Manusia Ego

3K 167 0
                                    

Ia berdiri, di tengah padang pasir berduri.
Hadirnya selalu dinanti
Meluangkan waktu tiap hari
Merelakan bagian dirinya untuk peduli
Sampai dia lupa untuk bahagiakan diri

Bak obat, dirinya membalut luka
Bak payung, ia jadi tempat berteduh ternyaman
Bak mentari tuturnya pun mencerahkan,
Semua itu mudah sekali ia lakukan,
Menyembuhkan berbagai macan luka dan keterpurukan,
Membiarkan dirinya menjadi wadah kepedihan maupun kekalutan,
Namun luar biasanya mampu tunjukkan dan berikan kekuatan

Temannya menangis, ia tak sampai hati
Temannya terluka, ia berlari tuk hampiri
Menanyakan apa masalahnya,
Dan sigap berikan solusi

Temannya kepayahan, ia datang membawa energi
Walau sesungguhnya itu adalah energi sisa semalam
Sebab ia habiskan untuk menangis sendirian
Walau sesungguhnya ia datang menawarkan bantuan dengan ribuan rasa sakit yang terpendam,
Dan tak banyak yang tahu dirinya turut berharap mampu bernafas tak kepayahan suatu saat nanti

Tuturnya halus membawa kedamaian,
matanya teduh menatap masa depan
Segala yang diungkapnya adalah kebenaran:
Lima puluh persen pelajaran hidup dan lima puluh persen keyakinan

Ada banyak lubang dalam di seutuh hatinya
Dan itu adalah luka orang-orang yang berteduh padanya
Ia memang membantu,
Namun itu sekaligus menyakiti dirinya tanpa sadar

Kenapa?

Sebab ia habiskan waktunya untuk orang lain
Tidak untuk dirinya sendiri
Ia pikirkan bahagia orang lain,
Sementara dirinya sudah remuk redam tak mementingkan diri
Terlalu banyak berkorban sampai lupa untuk menyelamatkan diri

Ada banyak luka yang terpendam
Dan masih tertutup begitu anggunnya
Ia ingin berbagi cerita, namun tidak ada yang mau mendengar
Mereka semua hanya manusia-manusia yang haus akan sentuhan
Mereka semua hanya manusia-manusia yang haus akan perhatian
Sampai mereka lupa dan tak sadar ada suara yang tercekat mati
Dan berakhir mengurungkan niat untuk kembali dipendam sendiri

Manusia memang egois, maka dari itu ia diam
Ketika percakapan tentang 'Aku sih begini,' ditimpali 'Kalau aku mah begini,'
Segera ia tutup mulutnya rapat-rapat
Dan mendesau lirih dalam hati
"Sebaiknya aku diam saja."

Kenapa?

Karena orang itu tak mau mendengar suaranya
Betapa tingginya keegoan manusia,
Sampai mereka mengesampingkan sisi manusianya
Enggan mencoba dengar apa yang hendak orang lain utarakan,
Mereka pendengar yang payah, namun mulut licin penuh kemudahan: hal inilah yang membuat manusia kadang dipandang menyebalkan
Meskipun tak semuanya begitu,
Yang seperti ini sungguh menyayat sanubari

Malam ini pun terjadi lagi
Ia tatap langit mendung
Tak berbintang
Tak berbulan
Menyurutkan semangatnya untuk hari ke depan
Yang dimaunya hanya sederhana
Duduk tenang dan menikmati pemandangan
Meresapi semilir angin yang membelai
Membuatnya larut dalam damai

Tapi bagian tersulitnya yaitu satu
Ia belum bisa temukan teman untuk ia bagi ceritanya
Ia belum temukan payung untuknya berteduh
Ia belum temukan sosok lain untuk dijadikannya sandaran bagi tubuh lelahnya
Ia selama ini menjadi ketiga hal tersebut,
Sampai lupa bagaimana rasanya bahagia
Ia tampung semua masalah orang lain, ia obati satu persatu luka berdarahnya,

Namun sayang sungguh sayang,
Ia tak mampu mengobati lukanya sendiri
Sampai ia merasa hendak mati
Dan terpuruk dalam kesedihan tak bertepi.

ANGSTWhere stories live. Discover now