Jimin 2

3.9K 258 8
                                    

Kulit telapak tangan Jimin yang kasar menyusuri kulit halus Taehyung dengan perlahan. Mengusapnya seduktif, sembari mengendusnya penuh hasrat. Bibir Jimin semakin aktif mengecupi kulit eksotik itu, meninggalkan jejak basah mulai dari pangkal lutut Taehyung hingga pangkal pahanya.

Taehyung wangi.

Pria di bawah kuasanya ini benar-benar wangi.

"Jimin, hentikan!" Taehyung menggeliatkan tubuhnya, hatinya benar-benar tidak nyaman, namun tubuhnya sungguh menginginkan. "Jim--!"

Jimin menulikan telinga, ia semakin bergerak lebih liar lagi. Mencengkram erat kedua tangan Taehyung yang memporandakan rambut berpeluhnya, kemudian bangkit mensejajarkan tubuh demi mengeratkan genggaman dalam tautan tangan keduanya. Jimin menindih Taehyung semakin kuat, memposisikan diri di antara kedua kakinya yang dipaksa terbuka oleh lututnya.

"Jimin--" Taehyung tercekat, Jimin menggigit di perpotongan lehernya. Nafasnya semakin memburu begitu pria Park itu menyeret lidah di seluruh leher jenjangnya. "Jimin! Lepas!" 

Jimin membisu. Lidahnya menggeret hingga ke garis rahangnya. Membuat Taehyung dapat merasakan hangatnya daging tak bertulang itu meliuk-liuk liar, seperti kelaparan. Kemudian, Jimin semakin naik, menangkap cuping telinga Taehyung dengan kedua belah bibirnya. Membasahinya dengan saliva, membuat Taehyung merasakan lembabnya yang kentara.

Taehyung terpekik. Nafas memburu Jimin terdengar sangat jelas di telinganya. Pria Park itu semakin bersemangat mengemut telinga Taehyung dan menjilat belakang telinganya begitu respon pemuda hampir telanjang di bawah himpitannya ini memberikan respon yang sangat memuaskan. 

"Jimin! Ada Yoong-Hyung--ukh," Taehyung melenguh, Jimin dengan percaya diri bergerak, masuk dengan mudahnya, seolah kegiatan ini memang benar-benar sudah sering dilakoni keduanya. "Akh! Akh! Pelan-pelan!" 

Jimin itu kasar. Luar biasa kasar. Jika emosinya sudah tersulut, dan melonjak hingga ubun-ubun, maka sisi kelelakian pria Park itu benar-benar menyeramkan. Taehyung dibuat kesulitan untuk mengatasinya, mendiamkannya dengan rayuan jalus pun takkan mempan.

Hanya satu yang bisa dilakukan, yaitu meredamkan kekasih gelapnya tersebut dengan tubuhnya sendiri.

"J-Jim--" Taehyung meringis saat kepalanya terantuk kayu ranjang karena saking kerasnya Jimin memompa diri. "Jimin, Yoongi-Hyung sedang t-tidur--ngghh! Akh!"

Kamar ini semakin terasa pengap dan panas. Ada tiga manusia yang berada di sana. Salah satunya tengah tertidur lelap di sofa, sementara dua orang tersisa tengah beradegan senonoh. Padahal, bisa saja kegiatan mereka tertangkap si putri tidur. Bisa saja hubungan Jimin dengan yang terlelap itu makin runyam dan berujung akhir. Taehyung sedari tadi dipusingkan dengan pemikiran-pemikiran itu, ia sangat takut bagaimana jadinya kalau Yoongi-Hyung yang tengah tidur di sofa memergok kegiatan intim mereka?

"Yang lebar," bisik Jimin di telinga Taehyung yang memerah. "Nah, buka kakimu, sayang. Yang lebar. Aku ingin memasukimu lebih," satu tusukan kuat Jimin lakukan, Taehyung menjerit sebagai respon, "lebih," Jimin menarik pedangnya dan menusuk kuat-kuat semakin dalam, "lebih menyiksamu."

Taehyung mengerang tertahan. Tangannya kini beralih meremat kain seprei yang melapisi tubuh telanjangnya. "Jim, Yoongi-Hyung, t-tidak menduakan--akh! Dia tidak akan menduakan--ngghh! Akh!"

"Dia telah menduakanku, manis." Jimin mengusap dada Taehyung yang lembut dan sedikit berisi. Kemudian jemarinya dengan lihai menjepit putingnya, memilinnya dengan gemas. "Kau lihat sendiri tadi sore." Tangannya yang lain kini mengocok milik Taehyung yang kurang perhatian, "Dia berciuman dengan Namjoon."

Kali ini, Taehyung tak bisa menahan diri.

Air matanya jatuh.

Membasahi pipinya yang memerah.

Bersitan lirihnya mengalun sakit dari bibir bengkaknya.

Hatinya teriris, meskipun Jimin masih memompa diri, menggembor kehangatan miliknya tanpa ampun, menjadikannya terhentak-hentak--tapi Taehyung tetap merasakan sakit.

Kenyataan bahwa Jimin yang cemburu pada Yoongi-Hyung membuktikan bahwa pria itu sungguh mencintai pasangan hidupnya itu.

Sementara kehadiran Taehyung tidak lebih dari sekedar sahabat. Kekasih gelap.

Tempat paling tepat bagi seorang Park Jimin untuk melampiaskan amarah.

Benar,

Park Jimin mengencani Taehyung semata-mata untuk melepaskan keegoismeannya. Meluapkan emosi yang tertahan karena selama berada di samping Yoongi ia harus menyimpan dengan baik senyumnya--senyum palsunya.

Tanpa ia ketahui.

Bahwa sesungguhnya Taehyung luar biasa remuk redam dibuatnya.

Pelampiasan.

Ya.

Kim Taehyung hanyalah tempat pelampiasan bagi Park Jimin seorang.

...















THE END




uerekka RAMA_BATU hitamputae cherryeoluv BabyJ_im vellichor__07 Jjkkthl macaroonje Kittyhyung Clou3elf MireKazunari Cornflakeszz

ANGSTWhere stories live. Discover now