[ Re:XXX • 115 ] EXTRA

257 32 24
                                    

Benang Merah

Joshua memeluk erat Adam dari belakang. Ia terheran-heran sendiri karena Adam yang biasanya sangat sulit untuk diberikan kejutan, saat ini berteriak lalu menoyor pipinya dengan gemas.

"Baba chayank lagi mikilin chapa chih? Papa jadi cembulu loh," Joshua berujar dengan manja. Ia memeluk erat tubuh Adam. Kedua tangan yang melingkar di perut Adam dengan mudah mengangkat tubuh Adam. Mereka terjatuh di kasur, dengan Adam menimpanya.

"Mikirin orang banyak," jawab Adam sambil membalikkan badan. Jemarinya mengusap wajah tampan Joshua. Tak ada kejenuhan memuja ketampanan wajah Joshua.

"Gimana anak-anak? Udah pada tidur?" Joshua kembali bertanya.

"Kalo Eli dan Elo belon tidur, emangnya gue udah bisa balik?" Adam balas bertanya. Kedua tangannya terlipat diatas dada bidang Joshua. Lalu menyandarkan dagunya pada punggung tangannya sendiri. Ia sempat mengecup dagu Joshua sebelum berada diposisinya sekarang.

"Tumben loh, mereka minta dinyanyiin lagu gitu. Apa ada hal yang mengganggu ingatan bawah sadar mereka?"

"Enggak ada. Tapi seperti biasa, Elo kumat manjanya. Dia pengen ikut tidur dengan Kakak-kakaknya. Tapi Eli gak gak mau ditinggalin."

"Hm? Eli cemburu?"

Bibir Adam manyun-manyun dengan kepala bergoyang pelan. "Dibalik sikap masa bodohnya, bisa dibilang Eli memang selalu ingin jadi yang nomor satu di mata Elo," jelasnya. "Sementara Elo... Yahh... Papa Josh tau sendiri gimana anak bontot kita itu, kan?"

"Selebor. Badung. Emosional tinggi. Mikir pendek."

"Kayak siapa sih Elo bisa gitu?" Ganti Adam yang bertanya.

"Siapa lagi, kalo bukan dari Baba dan Papanya?" Joshua menyahut sambil mencubit gemas pantat Adam. "Tapi..."

"Kenapa?"

"Tumben gue bisa bikin Baba Adam kaget. Kayak tadi. Sampe teriak gitu. Mikirin apa?"

"......Bukan apa-apa."

Ada jeda beberapa detik sebelum Adam menjawab. Dan seperti biasa, dibandingkan dengan semua putra mereka, atau makhluk manapun di dunia, hanya seorang saja yang pikirannya tak bisa terdeteksi oleh Joshua. Yaitu Adam, berikut para makhluk kloningannya.

Tapi dari pada nyari ribut, Joshua selalu memilih untuk diam. Dan Adam tahu, kalau Joshua sampai berani bertanya, itu tandanya Joshua sangat mencemaskan dirinya. Saat ini mereka sudah hidup bersama. Sudah memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Sudah bukan waktunya Adam menanggung semua beban sendirian.

Permintaan Joshua tak banyak. Tak aneh-aneh. Ia hanya ingin Adam berbagi beban dan tanggung jawab. Joshua sadar benar, Adam adalah makhluk terkuat. Tapi buktinya ia bisa merasa lelah juga.

"Intinya tadi gue kagak ada masalah dengan anak-anak. Seperti biasa, mereka selalu bertingkah menggemaskan," ucap Adam setelah mereka terdiam sejenak.

Joshua tak mungkin sesabar Adam dalam hal menunggu. Tapi Adam membenarkan pendapat Joshua untuk membagi tanggung jawab. Maka ia memberikan isyarat agar Joshua melonggarkan pelukannya. Padahal kedua tangan Joshua sedang sibuk menjadikan pantat padatnya sebagai gendang. Tapi, justru itulah isyarat bahwa Joshua menunggu dan menuntut penjelas detik itu juga.

Sebuah layar hologram berukuran besar tampil mengapung di atas tubuh Adam dan Joshua. Menunjukkan bagaimana Adam memberikan pertunjukan kecil untuk kedua buah hati mereka dengan nyanyian dan sedikit tarian lucu.

Joshua yakin Cieli dan Cielo yang menyaksikan sambil tertawa-tawa sebenarnya sedang merekam baik-baik setiap gerakan yang dilakukan Baba mereka. Adam membenarkan pendapat Joshua.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang