Part 9: Perebutan Bola Pelangi

3.3K 56 1
                                    

Mbah Tuyul melihat sekelompok orang pendatang yang sepertinya sedang berkelahi dengan murid murid perguruan Puteri Suci.
Ternyata sekelompok orang telah tiba digerbang Desa Luar tempat Perguruan Puteri Suci.
Kehadiran mereka disambut murid perguruan Puteri Suci.
"Sampurasun,...ada keperluan apakah bapak bapak datang kedesa kami?" tanya Anggita, seorang murid perguruan Puteri Suci berwajah bulat manis.
Orang-orang yang berdatangan kedesa luar berjumlah lima belas orang dengan wajah dan pakaian bermacam macam.
Seseorang yang berikat kepala warna hitam dengan membawa senjata golok besar menjawab: "Nona, kami ingin bertemu dengan Sekar, tolong panggil Sekar keluar!"
Anggita menunjukkan wajah tidak suka mendengar pria bergolok itu memanggil Sekar dengan nama saja seperti tidak menghormati Sekar yang mempunyai kedudukan tinggi di perguruan puteri Suci.
Apalagi Anggita dan teman-temannya dapat melihat dan merasakan para pria yang datang itu melihat dengan pandangan dan sikap yang tidak sopan kepada Anggita dan murid murid perguruan Putri Suci yang rata rata berwajah manis dan berbadan langsing.
Tapi Anggita tetap berlaku sopan dan kembali bertanya:" Ada keperluan apakah bapak ingin bertemu dengan Ibu Sekar?"
Seorang pria berbadan kurus berbaju kuning dengan motif batik cirebon menjawab: "Uhhh, nona cantik tidak perlu banyak bicara, panggilkan Sekar cepat kemari, dan sekalian bawa bola pelangi yang dia punya. Kami ingin bertemu dengan Sekar!"
Anggita menoleh kepada teman temannya sesama murid perguruan Puteri Suci. Kemudian mereka mengganggukkan kepalanya dan seorang murid lalu berjalan kedalam desa sepertinya akan memanggil Sekar.
Anggita dan teman temannya memang sudah diperingatkan Sekar bahwa suatu saat akan ada orang orang yang datang ke perguruan Puteri Suci untuk merebut bola pelangi.
Kabar mengenai bola pelangi yang sudah direbut Sekar dari Lembah Cukang Taneuh sudah tersebar luas didunia persilatan. Dan hal ini memancing datangnya para pesilat untuk mencoba untuk merebut bola pelangi itu.
Anggita dan teman temannya kemudian diam diam bersiap siap menghadapi pertarungan dengan sekelompok orang yang datang ini.
Anggita kembali berkata dengan sopan: "Maaf bapak bapak, ibu sekar sudah berpesan kepada kami bahwa ibu Sekar tidak berkenan untuk menunjukkan ataupun berdiskusi mengenai bola pelangi yang dimiliki Ibu sekar. Harap bapak bapak maklum dan berkenan untuk tidak mengganggu kami dan harap bapak bapak kembali ketempat masing-masing"
Mendengar ucapan Anggita, para pesilat menjadi marah dan kesal walaupun mereka telah memprediksi dan menduga sebelumnya sikap Sekar yang tidak akan mau menyerahkan bola pelangi kepada mereka.
"Huhh. Kalau sekar tidak mau keluar, biar kami saja yang masuk mencarinya!" Kata seorang kakek tua berambut penuh uban dan berpakaian serba hitam.
Mendengar ucapan kakek tua berambut uban, semua pendatang itu mulai bergerak maju kearah dalam Desa Luar.
Melihat orang orang pendatang mulai mencoba masuk ke desa luar, murid murid perguruan Puteri Suci yang seluruhnya wanita langsung bergerak menghalangi para pendatang itu.
Murid perguruan Puteri Suci langsung membentuk formasi "Rotasi Sepuluh Bintang".
"Rotasi Sepuluh Bintang" adalah formasi jurus kelompok yang dilakukan oleh sepuluh orang murid perguruan Puteri Suci yang digunakan untuk melindungi desa tempat Perguruan Puteri Suci dari ancaman dan serangan pihak luar.
Tiga murid perguruan Puteri Suci berada di bagian depan formasi, tiga murid lain di bagian belakang formasi, dan masing-masing dua murid berada dibagian samping kiri dan kanan formasi.
Bagian depan dan belakang masing masing memegang senjata pedang sementara bagian samping kiri dan kanan memegang tombak panjang.
Para pesilat yang hendak menerobos masuk kedesa luar, menghentikan langkahnya melihat barisan formasi wanita wanita murid perguruan Puteri Suci yang sudah bersiap dengan senjata pedang dan tombak terhunus.
Untuk sesaat para pesilat yang telah datang saling pandang satu sama lainnya dan sebagian besar mencoba menduga tingkat kemampuan murid murid Perguruan Puteri Suci.

Perguruan Puteri Suci merupakan perguruan yang terkenal kehebatannya didunia persilatan sehingga jarang ada yang mau mencari perkara dengan perguruan ini.
Tetapi kabar mengenai adanya bola pelangi di perguruan Puteri Suci telah membuat para pesilat menjadi nekad dan berupaya menekan rasa takutnya untuk berusaha merebut bola pelangi.
Oleh karena itu para pesilat datang secara berkelompok agar dapat memperkuat kekuatan mereka untuk merebut bola pelangi tersebut karena mereka sadar kalau mereka tidak akan berhasil dengan datang sendirian saja.
Oleh karena itulah para pesilat itu datang dengan berkelompok atau dengan teman temannya untuk menghadapi perguruan Puteri suci.
Melihat murid murid perguruan Puteri suci sudah membentuk formasi penghalang, para pesilat yang datangpun juga mengeluarkan senjatanya masing-masing.
Kakek berambut uban mengeluarkan senjatanya yang berbentuk celurit dan berkata: "Nona nona manis, jika kalian tidak mau minggir dan tidak mengijinkan kita masuk ke desa ini, jangan salahkan kalau kita berbuat kasar!!"
Anggita dan teman temannya masih tidak bergeming dari posisinya dan anggita menjawab perkataan si kakek uban: "Tuan tuan yang terhormat, jika niat dan tujuan tuan tuan adalah mengambil bola pelangi milik Ibu Sekar, lebih baik silakan urungkan niat tuan tuan itu dan kembali ketempat masing masing dan tidak mengganggu kami lagi!"
Mendengar ucapan Anggita, para pesilat langsung bersiap siap menyerang dan menerobos masuk ke desa luar. Dimulai dengan sikakek berambut uban yang kemudian setengah berlari kedepan kearah para murid perguruan Puteri Suci yang bersiap siaga menjaga jalan masuk kedesa luar.
Langkah kaki kakek beruban berhenti ketika pedang pedang yang dipegang murid perguruan Puteri Suci disilangkan menghalangi jalannya.
Dengan kesal di kakek uban mengerakkan senjata celuritnya kearah pedang pedang murid perguruan Puteri Suci yang terhunus untuk menjatuhkan pedang pedang tersebut.
"Wuusssssshhhh,......!" Celurit sikakek uban bergerak sangat cepat kearah pedang pedang murid perguruan Puteri Suci. Tapi celurit si kakek uban hanya menemui udara kosong karena dengan gerakan sangat cepat pedang pedang murid perguruan Puteri Suci berputar secara serempak menghindari serangan celurit kakek uban dan dalam sekejap tiga pedang yang dipegang tiga murid perguruan Puteri suci berputar sangat cepat dan bergerak menyerang balik dan menusuk kearah tubuh sikakek uban .
"Wuusshhhhh,.... wuuusssshhhhh,.....wuusshhhhh,...!!!!" Satu pedang bergerak lurus menusuk kearah dada kakek uban, sementara dua pedang lagi menyerang dari samping kiri dan kanan kakek uban.
Si kakek uban yang tidak menyangka mendapat serangan balik yang sangat cepat ini menjadi terkaget dan dengan secepat tenaganya sikakek uban meloncat kebelakang menghindari serangan tiga pedang wanita wanita manis murid perguruan puteri suci.
"Brettttt,.....bretttttt......" pakaian sikakek uban robek robek terkena serangan pedang murid perguruan puteri suci. Kulit kakek uban tampak berdarah karena tergores pedang tajam wanita wanita yang dianggap remeh olehnya itu. Walaupun lukanya tidak berbahaya, tapi hal itu membuat malu sikakek uban didepan para pesilat yang hadir saat itu.

Pengemis Dan Anak LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang