[ Re:XXX • 123 ]

237 24 14
                                    


"Duduk dan temani saya ngobrol," pinta Dipa sekali lagi. Lalu mempersilahkan Dexter untuk duduk.

Dipa tak pandai memulai suatu topik pembicaraan. Dexter bisa memahami itu. Makanya, ia yang terlebih dahulu melempar pertanyaan. Hanya hal-hal kecil yang bisa Dipa jawab dengan mudah. Misalnya saja mengenai hobinya. Atau kegiatan apa saja yang ia lakukan.

"Hobi saya? Nyanyi. Di kamar mandi. Hahahaha..." Jawab Dipa dengan rona merah di kedua pipinya. "Saya baru pindah di kota ini. Kakak saya memboyong kami sekeluarga kemari."

"Betah selama tinggal di kota ini?" Tanya Dexter.

"Betah. Apalagi setelah punya dua orang sahabat yang bisa mengerti dan menerima kondisi saya apa adanya."

"Kondisi yang bagaimana?"

Dipa tak langsung menjawab. Ia menggaruk telinga kirinya yang tidak gatal sebentar. "Brian bilang, saya tipe orang introvert. Saya akui itu. Karena saya terbilang sangat menutup diri," Dipa menjawab dengan wajah tertunduk. Menatap kedua kakinya yang bergoyang-goyang tak jelas di bawah meja.

"Lalu?"

"Lalu.... Entahlah. Sejak kenal dengan mereka berdua, saya merasa sangat nyaman. Dan bersedia untuk membuka diri."

"Membuka diri seperti tadi?"

"Yang bagaimana?"

"Yang seperti di kapal tadi," kali ini sebenarnya justru Dexter yang menjawab dengan polos. Bahkan Dipa tak menyadari hal tersebut.

🤯 BOOMMMM!!!

Kepala Dipa rasanya ngebul mendengar jawaban tersebut. "Adududuhh... Bukan buka-bukaan yang seperti itu...."

"Tapi tadi kan Tuan Dipa bersedia membuka kedua kaki dan mempersilahkan lidah saya masuk ke dalam lubang sempit Tuan. Saking sempitnya, lidah saya sampai terasa di jepit."

"Mmm...." Dipa panik.

Dexter menyadari itu. Ia berusaha untuk menenangkan kalutnya isi kepala Dipa. Beragam macam kata-kata bermunculan di dalam benak pemuda polos yang duduk di sebelahnya. Ia meletakkan tangannya di paha Dipa. Berusaha untuk membuatnya tenang.

Tapi, Dipa yang merasakan usapan lembut tangan Dexter, merasa saat ini kepalanya mendadak kosong. Seperti ada sebuah lubang berukuran besar yang menghisap seluruh kalimat di dalam benaknya.

"K-ka-kamu suka melakukan... itu?"

Dexter meletakkan jari di depan bibirnya sendiri. Berpikir sejenak. Lalu mengangguk. "Kalau Tuan Dipa tak keberatan, saya bersedia melakukannya lagi," ucapnya seraya berjongkok.

"Di...sini?" Dipa bertanya.

Tapi ia hanya mengangkat pinggulnya. Membiarkan kedua tangan Dexter melepaskan celananya. Juga membiarkan kadua kakinya diangkat. Tangan Dexter memegangi kedua kaki Dipa. Membentangkannya. Lalu mendaratkan kecupan di salah satu bongkahan pantatnya.

Kecupan tersebut membuat sekujur tubuh Dipa meremang. Dan kedua tangannya mencengkram lengan kursi sangat erat saat lidah Dexter menyapu permukaan bibir anusnya.

"A...aahhhh....." Dipa mendesah.

Lidah basah Dexter sangat terampil menemukan titik rangsang di area tersebut. Hingga membuat kepala Dipa terdongak. Menatap langit berbintang sejenak. Lalu terpejam meresapi permainan lidah Dexter.

Beberapa menit kemudian, saat Dexter mengganti lidah dengan jarinya, kini Dipa merasakan lidah tersebut menjilati kantong pelernya. Mulutnya bahkan dengan mudah mengulum dua biji kembar Dipa. Lantas berpindah menjilati anusnya lagi. Jarinya memasukkan liur Dexter yang terasa licin. Menyusul jari kedua ikut masuk.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang