Pengemis Dan Anak Langit

Part 32: Perpisahan

Ditanya oleh Yalena, Tretunka menatap wajah wanita muda yang berdiri didepannya itu.

Walaupun telah berpisah selama beberapa tahun karena Tretunka tinggal bersama ayahnya di lembah tempat kaum Valkiri, tetapi wajah cantik Yalena dan tubuhnya yang langsing dan indah dipandang mata tidak pernah dilupakan Tretunka. Seakan akan wajah dan tubuh Yalena yang indah dilihat itu telah terpahat dalam hati Tretunka sejak pertama kali mereka bertemu ketika masih kecil.

Di antara kaum Satya, hanya Yalena yang secara terang terangan membela Tretunka dari hinaan dan siksaan kaum Satya.

Oleh karena itu, Tretunka menjadi jatuh hati kepada Yalena dan merasa sangat berhutang budi kepada wanita idamannya itu.

Dahulu Tretunka selalu merasa minder dan rendah diri karena selalu direndahkan dan dihina sebagian kaum Satya karena ia memiliki darah keturunan kaum Valkiri sehingga Tretunka tidak pernah berani untuk mengungkapkan rasa cintanya secara terang terangan kepada Yalena.

Tetapi sekarang nasib Tretunka telah berubah drastis. Ia kini adalah penguasa kaum Satya setelah memenangkan kompetisi perebutan jabatan Ketua Kaum Satya. Selain itu Tretunka juga merupakan pewaris ilmu kesaktian Raja kaum Valkiri, sehingga kemampuan bela dirinya meningkat sangat pesat, sehingga tidak ada lagi kaum Satya yang berani menentangnya apalagi menghinanya secara terang terangan.

Tretunka yang telah mewarisi ilmu ilmu hitam dan kejam dari Raja kaum Valkiri, Kazakh, telah berubah sifat dan karakternya. Dari anak kecil yang minder dan rendah diri, sekarang telah berubah menjadi pemuda yang percaya diri dan juga angkuh.

"Yalena, engkau masih mengingatku?" Tretunka bertanya dengan perasaan bahagia karena wanita pujaannya masih mengingatnya.

"Kamu Tretunka? Sudah lama aku tidak pernah melihatmu. Bagaimana kabarmu" tanya Yalena yang masih ingat wajah Tretunka yang dikenal sebagai anak yang lemah dan selalu di hina banyak orang dari kaum Satya.

"Ya, aku Tretunka, sudah lama aku mencarimu, Yalena" ujar Tretunka sambil menatap wajah wanita pujaannya itu.

Yalena melirik anaknya, Sena yang dipegang oleh Tretunka, lalu ia menunjuk Sena. "Tretunka, bolehkah kamu memberikan anakku ini".

Tretunka memandang anak kecil yang dipegangnya itu. Wajah anak kecil itu tampak meringis sedikit kesakitan karena pundaknya dipegang dengan sangat kuat oleh jari jari tangan Tretunka.

"Ma...ma...ma...ma.... !" Sena mengangkat kedua tangannya ke arah Yalena karena ia mengenali ibunya dan ingin berjalan ke arah ibunya, tetapi cengkeraman jari jari tangan Tretunka dipundak Sena yang kuat bagai jepitan cakar besi membuat anak kecil ini tidak dapat bergerak melangkah ke ibunya.

"Ini anakmu?..." Tretunka memandang wajah anak kecil yang dipegangnya.

Timbul perasaan kebencian di hati Tretunka melihat wajah anak kecil yang dipegangnya itu.

Tretunka mencintai dan memuja Yalena sepenuh hatinya dan ia ingin Yalena menjadi miliknya. Tetapi setelah mengetahui wanita pujaannya itu telah menikah dan telah mempunyai anak dari pria lain membuat hati Tretunka hancur.

Rasa ingin memiliki Yalena berubah menjadi rasa kebencian ketika Tretunka melihat anak Yalena itu.

Tretunka tidak rela wanita pujaannya itu dimiliki orang lain apalagi sampai mempunyai anak dari pria yang lain.

Yalena melihat anaknya kesakitan dipegang dengan kasar oleh Tretunka. Yalena menjadi sangat khawatir akan keselamatan Sena.

Yalena bukanlah orang yang bodoh, ia tahu Tretunka memendam rasa suka dan cinta kepada dirinya dari sejak mereka kecil.
Sejak dahulu, Yalena yang memiliki hati yang baik dan rasa empati yang tinggi selalu membela dan menolong orang lain yang tertindas termasuk Tretunka. Yalena merasa Tretunka patut dikasihani karena sering dihina dan ditindas orang orang dari kaum Satya karena Tretunka memiliki darah keturunan kaum Valkiri.