seolah mengerti untuk tak membahas hal tersebut. Mungkin bisa ia tanya lain waktu. Mengingat masalah gadget milik Husein, yang terlihat futuristik dan tak pernah Jordan lihat ataupun ia tahu sebelumnya, selama di penerbangan. Saat Fiona tengah terlelap di sebelah Husein, Jordan hanya memperhatikan sahabatnya itu sibuk berkutat dengan laptop miliknya. Tugas kuliah, Husein berujar singkat saat mata mereka bertemu pandang.

"Kita mau kemana?" Jordan sempat bertanya pada Husein sebelum pesawat lepas landas.

"Ke Maldives. Nyusul Sean," Fiona yang menjawab.

"Ha?! Serius?!" Aslan ikutan nimbrung.

"Iya, kali!" Husein menyahut santai. "Udahlah. Ikut aja. Gak usah bingung. Pasti pada bingung karena gak bawa passport, kan?" Tanya Husein, yang di jawab anggukan kompak Aslan, Jordan dan Fiona. "Udah di urus ama Kak Adam," Husein berujar singkat. Membuat ketiganya lega.

Tapi kemudian Jordan yang kembali bingung sendiri, dan pada akhirnya memutuskan untuk tak ambil pusing. Semuanya lancar kalo kita pasrahin aja ke Kak Adam, begitu pikirnya. Udah di traktir gak boleh bawel, pikirnya lagi.

"Loh? Kita udah sampe? Jadi gini rasanya naek pesawat pribadi? Cepet banget!!" Fiona mulai ngerocos saat Husein membangunkannya. "Loh? Ini bukan Maldives? Kita dimana? ...Aku siapa? .....Kalian kenapa?"

Jordan dan Aslan hanya bisa menyipitkan mata mereka saat melirik Husein yang masih bersikap tenang.

"Anggep aja kalian gak kenal dia," ujar Husein sebelum beranjak dari duduknya.

"Astaga!!! Itu istana, Sein?!" Fiona kembali bertanya saat matanya melihat sebuah bangunan besar yang terlihat dari tempatnya berdiri setelah bergantian turun satu persatu dari pesawat.

Tiga buah boogie car berkapasitas enam orang, termasuk pengemudi, terparkir beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Sebuah truk penarik kereta bagasi yang siap mengangkut seluruh barang bawaan mereka, terlihat baru saja datang dan berhenti di sebelah salah satu boogie car tersebut.

"Kak Adam, kita gak jadi ke Maldives?" Tanya Fiona dengan wajah kebingungan.

"Bukannya tadi pagi kamu bilang kalo Maldives adalah tempat bulan madu kamu dan Husein saat nikah nanti?" Jawab Adam.

"Heeehhh??!! Husein dan Fiona nanti mau nikah?!" Aslan berseru lalu mendekap mulut dengan kedua tangannya.

"Not today," Husein menjewer telinga Aslan. "Kuliah gue belon kelar. Gue juga belon kerja. Emangnya anak orang cuma bisa di kasih makan cinta?"

"Om Cein... Om Cein..." Sion memanggil seraya menarik-narik ujung kemeja Husein.

"Iya, Sion. Kenapa?"

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang