1

644 56 3
                                    

Taehyung dan beberapa helai daun yang ada di genggaman tangannya, dan cahaya malam yang membuatnya terang, dan juga rerumputan yang bergoyang halus diterpa angin yang berlalu. Taehyung tahu ada beberapa bintang jatuh dan gemerlapnya meredup di ufuk, ia hanya bisa berdiri dan termenung bersama helaian daun yang berduri, membuatnya terluka dan tergores perih. Taehyung hanya diam meski rasa sakitnya membuatnya ingin berhenti, berhenti menangis dan termenung kembali. 

Ia menginjakkan kaki di atas bukit yang penuh dengan hamparan bunga biru putih, kecil-kecil dan melambai seolah menyambutnya yang baru saja tiba. Myosotis yang bermekaran terlihat indah, berkebalikan dengan maknanya yang sangat meremukkan hati. Tidak ada siapa-siapa di hamparan luas nan hijau dan biru ini, kecuali cahaya rembulan yang menerangi, yang menghiasi wajah Taehyung yang pucat pasi. 

Ada satu pintu yang mengarah pada tangga-tangga tinggi, pintu itu terbuka dengan sangat lebar, seolah tahu bahwa Taehyung pasti akan masuk ke dalamnya. Di atas sana, jauh sekali. Ada mungkin ribuan anak tangga yang meliuk ke atas, sangat terang seolah terbuat dari cahaya yang tak bertepi. Taehyung yang dengan pikiran kosongnya itu tidak tahu apa yang terjadi, kakinya melangkah sendiri menginjak bunga-bunga myosotis yang terhempas luas di sepanjang padang itu. 

Langkah Taehyung perlahan, lemah. Seperti tiada kehidupan lagi yang menyertai jiwanya, seperti tidak ada lagi tujuan selain tangga dan pintu di atas langit sana itu. Taehyung perlahan berjalan, masih menggenggam beberapa helai dedaunan yang entah apa itu artinya, seperti ada sesuatu tapi akal sehat Taehyung tak bisa bekerja. Jiwanya seolah berjalan sendiri, seperti ada yang menariknya untuk melangkah seperti sekarang ini. 

Andai saja hidupnya selama ini dipenuhi oleh bahagia, atau mungkin sebetulnya Taehyung telah bahagia namun tidak ia sadari? Bahkan Taehyung terkejut ketika ia saksikan sendiri bagaimana kaki-kakinya dibalut perban yang mulai lepas. Tangannya juga terlilit kain putih panjang itu. Apakah sebetulnya ia tengah terluka?

Taehyung tidak tahu. 

Ia sekarang merasakan sesak di dadanya. Seperti dililit sesuatu yang entah apa itu. Pakaian putih yang Taehyung kenakan coba ia buka kancing teratasnya, dan ia kembali dikejutkan dengan perban yang melilit begitu banyaknya di bagian dada. Ada noda di situ, biru pekat dan mengalir ke perut. Apakah ia terluka di bagian itu? Apakah Taehyung selama ini menderita di bagian itu?

Taehyung tidak tahu dan tak bisa berpikir lebih jauh. 

Ia hanya terdiam dengan pandangan kosong, mengusap dadanya sebentar, dan kembali berjalan dengan tertatih. Tidak ada siapa-siapa di sini, ia merasa kesepian. Perasaan itu mulai merasuk, tapi Taehyung seolah sudah terbiasa dengan itu. 

Entah mengapa, tangga pertama yang bersentuhan dengan tanah semakin jauh ia raih. Taehyung tidak tahu apa yang terjadi. Ia sangat lelah, nafasnya mulai berat, cepat, tergesa, dan terengah. 

Taehyung kini berlari. Berharap semua rasa sakit yang ia rasakan pergi. Tapi, malah membuat tubuhnya bagai remuk. Ia terjatuh dan tanpa sadar melepas beberapa helai daun yang ia genggam sedari tadi. Taehyung kelabakan mencarinya, dedaunan yang entah apa itu, ke mana mereka berserakan? Taehyung merangkak, mencoba bangkitkan tubuhnya, namun tak bisa ia lakukan sesuka hati. Kakinya lumpuh, tiba-tiba sekali. Jemarinya menggali tanah, berusaha membawa tubuhnya sendiri untuk maju ke depan, merangkak sebisa mungkin, meraih anak tangga pertama yang jauhnya tak dapat ia raih. 

Taehyung ingin berteriak, tapi ia tidak bisa. Ia ingin sekali marah, tapi seperti ada yang menahannya. Ia ingin menangis, tapi tak mampu ia coba. Taehyung mulai kebingungan dengan yang terjadi pada dirinya sekarang. 

"Aku kenapa?" tanyanya dalam bisik lirih. "Aku kenapa?" katanya lagi sembari kelabakan melihat sekitarnya yang masih sama indahnya, namun tidak dengan keadaan sekitarnya. "Aku kenapa?"

Sekeras apapun usaha ketika diri tak mampu, maka untuk apa berjuang. Taehyung terdiam, mematung. Ia menjatuhkan tubuhnya ke tanah lagi. Kepalanya menghadap kanan dan menyaksikan tangannya yang terluka sudah kotor dengan tanah. Ah, posisi ini sangat nyaman untuknya terlelap. Mata Taehyung terasa berat, ia ingin sekali tidur. Dilihatnya perban di tangannya mulai terbuka. Ada banyak goresan yang tertoreh di pergelangannya. Tapi hal yang paling mengejutkan tidak hanya itu saja. 

"Pudar."

Mulai dari jemarinya, Taehyung dapat saksikan sendiri tubuhnya memudar. Seperti transparan dan menghilang tak berwujud. Taehyung sudah pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia sudah dibuat kebingungan dengan tempat ini, dengan segala keanehan ini. Mulai dari tangga, pintu, padang rumput yang luas, cahaya rembulan yang cantik, dan tubuhnya yang mulai memudar. 

Seketika ingatan-ingatan yang entah berasal dari dimensi mana muncul dan tergambar samar di pikiran Taehyung yang kelelahan. Semua, semua suara-suara yang lembut, halus, kasar, kencang, menyenangkan bahwa menyeramkan. Semuanya, semua suara itu muncul berkelebat di telinga. 

Taehyung tidak tahu lagi. 

Ia sudah muak dengan dirinya sendiri. 

Ia sudah lelah dengan perjuangannya saat ini. 

Dan Taehyung hanya ingin beristirahat dengan tenang, kalau boleh, untuk kali ini saja .

Ijinkan Taehyung untuk menutup mata dan terlelap dengan damai. 

Selamanya. 

ANGSTWhere stories live. Discover now