[ Re:XXX • 51 ]

765 73 13
                                    


Sesampainya di rumah, Husein meminta para keponakannya untuk segera masuk ke dalam kamar tidur. Sementara itu, Sean membantu Husein untuk memindahkan Cieli dan Cielo dari kereta bayi mereka ke dalam baby box yang saat ini sudah di tata bersebelahan dengan ranjang kedua kakaknya.

Adam sengaja mengganti ranjang Moriz dan Sion menjadi sebuah kasur yang lebih besar dari size King Bed. Kasur tersebut sengaja diletakan pada dipan berbentuk seperti panggung. Pada disi dipan itulah, baby box milik Cieli dan Cielo diletakan. Meskipun disebut sebagai baby box, tetapi bentuknya mirip dengan kasur Kakak mereka. Pada sekeliling kasurnya, diletakan bantal busa yang terlihat seperti benteng. Semua bantal tersebut mengitari bagian atas, bawah, kiri dan kanan kasur.

Adam tidak pernah mengkhawatirkan nyamuk. Karena di setiap flat apartemen yang menjadi milik perusahaannya, sudah terpasang alat yang memancarkan gelombang ultrasonic untuk mengusir serangga dan hama lain.

Husein masih menunggu keponakannya untuk segera berganti pakaian. Melakukan semua kebiasaan mereka seperti menyikat gigi, mencuci kaki, tangan dan wajah. Juga termasuk mengganti pakaian mereka. Husein masih sering heran jika melihat kebiasaan Moriz dan Sion tersebut. Karena baik Adam maupun Joshua, tak pernah sekalipun memarahi mereka. Bersikap galak pun, juga tidak pernah. Tapi keponakannya itu, selalu bisa menuruti dan menjalankan permintaan orang tua mereka. Tanpa pernah mengeluh sekalipun.

Selama mengawasi keponakannya yang besar, Husein sendiri sibuk menggantikan pakaian dan membersihkan badan Cieli dengan tissue basah khusus. Sampai saat ini, Husein belum pernah melihat brand yang dipakai oleh Adam untuk putranya itu ada di toko manapun. Sementara itu, Sean melakukan hal yang sama pada Cielo.

"Sudah selesai?" Tanya Husein saat melihat Moriz selesai duluan, dan menghampirinya.

Ada satu hal lagi yang selalu membuat Husein takjub. Yaitu kebiasaan Moriz membelai kepala Cieli dan Cielo secara bergantian. Ajaibnya, setiap kali diperlakukan seperti itu, keduanya akan langsung tidur pulas. Kalau sudah seperti itu, Husein merasa kepalanya sudah terasa akan meledak, karena tak akan pernah habis pikir.

"Ignaz kenapa?"

Husein menoleh saat mendengar Sean bertanya pada Ignaz. Perlahan ia menghampiri Ignaz yang terlihat cemas.

"Anu Om... Ignaz selalu tidur dengan lampu menyala..."

"Oh... Tenang saja, walaupun lampu utamanya dimatikan... suasana kamarnya enggak akan gelap gulita kok," Sean berujar seraya mematikan lampu utama kamar lalu menekan tombol lain yang membuat Ignaz melongo dengan kepala terdongak.

Bagaimana Ignaz tidak melongo, kalau langit-langit kamar sekejap saja berubah layaknya langit malam bertaburan bintang. Itu adalah hasil pekerjaan Sean dibawah instruksi dari Adam di hari mereka melakukan renovasi kamar tidur tersebut. Berbarengan dengan aktifitas Husein yang mengganti meja makan tempo hari.

"Kak Inyaz bobok cama Cion, ya?" Sion bertanya seraya menepuk kasur disisinya.

"Sok tua ni bocah!" Husein mencubit gemas pipi Sion. Sementara Sean hanya meringis melihat hal tersebut.

Selanjutnya, Husein mengusulkan agar Sion dan Moriz tidur di bagian tengah kasur. Dengan Moriz pada disisi kiri dan Sion disisi kanan. Lalu disisi kiri Moriz, Daichi merebahkan diri dan langsung memeluk adiknya itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Ignaz sendiri berbaring disisi kanan Sion. Posisi Ignaz tersebut berdekatan dengan baby box. Dan ia hanya bisa terlihat gemas saat Sion memeluknya erat.

"Met bobok ya..." Ujar Husein dari ambang pintu kamar.

"Sweet dreams, boys..." Sean mengimbuhi menyusul Husein lalu menutup perlahan pintu kamar. Tangan Sean lalu terulur dan melingkar di perut dan dada Husein yang berdiri membelakanginya. Tanpa peringatan, Sean mendaratkan kecupan di leher Husein. "Sweet dreams brother..."

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang