[ Re:XXX • 70 ]

420 45 0
                                    

"Lepasin..." Aslan berusaha melepaskan diri dari pelukan Jordan.

"Gak mau!!" Jordan membalas. Tubuhnya yang di dorong dengan kuat oleh Aslan tak bergerak mundur. Malah sebaliknya. Bergerak maju. Semakin menyudutkan Aslan yang duduk di dekat kaca bus. "Gue minta maaf. Dan..." Jordan mengeratkan pelukannya. Tak mempedulikan protes Aslan. "Gue bisa jelasin semuanya. Disini. Sekarang juga."

Aksi berpelukan dan saling dorong mendorong tersebut membuat keduanya menjadi perhatian enam bocah kecil yang berada di dalam bus. Helio berdiri menggigit telunjuknya sendiri, memperhatikan tingkah Cieli dan Cielo yang meniru Aslan dan Jordan. Sementara Daichi mencoba menenangkan Moriz dan Sion. Keduanya sedang berebutan untuk memeluk Daichi.

Menyadari kalau tingkahnya membuat keributan pada ke enam bocah tersebut, akhirnya Aslan memilih untuk tak melanjutkan aksinya. Ia lebih takut pada Adam. Meskipun sudah lama tak bertatap muka dengan Kakak sahabatnya, Aslan masih ingat dengan benar bagaimana galaknya Adam.

Pada akhirnya, Aslan yang melihat Adam berjalan melewatinya, hanya bisa menghembuskan nafas lega. Ia sudah takut Adam akan menegur tingkahnya. Ia menatap heran kearah Adam yang membuka pintu kulkas. Mengeluarkan sebuah mangkuk besar dan meletakannya ke atas meja pada lemari kabinet di dapur mini di dalam bus.

"Lepas!" Aslan berseru tegas.

"Gak mau. Entar elu mukul gue," Jordan menyahut.

"Belum puas bikin gue sakit?" Aslan bertanya. "Kemaren nyakitin hati gue. Sekarang nyakitin gue secara fisik!"

"Hmm... Jadi elu di bikin sakit lahir batin gara-gara Jordan, Lan?" Husein yang bertanya.

Aslan memutar matanya dengan kesal. "Iya!" Jawabnya. Pipinya bersemu merah saat Jordan melepas pelukannya. Mengusap sisa air mata yang membasahi wajah Aslan. Lalu mendaratkan kecupan kecil di ujung hidung Aslan. Cukup untuk membuat emosi dan semua amarah yang Aslan rasakan, menguap begitu saja.

"Baba mau ngapain?"

Semua mata kini tertuju kearah Moriz yang bertanya pada Adam.

"Baba mau machak?" Sion yang ganti bertanya. Ia langsung turun dari sofa dan bertanya sambil berjalan menghampiri Moriz. Membebaskan Daichi yang semula kebingungan menjadi rebutan mereka.

"Iya, sayang. Kalian duduk saja dengan Kak Dai. Ya?" Adam menjawab seraya mengusap Moriz dan Sion dengan kedua tangannya yang terlihat besar di kepala mereka. "Eli dan Elo... Ajak Lio duduk dengan Kakak," lanjutnya.

Aslan takjub melihat keempat bocah tersebut menurut saja dengan ucapan Adam. Tak seperti anak kecil pada umumnya. Semuanya terlihat sangat penurut. Terlihat tak membantah sedikit pun permintaan dari Adam.

Tapi yang membuat Aslan lebih terkejut, adalah sikap Adam. Memang, Adam juga memiliki selera humor yang tinggi. Tapi Aslan tak pernah mengira kalau Adam yang ia ketahui selalu galak dan tegas, dan tak pernah mau perintah atau permintaannya di bantah, bisa bersikap lembut seperti itu.

"Kok ngelamun aja, Lan?"

"... ..."

"Kok ngeliatin Kak Adam sampe segitunya, Lan? Naksir ya?"

"... ..."

Aslan tetap diam seribu bahasa. Seolah sengaja mengunci mulutnya. Malas menjawab pertanyaan yang Jordan berikan untuknya. Aslan bahkan mencubit punggung tangan Jordan, dan menyingkirkan dari pinggangnya.

"Sein... Gue udah berapa tahun sih, gak ketemu ama Kak Adam?" Aslan malah membuka mulut dan bertanya pada Husein. Masih bersikap acuh. Tak mempedulikan Jordan, yang langsung manyun karena di kacangin secara terang-terangan.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang