Part 1: Pertarungan di Gunung Galunggung

11.6K 121 5
                                    

Angin bertiup disela sela pepohonan dikaki gunung galunggung. Pepohonan rindang dengan hawa udara yang sejuk dan bersih menambah keindahan daerah itu.

Terdengar bunyi kicauan burung diatas pohon seakan menjadi lagu pemberi semangat para penghuni gunung ini. Pada siang hari ketika sinar matahari mulai menerangi langit diatas gunung terdengar suara seseorang bernyanyi dikaki gunung.

"Selendang coklat, kain hijau. Senyummu memikat cantiknya dikau..."
"Buah pisang, Buah Kecapi. Engkau kusayang, selalu dihati."
Yang bernyanyi ternyata seorang kakek tua berbaju serba hitam dengan suara serak dan bibirnya selalu tersenyum.
Terdengar suara lain lagi:
"Yaa, kakek nyanyi lagu itu saja, tidak ada lagu lain ya?!"
Suara lain itu diucapkan seorang anak kecil sekitar usia 12 sampai 13 tahunan yang berjalan disamping si kakek.

"Hehe, memangnya kamu mau denger lagu apa cucuku? Nanti kakek nyanyiin ya!" Jawab sikakek dengan wajah yang penuh keriput tertawa terkekeh sambil melihat anak kecil yang merupakan cucunya itu.

Si anak cuma menggeleng kepalanya sambil berkata: "Mmmhh, terserah kakek aja deh".
Si kakek dan cucunya tetap berjalan kaki menapaki jalan setapak dikaki gunung itu. Mereka membawa semacam kantong terbuat dari anyaman rumput. Mereka sudah biasa menaiki gunung galunggung ini untuk mencari tanaman yang dapat dijadikan obat obatan.

Si kakek berprofesi sebagai tabib yang suka didatangi orang untuk berobat, sementara itu sang cucu yang tampak sudah biasa menemaninya mencari tanaman obat digunung ini.
Baru sekitar setengah jam mereka berjalan kearah atas gunung, tiba tiba langkah mereka berhenti.

Sesosok bayangan orang tampak turun berlari kearah kaki gunung dari atas gunung. Sesosok bayangan itu ternyata seorang pria dewasa berbadan kurus berperawakan tinggi melangkah cepat sambil membawa golok ditangannya.

Muka orang itu pucat seakan menahan sakit dan langkahnya semakin lama semakin melambat dan tepat beberapa meter jaraknya didepan si kakek dan cucunya, orang itu tersungkur jatuh dan goloknya yang bergagang dengan bentuk seperti kepala harimau yang dipegang jatuh terlempar.

"Eh cucuku...siapa itu dan kenapa dia?" Bisik si kakek ke cucunya. Cucunya hanya menggeleng kepala.
"Yuk kita lihat...!" Kata si kakek sambil melangkah mendekati orang yang terjatuh itu.

Si kakek melihat orang itu berbaring diatas tanah dengan kedua tangan memegang dadanya. Setelah dekat terlihat orang itu berwajah lonjong dengan hidung pesek. Dari mulutnya menetes darah segar. Melihat sikakek mendekatinya orang itu berusaha membuka mulutnya untuk berbicara dengan terbata bata: "kek, ja-jauhi a-atas gu-gunung ini...bahaya...!"

Si kakek mencoba membantu membangkitkan badan orang ini, tapi orang itu sudah tampak sangat lemah dengan tangan menempel erat didada seperti menahan kesakitan yang hebat.

"Kau kenapa? Apa yang terjadi?" Kata sikakek. Orang yang terluka itu dengan sisa sisa tenaga terakhirnya berkata dengan lemah:"Ja-jangan ke atas...ba-bahaya...!!"

Si kakek menepis kedua tangan orang terluka itu dari dadanya kemudian sikakek membuka baju orang itu karena tampaknya dadanya sakit. Setelah bajunya terbuka.. sikakek melihat dada orang terluka itu kulit dadanya berwarna gelap hitam.

Sikakek mengerti orang ini terluka parah dibagian dalam dadanya. Sebelum bertanya lanjut sikakek melihat kepala orang terluka itu terkulai ditanah dan sikakek langsung memegang bawah hidung dan memegang nadi dipergelangan tangan orang itu.

Orang itu sudah meninggal karena sudah tidak bernafas dan denyut nadinya yang sudah tidak terasa.

Cucu sikakek yang jongkok disamping sikakek bertanya: "Kek, kenapa orang ini?"
Sikakek menghela nafas panjang dan menjawab pertanyaan cucunya: "Sepertinya orang ini terluka bagian dalam tubuhnya karena menerima pukulan bertenaga dalam yang kuat".

Pengemis Dan Anak LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang