Part 21: Pemakan Otak Penghisap Darah

1K 34 3
                                    

Sejak Giri berhasil menjinakkan kuda liar Si Kawung yang terkenal galak, nama Giri menjadi terkenal di antara para pengawal dan budak Dorma.
Di hari hari biasa, Giri yang telah dilepaskan rantai besi dikedua tangannya, mengerjakan pekerjaan seperti layaknya budak lainnya yaitu memetik buah buahan di perkebunan buah atau membersihkan kandang kuda di peternakan kuda.

Untuk menghindari terkena sinar matahari, Giri selalu memakai kain panjang seperti kain sprei atau selimut untuk menutupi tubuh dan wajahnya.

Hal seperti ini sering menjadi bahan tertawaan para pengawal Dorma dan budak budak lainnya. Tapi Giri tidak memperdulikan ejekan orang lain, diwaktu luang ia terus berlatih ilmu bela diri "Penakluk Bumi" dari buku yang ditulis Viyasha.
Karena sering memakai kain sprei untuk menutup tubuhnya, Giri sering dijuluki para pengawal Dorma dengan julukan "Si Anak Sprei".

Giri teringat ketika kecil, ia selalu dilarang ibunya untuk keluar rumah di siang hari karena ia akan selalu sakit jika terkena sinar matahari langsung.

Oleh karena itu Giri lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Buku buku menjadi hiburan Giri. Ibunya, Istari yang melihat Giri suka membaca buku, sering membawa buku buku hasil karya para sastrawan dan pemuka agama yang terkenal saat itu.

Hal ini membuat Giri menjadi banyak pengetahuan dan menguasai berbagai bahasa daerah termasuk bahasa kuno. Beruntunglah dengan kemampuan membaca bahasa jawa kuno, Giri dapat mengerti isi tulisan dalam buku Viyasha.

Masa kecil Giripun berbeda dengan masa kecil anak anak sebayanya. Jika anak anak kecil seumurnya bebas bermain main di luar rumah, Giri hampir tidak pernah keluar rumah.

Teman bermainnya hanya ibu kandung dan para pembantunya. Istari sangat sayang dengan anaknya ini, sehingga ia dengan susah payah mencari obat untuk penyakit anaknya.

Tapi walaupun sudah banyak tabib didatangi dan bermacam macam teknik pengobatan telah dilakukan, belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit Giri. Bola pelangi yang menjadi harapan Istari untuk mendapatkan obat penyakit anaknya juga gagal diperolehnya.

Dengan semua kondisi yang dialaminya, Giri tumbuh menjadi anak yang berhati lembut dan tidak mau mencari masalah.

Seperti saat ini walaupun ia sering di ejek dan di bully karena selalu memakai kain panjang untuk menutup seluruh tubuhnya dari sinar matahari dan sering dipanggil dengan julukan "anak sprei", Giri memilih untuk tidak membalas dan membiarkan saja semua ejekan dan bully yang dia terima.

Hari ini, Giri membawa keranjang berisi rumput untuk makanan kuda dan kambing di peternakan kuda milik Dorma.

Selain beternak kuda, Dorma juga beternak beberapa hewan lain seperti kambing dan ayam. Rumput rumput yang dibawa Giri ditaruh di tempat makanan kuda dan kambing.

Hari itu tampak awan mendung menutupi langit, tanda akan turun hujan sebentar lagi. Giri yang menutupi tubuh dan kepalanya dengan kain sprei panjang merasa lega karena awan mendung membuat teduh tempat peternakan kuda dan menghalangi sinar matahari langsung menerangi tempat itu.
Kondisi yang teduh membuat Giri menjadi tidak terlalu risau terkena sinar matahari yang akan membuatnya sakit.

"Hei, anak sprei, kamu jangan mengambil rumput hanya sedikit seperti itu, ambil yang banyak dong!!" teriak seseorang.

Giri menengok ke sumber suara, lalu ia berkata: "Hmmm, ternyata kamu..."

Giri melihat seorang anak gadis berdiri didepannya dengan bertolak pinggang. Anak gadis itu bukan lain Hasya.

Hasya yang diam diam merasa tertarik dengan "keunikan" Giri yang mempunyai kemampuan yang "aneh", kemudian mendatangi peternakan karena dalam otaknya telah muncul lagi pikiran iseng untuk menjahili Giri.

Pengemis Dan Anak LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang