18. I Need You

1.6K 224 41
                                    

"Bagaimana bisa kau melakukan tendangan seperti itu dengan kakimu yang cedera? Apakah selama ini kau berpura-pura? Kenapa?"

Hoseok merasa tertangkap basah dengan pertanyaan Lalisa. Ia baru sadar jika tindakan refleknya saat menolong orang tadi telah membongkar rahasianya.

"Sial." Runtuk Hoseok dalam hati.

Hoseok mempercepat langkahnya. Berlagak seolah tak mendengar pertanyaan Lalisa. Hanya terus berjalan sambil berharap gadis itu menyerah karena pengabaiannya.

"Hoseok sunbae, kajimaa" Seru Lalisa berusaha menyamai langkah Hoseok.

Hoseok masih tidak mempedulikan Lalisa. Tangannya merogoh earphone di saku jaketnya, memasangkan ke telinganya dan mulai menyetel lagu dari ponsel keras-keras.

"J-HOPE OPPA!!" Teriak Lalisa yang jengkel sebab diacuhkan.

Jemarinya menarik kasar earphone yang Hoseok kenakan hingga terlepas.

"WAE?? KENAPA KAU MEMAKSA IKUT CAMPUR DALAM URUSANKU, HAH??" Bentak Hoseok dengan volume tinggi, "AKU PURA-PURA ATAU TIDAK, ITU BUKAN URUSANMU, PAHAM?"

Bentakan Hoseok membuat Lalisa beku. Matanya mulai berkaca-kaca. Namun itu tak menghentikannya untuk terus menatap mata Hoseok. Sungguh ia berharap mendapat jawaban dari sana.

"Cih, berhenti mengangguku, sasaeng!" Tegas Hoseok sambil membalikkan badannya.

"OPPA, AWAS!!"

Lalisa secepat mungkin merengkuh pinggang Hoseok. Kurang 1 detik saja, mungkin namja itu sudah tertabrak mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi. Keduanya tersungkur ke trotoar. Tubuh Hoseok pun menindih Lalisa.

"BRENGSEK, JANGAN BERDIRI DI TENGAH JALAN!!" Maki si pengendara mobil sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah Lalisa dan Hoseok. Setelah itu ia pergi.

"Akh..." rintih Lalisa sambil memegangi punggungnya.

Airmuka Hoseok berubah cemas. Buru-buru ia membenarkan posisinya dan membantu Lalisa untuk bangun.

"Li.. lisa ya, gwaenchana??" Tanyanya terbata.

"Nee, oppa."

Sebenarnya Lalisa merasakan nyeri yang teramat sangat menyakitkan di punggungnya. Luka lebam di sana kini diperparah sebab terantuk tepian trotoar yang tumpul saat terjatuh tadi. Namun, ia berusaha menutupinya sebisa mungkin agar Hoseok tidak merasa bersalah.

"Ki..kita harus membawamu ke dokter. Ka.. kalau tidak kau bisa lumpuh. Kau tidak bisa menari lagi... semua salahku.. salahku. Maafkan aku.. maaf... maaf"

Hoseok tiba-tiba meracau tak jelas. Ekspresinya sangat ketakutan. Tubuhnya gemetar. Matanya kehilangan fokus. Sementara jemarinya menjenggut-jenggut rambutnya sendiri.

"Op... oppa, ka.. kau kenapa??" Tanya Lalisa bingung.

Mata Hoseok meliar ke sekeliling hingga akhirnya tertuju pada sebuah batu berukuran sedang. Cepat-cepat tangannya meraih batu tersebut.

"Ka.. kaki ini selalu membuat masalah. Kaki ini membuatmu lumpuh dan kau tidak bisa menari lagi. Kaki ini terkutuk. Sial.. sial.. aku harus menyingkirkannya. Siaal.. "

PLAK!!!

Hoseok hendak memukulkan batu itu ke pergelangan kakinya. Beruntung tamparan Lalisa berhasil menghentikannya. Pelan-pelan tangan Lalisa mengambil alih batu itu dan membuangnya jauh-jauh.

"Aku baik-baik saja, oppa. Sadarlah." Kata Lalisa sambil menatap Hoseok dalam-dalam dengan matanya yang sembab. Tangannya menggoyang-goyangkan bahu namja itu.

BURN THE STAGE (BTS)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt