[ Re:XXX • 48 ]

802 78 12
                                    

"Home sweet home...!!!" Adam berseru sambil duduk berselonjor pada sofa panjang yang terletak di seberang televisi. Sementara Joshua, setelah menurunkan Cieli dan Cielo dari gendongannya, ia memindahkan semua tas belanjaan yang Adam letakan di depan rak televisi ke dalam kamar.

"Owm cweet owm...!!!" Sion meniru seruan Babanya. Bahkan ia juga ikut duduk berselonjor di sofa. Tepat di sisi kanan Adam.

Moriz ikut duduk disisi kiri Babanya. Seperti biasa, ia yang paling irit bicara dan hanya sempat mengangguk kecil sebentar.

"Capek gak?" Tanya Adam pada kedua putranya. Ia sempat duduk tegak, meraih dengan cepat kotak tissue yang berada di atas meja di depannya. Lalu dengan lembut, ia menyeka keringat yang membasahi wajah Sion dan Moriz secara bergantian.

"Ba...ba..."

Adam menahan Moriz, dan memintanya untuk tetap duduk. Begitu juga pada Sion. Kemudian Adam tersenyum cerah dan merentangkan kedua tangannya. "Sini sayang... Pelan-pelan..." ucapnya dengan riang pada Eli yang barusan memanggil seraya berjalan sambil berpegangan pada benda apapun yang ada di dekatnya.

Cieli dan Cielo memang sudah mulai belajar berjalan sejak beberapa minggu terakhir. Yang paling takjub saat melihat hal tersebut adalah Sion. Sementara Moriz, sebagai seorang Kakak, selalu mengawasi dan bersikap waspada. Terakhir, Moriz sempat panik saat melihat Cielo jatuh tersungkur. Ia juga ikut menangis sambil memanggil Baba dan Papanya.

Saat itu, Adam selalu dengan lembut mengajari Moriz untuk bersikap tenang. Juga memintanya untuk sigap menolong jika memang diperlukan. Saat ini, sambil menunggu Eli yang sedang berjalan dengan cara merambat perlahan dengan benda-benda di dekatnya, sesekali Adam melirik kearah Moriz yang terlihat harap-harap cemas. Lain halnya dengan Sion, ia memang terlihat sangat tenang. Tapi Adam tahu, di dalam dadanya, jantung Sion sedang berdebar sangat kencang. Adam bisa mendengar degup jantung putranya tersebut.

"Ayo Eli... Kamu bisa!!" Adam berseru. Mencoba memberikan semangat pada Cieli yang wajahnya terlihat mulai cemas.

"Umh..!! Eli bicha!!" Moriz menyahut.

"Eli bicha!! Aiyo Eli!!" Sion mengikuti.

Melihat dan mendengar dukungan dari kedua Kakak tercintanya, Cieli makin semangat melangkahkan kaki-kaki mungilnya. Wajahnya yang semula terlihat lelah, kini berubah cerah. Membuat kecemasan di wajah kedua Kakaknya sudah hilang tertelan dengan sorak sorai mereka.

Setelah melewati lima menit menegangkan yang terasa panjang, akhirnya Cieli bisa juga menghampiri Baba dan kedua Kakaknya. Ia tersipu dengan tawa renyah diantara pelukan Moriz dan Sion yang bergantian mengusap kepalanya. Membuat lelah dari perjuangannya seolah lunas terbayar.

Tapi tawa renyah dua putra sulung Adam terhenti saat melihat Cielo yang mengintip dari balik dinding pembatas kamar tidur dengan ruang sofa. Moriz dan Sion sempat melirik kearah Baba mereka.

"Ayo Elo!!!" Adam mengacungkan kepalan tangannya ke udara. Moriz mengangguk dan meniru yang dilakukan Adam. Begitupun dengan Sion.

Disisi lain, Joshua yang sedari duduk di tepi kasur, hanya tersenyum lebar melihat tingkah Adam dan keempat putra mereka. Sama seperti Sion, ia pun sedari tadi hanya tersenyum. Mencoba menyembunyikan rasa cemas di dalam hatinya.

Berbeda dengan Cieli yang terus berusaha meskipun dadanya berdegup kencang, saat Cielo akhirnya jatuh tersungkur di pertengahan jalan, ia lalu memutar badan. Merangkak cepat bagai seekor laba-laba menghampiri Joshua yang ternganga melihat kelakuan putranya yang paling bungsu itu. Hal serupa juga terjadi pada Adam. Tapi kesunyian dengan cepat pecah oleh tawa Adam yang memenuhi segala sudut ruang.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang