Part 11: Tulisan Lemuria

3.2K 56 8
                                    

Mbah Tuyul kemudian bertanya ke Sena dan Anindya: "Hmmm, bagaimana keadaan kalian?"
Anindya dan Sena saling berpandangan satu sama lain. Sepertinya hanya Sena yang tampak terluka, sedangkan Anindya tampak tidak terluka sedikitpun. Anindya menjawab: "Saya baik baik saja Paman Galih, perkenalkan namaku Anindya, senang bertemu denganmu, paman"
Mbah Tuyul merasa heran mendengar Anindya menyebut nama aslinya. Dia menduga sepertinya anak kecil perempuan didepannya itu mengetahui nama aslinya setelah diberi tahu isterinya, Sekar karena anak kecil ini pernah ia lihat bersama Sekar di gunung Galunggung beberapa waktu yang lalu.

Mbah Tuyul yang telah memperhatikan kondisi Sena, lalu menempelkan tangannya dipunggung Sena untuk menyalurkan energi tenaga dalamnya kepada Sena dengan maksud mengobati luka dalam Sena yang telah menerima beberapa pukulan dari si Tangan Besi tadi.
Sena hanya terdiam sambil merasakan hawa energi hangat Mbah Tuyul yang masuk kedalam tubuhnya.
Sena kemudian bersila dan melakukan pernafasan Awan Halus sambil memutarkan energi tenaga dalam dirinya yang digabung dengan energi Mbah Tuyul yang masuk kedalam ditubuhnya untuk mempercepat penyembuhan luka dalamnya.

Anindya mengambil bola pelangi yang dari tadi dimasukan kekantong bajunya, kemudian ia menyerahkan bola pelangi ke Sena.
"Kaka, aku kembalikan bola ini kepadamu!" Kata Anindya kepada Sena.
Sena menggelengkan kepalanya tanda tidak mau menerima bola pelangi itu.
"Bola itu untuk adinda Anindya saja, saya sudah tidak berminat untuk memilikinya" jawab Sena.
Anindya melihat sena sejenak, lalu ia berkata: "Baiklah, nanti bola pelangi ini akan aku berikan kepada Bibi Sekar saja, ia sangat membutuhkan bola pelangi ini".
"Silahkan saja, adinda dapat memberikan kepada siapapun yang adinda mau" jawab Sena.

Mendengar Anindya bermaksud memberikan bola pelangi itu kepada Sekar, Mbah Tuyul teringat kepada anak dan istrinya Sekar. Sebenarnya, Mbah Tuyul dalam hatinya, ia juga mempunyai keinginan untuk memperoleh bola pelangi itu untuk mendapatkan petunjuk keberadaan lokasi pulau Naga Api yang pernah disebutkan penculik anaknya, tapi Mbah Tuyul yang telah meneliti bola pelangi milik Sena, tetap belum dapat membuka rahasia bola pelangi yang konon mempunyai alamat lokasi pulau Naga Api yang disebut oleh penculik anaknya. Mbah Tuyul sepertihalnya sekar telah mencoba memecahkan bola pelangi itu dengan berbagai cara, tapi sepertinya bola pelangi itu terbuat dari bahan yang sangat elastis dan dapat memperbaiki dirinya sendiri sehingga jika dipukul dengan kuat dan menjadi penyok, maka bola pelangi itu akan kembali kebentuk semulanya yang berbentuk bola bundar seperti kondisi sebelumnya yang belum pernah dipukul.

Oleh karena itulah karena bola pelangi belum bisa diketahui cara membukanya Mbah Tuyul memilih untuk tidak menetap tapi selalu bepergian untuk mencari tahu keberadaan anak dan penculiknya. Tapi walaupun Mbah Tuyul berusaha sekuat tenaganya, tapi keberadaan penculik dan pulau Naga Api tetap misterius, dan tidak ada orang yang mengetahuinya.
Dan karena merasa kangen dengan isterinya, maka Mbah Tuyul mampir ketempat perguruan Puteri Suci dimana isterinya berada.

Setelah Sena merasa lebih baik keadaannya setelah mendapat transferan energi tenaga dalam Mbah Tuyul, Mbah Tuyul mengajak Sena dan Anindya pergi ke tempat masuk desa luar tempat perguruan Puteri Suci.

Didekat gerbang masuk desa luar, tampak murid murid perguruan Puteri Suci masih bertarung dengan para pesilat yang akan merebut bola pelanginya Sekar.
Tampak ada beberapa pesilat yang terluka dan beberapa murid perguruan Puteri Suci tampak terluka juga.
Pertarungan para pesilat dengan murid perguruan Puteri Suci tampak semakin keras dan sengit.
Murid murid perguruan Puteri Suci yang dikomandoi oleh Anggita kini mengeluarkan semua kemampuan mereka untuk melawan para pesilat yang datang.
Para pesilat yang menyerang murid perguruan puteri suci tampaknya juga mempunyai kemampuan silat yang cukup hebat juga.

Formasi jurus "Rotasi Sepuluh Bintang" yang digunakan oleh murid murid perguruan Puteri Suci sepertinya cukup efektif untuk menahan serangan dan gempuran para pesilat yang cukup banyak.
Formasi "Rotasi Sepuluh Bintang" ini tidak terganggu dengan anggota formasi yang terluka karena anggota formasi yang terluka akan cepat keluar dan langsung digantikan oleh murid perguruan Puteri Suci lainnya yang juga menguasai ilmu formasi "Rotasi Sepuluh Bintang".
Pertarungan memang cukup panas dengan dentingan senjata tajam yang beradu dan darah yang terpercik dari luka masing masing pihak.
Para pesilat yang terluka tidak melanjutkan serangannya, karena mereka menyadari jika tetap nekad menyerang bisa jadi mereka bisa terbunuh.
Sementara pesilat yang lain, sebagian tidak melanjutkan serangannya dan memilih untuk diam untuk melihat kesempatan untuk menyerang kembali.
Tinggal tujuh pesilat yang masih ngotot menyerang murid murid perguruan Puteri Suci.
Tiba tiba ada suara yang sangat keras terdengar: "Tuan tuan sekalian!!! Hentikan semua pertarungan ini!!"
Suara itu terdengar seperti suara seorang wanita yang dikerahkan dengan tenaga dalam agar terdengar oleh semua orang yang berada di depan jalan masuk Desa Luar.
Mendengar suara itu, semua murid perguruan Puteri Suci menghentikan pertarungan dan bergerak mundur kearah sumber suara.
Dua orang wanita keluar dari dalam jalan masuk Desa Luar. Dua wanita ini sama sama berwajah cantik dan ada kemiripan antara keduanya. Perbedaan antara kedua wanita ini yaitu salah satu wanita berwarna kulit lebih putih dari wanita yang lain. Jika dilihat sekilas, orang akan menyangka dua wanita ini adalah kakak beradik yang hampir seumuran.
Padahal mereka berdua adalah ibu dan anaknya yang bukan lain Puteri Tungga Dewi dan Sekar.
Ilmu Bulan Es yang dimiliki Puteri Tungga Dewi telah membuat dirinya menjadi awet muda dan tampak jauh lebih muda dari umur sebenarnya sehingga tampak seumuran dengan anaknya sendiri.
Melihat semua murid perguruan Puteri Suci menghormati kedua wanita yang baru keluar ini, para pesilat dapat menduga sudah tentu salah satu dari wanita itu adalah ketua perguruan Puteri Suci.
Para pesilat sudah mendengar berita yang tersebar didunia persilatan bahwa ketua perguruan Puteri Suci itu mempunyai ilmu yang dapat membuat dirinya awet muda walaupun usia aslinya sudah tua. Dan para pesilat mulai terkagum kagum menyadari berita itu benar adanya ketika melihat wanita yang baru keluar dari dalam Desa Luar memang tidak terlihat tua tapi terlihat masih muda dan cantik.

Pengemis Dan Anak LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang