Happy Ending

2.6K 201 18
                                    

"Lepaskan!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lepaskan!"

Diantara deru nafas yang memburu, sesak dada itu mengikat tak mau lepas. Hitam emas berkibar yang berpadu surai pirang mata biru, wajah itu tak pernah luput dari ketakutan siapapun. Gores luka yang membekas sekian lama menjadi bukti kenangan buruk yang menimpa kerajaannya--Min Yoongi: Sang Putera Mahkota Raja.

Kaki-kakinya masih berusaha mendekat, larinya ia percepat. Jubah emas hitamnya melambai anggun melewati ribuan prajurit yang tumbang, sepatu emasnya terciprat genangan darah, ia berantakan mulai ujung kepala sampai ujung kaki, namun tekadnya masih kuat untuk menggapai di bukit sana.

Belum sempat ia menjejak batu bukit, pelipisnya tergores oleh anak panah yang melayang ke arahnya. Yoongi mendecih lalu berlari ke arah yang berbeda, banyak anak panah yang meluncur demi menusuk tubuhnya atau mungkin jika dia sial besi tajam ujung kayu itu tepat melumpuhkan jantungnya.

Deklarasi perang menggema ketika Yoongi masih nyenyak dalam tidurnya, bahkan ia belum sempat bertemu sang permaisuri--ibunya--untuk sekedar memohon restu. Min Yoongi siap untuk mati demi tanah kerajaannya, namun Raja menentang keras, sebab bagaimanapun Sang Putera Mahkota Raja tidak boleh mati.

Yoongi menarik nafas berat dan dalam, lalu cepat dan tergesa. Prajuritnya menyusul di belakang, sementara ia melayangkan katana pada musuh yang menghadang. Menghunus tanpa ragu dan tidak peduli jubah kebesarannya ternoda.

Wajah Yoongi bagai hembus padang salju ditengah malam, matanya berkilat bagai petir yang menyambar. Seluruh gerakan Yoongi sangat cekatan dan cepat: sekali lagi, dia ada Sang Putera Mahkota Raja Silla, bertangan besi dan tak pernah beri ampun meski berteriak sakit di tengah sekarat.

Yoongi mengatur nafasnya yang semakin sesak. Jantungnya berbedar menggila. Didepannya sudah ada kumpulan dengan pedang tajam di tangan, menjambak kasar rambut seorang tawanan yang terikat kuat tak bisa bergerak. Yoongi makin meradang ketika ia menyaksikan sendiri bagaimana sosok Hwarang itu ditendang dan diinjak, dan ketika sisi tajam pedang itu diacungkan ke leher yang didongakkan paksa Min Yoongi murka.

"Lepaskan dia!"

Lalu suara tawa remeh yang menggema, Yoongi benci mendengarnya. Matanya berkilat namun ekspresinya dingin seperti biasa. Yoongi menatap dalam diam pemuda yang merintih itu, tak kuasa menahan gebyar-gebyar dalam dadanya: sakit sekali rasanya ketika ia melihat sang terkasih diperlakukan seperti itu.

Lantas Yoongi maju tanpa hambatan, menebas disana dan disini tanpa kesulitan. Yoongi bergerak cepat, berputar dengan gesit, menjegal dan menusuk jantung-jantung itu, membiarkan tanah yang ia pijak tergenang dan ditebari mayat-mayat baru.

"TUANKU!"

Yoongi tak pernah menduga sebelumnya.

Ada prajurit panah milik musuh dengan yang bersembunyi dibalik tebing yang tinggi, sebuah medan sulit yang bahkan Yoongi pun tak mengira pemanah itu hebat bisa bertahan disana. Yoongi terkejut setengah mati ketika anak panah itu melayang cepat--tak memberi ampun pada detik waktu yang berlalu.

Dan sepersekian detik kemudian, dunia Yoongi runtuh tepat di depan matanya.

"TAEHYUNG!"

Batuk.

Taehyung batuk kecil ketika punggungnya ditembus tajam panah itu. Ia berdiri dan masih bisa menahan segalanya ketika ia dapat melihat Yoongi memandangnya penuh keterkejutan, sebuah ekspresi yang jarang Taehyung temui ketika mereka menghabiskan waktu bersama.

Dalam denging yang nyaring, Taehyung menahannya hingga matanya menyipit sebelah. Ia berusaha tersenyum pada Sang Putera Mahkota Raja ketika ia menebas seluruh tali tambang tajam yang terikat di tubuhnya.

Dan detik kemudian Taehyung luruh, sementara Yoongi menangkapnya dengan pasti.

"T-Tuanku--" Taehyung memeluk Yoongi, deru nafasnya cepat dan sesekali suaranya tercekik. Ia memekik ketika Yoongi mencabut anak panah itu, rasanya seperti tulangnya ditarik paksa dari daging tubuhnya.
Kali ini Taehyung tak dapat menahannya lagi, kakinya terasa lumpuh dan membuatnya semakin meluruh dalam pelukan Yoongi. Ia sepenuhnya jatuh sementara Yoongi menahannya dengan sebelah tangan.

"Pemandangan yang indah,"

Yoongi menggigil mendengarnya, terlebih ketika sudut mulut sang terkasih mengalirkan banyak darah. Pendarahan dalam membunuh Taehyung secara perlahan, dan racun itu mulai melumpuhkan kaki Taehyungnya dan ia masih tidak bisa menerima jika racun itu akan merambat hingga ke sel otak kekasihnya.

Nafas Taehyung tinggal beberapa hitungan lagi, dan Yoongi merasakan ketakutan akan kehilangan.

Dalam hingar-bingar yang nyata, bersama mayat-mayat yang gugur, Yoongi menggenggam tangan Taehyung  yang mengusap bilah pipinya, menghilangkan bekas darah dan air mata yang entah bagaimana bisa bjsa turun dari pelupuk matanya.

Dalam kukungannya dapat ia lihat Taehyung tersenyum. Ingin sekali membawanya ke tabib, tapi hampir seluruh rakyatnya telah mati. Kepada siapa ia memohon bantuan, ketika tidak ada siapapun yang bisa menolongnya sekarang?

Jemari Yoongi gemetar, bibirnya juga demikian. Isakan kecil muncul dari bibirnya yang terbuka tipis, matanya berlinang dan berangsur menganak sungai. Diraihnya kembali tangan Taehyung yang mendingin, sempat melemah dan hampir jatuh dari bilah pipinya.

"Aku tak bisa merasakan tanganku lagi," bisik Taehyung dengan senyum disela air mata yang mulai jatuh. Ia menatap Yoongi yang berusaha menggenggam punggung tangannya, dan menyentuhkannya lagi pada pipi.

Yoongi ingin merasakan keberadaan Taehyung disisinya, Yoongi tak ingin Taehyung pergi.

"Bertahanlah," kata Yoongi dengan suara bergetar. "Kumohon,"

Semua orang tahu Kim Taehyung tidak sekuat itu.

Maka ketika Yoongi menatapnya lagi, maka senyum Taehyung saat itu adalah senyuman yang terbaik. Meski paru-paru terasa berat dan tertindih, detak jantungnya juga melemah seiring berjalannya waktu, Taehyung tersenyum kala Yoongi mengikis jarak dan menyentuhkan bibirnya pada milik Taehyung yang berlumuran darah.

Ciuman pertama dan terakhir bagi keduanya.

Setidaknya Taehyung bahagia pernah mengenal Yoongi dalam hidupnya. Pernah menghabiskan waktu bersama meski kasta bagai dinding pembatas yang begitu tinggi adanya. Setidaknya Taehyung senang disisa nafasnya Yoongi secara nyata ada memeluknya, dan Taehyung bahagia karena Yoongi mutlak benar mencintainya.

"Saranghae," bisik Taehyung begitu ciuman lembut itu terlepas. Mengantarkan nafas Taehyung yang tercekat dan suhu seluruh tubuhnya mendadak panas. Taehyung merintih, jantungnya seperti diremas dan dihancurkan. Sakit sekali sampai susah rasanya untuk bernafas.

"Taehyung,"

Taehyung masih tersenyum dengan pendar mata yang sayu.

Dan Yoongi tak ingin membuat penyesalan dalam seumur hidupnya.

Pada akhirnya cintanya bersambut juga.

"Aku mencintaimu," lirih Yoongi dengan tatapan yang memuja, yang putus asa, dan tak berdaya. "Aku mencintaimu," katanya lagi ketika senyum Taehyung masih bertahan sebagai balasan, namun tidak dengan kelopak matanya yang seolah memberat. "A-Aku..." Taehyung diam dan dadanya tak bergerak lagi.

Dan Kim Taehyung wafat dalam pelukannya yang kuat.

Min Yoongi telah kehilangan seutuh dunianya, separuh nafasnya, dan belahan jiwanya.

.
.
.
.

END

fireflees
tuh, buat pengantar tidur

ANGSTWhere stories live. Discover now