Bruises

684 57 5
                                    

Taehyung berteriak kencang. Sejadi-jadinya, sekuat-kuatnya. Tidak bisa menahan diri untuk tidak nampak terluka. Orang-orang yang mengunci pergerakannya bagaikan di neraka. Lebih kuat lagi Taehyung meronta, lebih banyak lagi orang yang mendatanginya.

Ada yang penasaran.

Ada yang tak tega.

Ada yang bersimpati lewat tatapan.

Ada juga yang putus asa.

Taehyung tersandung kakinya sendiri, dan orang-orang yang memeganginya berkali-kali mengingatkan untuk tidak brutal. Begitu mendengarnya, makin jadilah ia meraung sakit hati.

"Aku hanya ingin suamiku."

Semua orang yang ada di sana berlarian ke sana kemari. Menyelamatkan diri dan berteriak ketakutan. Taehyung tidak bisa menangis, namun hatinya berduka. Orang-orang nampak kewalahan mencengkram lengannya, berniat untuk membuat Taehyung ikhlaskan apa yang terjadi.

"Tolong—" Taehyung merintih, bahkan telapak tangannya masih basah dengan warna yang menyala. "Jangan pisahkan aku dari suamiku."

Semua orang menyeru dan mengingatkan Taehyung lagi, bahwa akan jadi sulit untuk para medis bekerja jika ia mengganggu.

Hati Taehyung rasanya hancur melihat Jungkook yang dibawa bersama para korban yang entah itu siapa. Kecelakaan yang tak pernah ia harapkan—Taehyung bersumpah tak sedikit pun pikiran itu terbersit dalam akal sehatnya. Padahal tadi Jungkook masih genggam hangat tangannya, ucapan cinta masih membekas manis memenuhi memorinya, bahkan Taehyung masih ingat betul senyum hangat Jungkook yang tak pernah habis hanya untuk dirinya. Dada Taehyung terasa sesak dan hancur, sesuatu dalam rongga dadanya seperti ingin meledak dan menghancurkan apapun yang membuatnya menderita.

Padahal Taehyung masih memeluk erat tubuh Jungkook yang tergeletak di tengah jalan—mobil yang mereka kendarai ringsek dan nyaris tak berbentuk. Taehyung hanya mendapat luka robek di pelipis, tapi kenapa Jungkook justru tertidur beralas darahnya sendiri?

Taehyung memeluk tubuh itu dalam kepanikan yang menyiksa. Nafasnya tercekat dan mata membola takut. Gemetar di sudut jemari tak terelakkan saat menyentuh kulit wajah Jungkook yang mendingin perlahan-lahan. Taehyung bernafas cepat dan berteriak walau tak mampu. Isak tangisnya mulai kencang saat senyum Jungkook padanya pudar bersamaan nafas yang berhenti.

Ingin sekali saat itu juga Taehyung menabrakkan diri ke mobil yang berlalu-lalang. Rasanya tak akan sama jika tidak ada Jungkook di sisinya. Taehyung hanya tidak bisa hidup tanpa Jungkook menemaninya. Tidak ada arti jika ia bernafas tanpa pusat dunia yang membuatnya bertahan.

Hingga orang-orang yang berempati mendekatinya dan memanggil ambulance. Orang-orang itu menarik paksa Taehyung untuk melepas pelukannya dari tubuh Jungkook yang lemas.

"JANGAN!" Taehyung berteriak, memaki siapapun yang berusaha menjauhkannya dari separuh jiwa. Taehyung marah. Ia ingin membunuh siapa saja.

Bala bantuan medis datang dengan cepat, polisi pun sudah mulai berdatangan. Seseorang memanggil-manggil tentang posisi Taehyung yang terluka, dan sosok pria yang telah tak bernyawa.

Taehyung benci mendengarnya.

"Tuan, bersihkan tanganmu terlebih dahulu."

Taehyung menggeleng, ia menangis tersedu-sedu sembari memeluk tangannya seperti sedang memeluk harta karun yang berharga.

"Tidak mau..." kata Taehyung merintih tangisnya dalam erangan pilu. "Bagaimana aku memeluk suamiku setelah itu?" tangannya menggenggam walau merah ada di mana-mana. "Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku tidak mau membersihkan tanganku. Aku tidak mau kehilangannya."

Taehyung menangis lagi sambil berucap kata-kata cinta, kata-kata hancur, kata-kata perpisahan yang tak diinginkan, dan semua kata yang membuatnya melebur dalam kesedihan.

Bahkan saat suster ingin mengobatinya, Taehyung berusaha kabur untuk berlari ke jalan tol yang ramai kendaraan kencang. Ia berniat menyusul Jungkook. Ia tidak bisa hidup dalam kesendirian.

Kemudian ketika tubuhnua ditarik kuat, seorang dokter menampar pipinya hingga merah lecet di sana. Berharap mampu sadarkan Taehyung dari niat gilanya yang merepotkan banyak orang.

"Sadar! Kau harus kuat! Dunia tidak akan berbaik hati padamu setelah ini. Even you live or die, tidak ada alasan untukmu mengakhiri diri. Setidaknya bertahanlah..."

Taehyung hanya bisa menatap nanar pada kedua tangannya yang masih bersimbah darah.

"Setidaknya..." dokter itu membubuhkan antiseptik cair ke luka Taehyung. Lalu mulai mengobati yang masih bisa diobati. "Jangan berakhir seperti itu. Kau harus berakhir dengan baik."

Dan tangis Taehyung pecah dengan suara yang membuat hati ikut terluka bagi siapapu yang mendengarnya.

end.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ANGSTWhere stories live. Discover now