Part 31: Anak Anak Langit

552 31 7
                                    

Kini di atas panggung hanya tinggal Saldan dan Tretunka. Saldan yang tulang kakinya retak masih sulit berdiri tegak dan hanya bisa berjalan terpincang pincang.

Di lain sisi, pemuda berbadan kurus bernama Tretunka itu tampak mengerikan karena ia telah menghisap darah lawannya, Khula dalam sekejap sampai lawannya tewas dalam keadaan kering darahnya.

"Kakek tua, aku tidak ingin membunuhmu...turunlah dan biarkan aku menjadi Pemimpin kaum Satya!" kata Tretunka dengan nada suara yang datar dan wajah tanpa ekspresi.

Saldan yang menatap kedua mata cucunya itu merasa bulu kuduknya berdiri karena kedua mata cucunya itu terlihat mencorong tajam dan menakutkan.

Warna kulit tubuh cucunya yang sangat kurus itu berwarna putih pucat dengan sekeliling kedua matanya hitam gelap seperti tidak pernah tidur selama beberapa minggu.

Pipinya tipis dan warna bibir yang gelap menghitam seperti tidak ada darahnya.

Mendengar pertanyaan cucunya itu, Saldan menggelengkan kepalanya dan menjawab:
"Cucuku, Tretunka. Ketahuilah aku ingin menjadi Pemimpin karena ingin menghapuskan permusuhan antara kaum Satya dengan kaum Valkiri agar tidak ada lagi terjadi peristiwa seperti yang dialami ibumu dan dirimu.
Jika engkau memiliki niat yang sama, maka aku akan mundur dan mendukungmu menjadi Pemimpin kaum Satya"

Tretunka melihat kakeknya dengan pandangan yang tajam.

"Kakek tua, aku tidak perduli dengan semua niatmu itu. Aku mempunyai rencana sendiri, dan aku tidak butuh dukunganmu untuk menjadi Pemimpin kaum Satya" kata Tretunka.

Setelah berpikir sejenak, Saldan memutuskan tidak mau melawan cucunya sendiri. Ditambah kondisi tubuhnya yang berjalan terpincang pincang karena tulang kaki yang retak, Saldan merasa tidak akan sanggup melawan cucunya yang terlihat sakti karena dapat mengalahkan jagoan kaum Satya seperti Khula dalam waktu sebentar saja.

"Cucuku, jadilah Pemimpin kaum Satya yang baik dan jangan mengecewakan ibumu di alam sana" kata Saldan kepada Tretunka sambil turun dari panggung.

Oleh karena tidak ada lagi orang yang melawan Tretunka di atas panggung, maka masyarakat kaum Satya memutuskan Tretunka menjadi Pemimpin kaum Satya yang baru.

Ada sebagian kecil masyarakat kaum Satya yang tidak setuju dengan keputusan menjadikan Tretunka sebagai Pemimpin kaum Satya dengan alasan Tretunka mempunyai darah keturunan kaum Valkiri yang menjadi musuh kaum Satya.

Tetapi masyarakat kaum Satya yang tidak menyetujui kepemimpinan Tretunka ini langsung dihukum oleh Tretunka dengan tangan besi seperti disiksa atau dimasukkan kedalam penjara tanpa proses pengadilan.

Untuk memperkuat kekuasaannya sebagai Pemimpin kaum Satya, Tretunka membentuk pasukan pilihannya yang akan melaksanakan apa saja yang dia mau serta melindungi harta kekayaan Tretunka yang diperolehnya dengan paksa dari masyarakat kaum Satya.

Sebagian para pemberontak yang melawan kepemimpinan Tretunka diam diam dibunuh oleh pasukan Tretunka ini. Hal ini dilakukan Tretunka agar dia tetap berkuasa atas kaum Satya.

Lambat laun kekuasaan Tretunka atas kaum Satya menjadi sangat besar dan powerful.

Dibawah kepemimpinan Tretunka inilah diputuskan bahwa kaum Satya tidak boleh memusuhi atau berperang dengan kaum Valkiri. Selain itu kaum Valkiri dapat menjadi para pengawal Tretunka dan bebas keluar masuk wilayah kaum Satya.

Semakin lama pengaruh kaum Valkiri atas kaum Satya semakin menguat. Bahkan harta kekayaan milik kaum Satya banyak yang diserahkan Tretunka kepada kaum Valkiri tanpa bisa dicegah oleh kaum Satya yang takut dengan kesaktian Tretunka.

Kakek Saldan juga akhirnya tidak mampu melawan kemauan cucunya yang telah menjadi Pemimpin kaum Satya yang sah itu.

Pembelaan dan dukungan Tretunka yang berlebihan terhadap kaum Valkiri ini membuat masyarakat kaum Satya bertanya tanya mengenai apakah penyebab Tretunka selalu membela dan mendukung kaum Valkiri.

Pengemis Dan Anak LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang