Klimaks 2

3.4K 224 12
                                    

Saat dosen mata kuliah Manajemen Kualitas Air mengakhiri ceramahnya, teman-teman Taehyung yang semulanya nyaris mendengkur di dalam kelas seketika mendelik bangun. Beberapa sedang mengusap matanya yang merah khas bangun tidur, beberapa lagi meguap lebar sambil menggaruk tubuh, ada juga yang meregangkan tubuh sambil meracau kesal.

Sebenarnya, mata kuliah yang baru saja berakhir di jam ini tidak terlalu membosankan. Materinya termasuk seru untuk dibahas karena teorinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, sayang sekali. Dosennya lah yang bikin bosan luar biasa, sampai-sampai anak sekelas memilih untuk menyerah dari perjuangan menahan rasa kantuknya.

"Nex time aku mau skip saja kalau dosennya Prof. Jung lagi," ini suara salah satu teman Taehyung yang namanya Seongwoo. Mukanya terlihat malas dan kesal luar biasa.

"Serius, seperti didongengin rasanya," sahut Jennie yang kedua matanya berkaca-kaca usai menguap karena kantuk. "Suaranya merdu sekali, sampai aku tidak sanggup melotot lagi."

Diam-diam Taehyung menyetujui. Prof. Jung memang punya banyak wawasan untuk dibagi pada mahasiswanya. Mana orangnya sabar, kalem, dan baik hati. Tapi sayang sekali, kalau mengajar sangat-amat tidak menggairahkan. Bikin Taehyung dan teman-temannya yang lain menahan diri untuk tidak menahan dosa titip absen, meskipun ujungnya mereka menyerah dengan komitmen sendiri. Komitmen untuk berkuliah dengan rajin dan tanggung jawab saat jadi mahasiswa baru dulu.

Kelas mulai ramai setelah lima menit kepergian dosen MKA yang jago mendongeng. Semua anak di dalam kelas sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak, sebenarnya cenderung pada urusan tiap kelompok, sih. Karena dosen yang tadi itu baru saja memberikan tugas yang harus dikumpulkan nanti jam tiga sore di mejanya di lantai dua.

Beberapa anak berteriak memanggil temannya yang pura-pura tidak dengar untuk diajak kerja kelompok, beberapa lagi ada yang sudah fokus di depan satu laptop dengan tugas yang didiskusikan bersama. Ada lagi kelompok yang lucu: satu sedang fokus dengan laptop, sedangkan sisanya fokus dengan ponsel yang diposisikan horizontal sambil menyahut-nyahut singkat saat ditanyai seperti, 'Sebentar, aku mau terjun payung dulu.' Pabji sialan.

Sementara Taehyung? Adalah suatu kebetulan saat mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang sendirian. Taehyung bahkan merasa tidak percaya dengan yang terjadi padanya sekarang. Teman-teman satu kelompoknya hilang karena tidak masuk kelas sejak kelas pertama dimulai. Sial sekali memang, tapi tidak masalah juga jika Taehyung harus mengerjakannya sendirian. Justru itu lebih baik karena tidak akan ada banyak perdebatan, dan Taehyung bisa berkuasa dengan jawaban yang ia miliki dari beberapa soal yang dihidangkan.

Saking gaduhnya kelas, bisingnya sampai terdengar di koridor. Kelas yang bertepatan di lantai tujuh ini berdampingan dengan kelas lain yang dibatasi dengan triplek kokoh yang bisa digeser. Anak-anak perempuan biasanya yang suka mengingatkan untuk tidak terlalu ramai dan diharapkan menjaga mulut untuk tetap pada tempatnya. Kelas sebelah nampaknya ada sedang ada kuliah. Entah itu kakak tingkat atau kelasnya mahasiswa baru.

Tak lama kemudian, sebuah suara kunci otomatis pintu terdengar habis dibuka. Cirinya, hanya orang tertentu saja yang bisa membuka kunci otomatis pintu ruangan yang bisanya diakses dengan sidik jari tersebut.

Kalau bukan dosen, ya office boy kampus. Atau mahasiswa tertentu yang merupakan orang dalam dari dunia menyebalkan seperti badan eksekutif mahasiswa.

Pintu kayu itu bergetar-getar, terlihat Jimin tengah mendekatinya karena ia yang paling dekat dengan tombol otomatis pintu kelas ini. Dan saat pintu itu menjeblak terbuka, seketika Jimin segera menyingkir untuk memberi akses, menyembunyikan wajahnya agar tidak terlihat dari sosok yang tak terduga.

Profesor Kim Seokjin, dekan fakultasnya yang cantik tapi galak.

Tepat di belakang dekan wanita itu, Jimin yang lebih tinggi dari ibu-ibu beranak satu tersebut membuat wajah lucu dengan mendelik dan dagu yang diangkat tinggi. Seolah mengejek teman-temannya dengan: 'Makan tuh kalian, dimarahin dekan kan!'

ANGSTWhere stories live. Discover now