56. Danger Pt. 2

542 63 78
                                    

Jimin POV

Siapa sangka di umur yang masih 20 tahun aku melepaskan seluruh mimpiku. Kurang lebih, hanya 3 tahun aku ditakdirkan mengecap kebahagiaan berada di atas panggung. Itu pun lebih sebagai bayangan seorang Kim Taehyung. Kupikir setelah diterima di Idol University, aku bisa memaksimalkan potensiku dan melampauinya. Nyatanya keadaan semakin memburuk. Seolah keberuntungan memang tak tertulis dalam garis takdirku.

Kekacauan terus berlanjut dan aku tak pernah mengira semua itu terjadi karena rasa ibaku pada Rose. Padahal jika saja malam itu aku menolak tawaran Rose untuk bertemu di Pub X, mungkin malapetaka yang baru bisa kuhindari. Hari itu aku tak bisa mengabaikan tawaran Rose. Meski mulutnya tak berkata apa-apa, tapi tatapan matanya seperti memohon pertolongan. Belum lagi perubahannya yang sangat drastis belakangan. Jauh lebih murung, suka menyendiri dan kerap memaksakan senyum palsu. Bagaimana aku bisa diam saja? Terlebih, sejauh ini hanya Rose yang selalu ada ketika aku menghadapi masa-masa sulit. Jadi, kuanggap tindakanku kali ini sebagai bentuk balas budi.

Malam itu, Rose tiba lebih dulu di Pub X dengan segelas alkohol yang telah habis setengah dan rokok di tangan kanannya. Pemandangan yang tak pernah kubayangkan ada padanya. Wajahnya yang semula nampak frustasi berubah sedikit cerah saat menyadari kedatanganku.

"Kenapa? Matamu seperti melihat hantu saja." Tanyanya disertai kening yang berkerut dan tatapan sayu.

Pertanyaan itu tak langsung kujawab. Sebab, aku segera mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar minumannya. Selanjutnya, kutarik Rose ke sudut ruangan di mana suara dentuman musik takkan terlalu menginterupsi percakapan kami.

"Bir ku masih ada setengah, Jimin." Protes Rose.

"Ini bukan dirimu, Rose. Ada apa denganmu?"

Tanggapan Rose benar-benar membuatku sedih sekaligus kecewa. Ingin rasanya menyangkal jika dia yang di hadapanku sekarang adalah sosok yang biasa kutemui di kampus dulu.

Dengan santai ia  berjongkok dan bersandar pada dinding sudut ruangan itu. Bibirnya masih sibuk mengepulkan asap rokok nya yang belum habis terbakar.

"Hanya sedikit bermasalah." jawabnya singkat.

"Ini tidak bisa dibilang sedikit." kataku sambil merebut rokok tersebut dan membuangnya ke sembarang arah.

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Karena alasan itu aku datang." Tegasku sambil menggenggam tangannya, berusaha memaksanya berdiri, "Bagaimana kalau sekarang kita pulang atau cari tempat lain untuk bicara? Tempat ini tak baik untukmu." Bujukku.

"Memangnya ada tempat yang baik untuk kita? Semuanya sama saja, bukan? Seperti neraka

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Memangnya ada tempat yang baik untuk kita? Semuanya sama saja, bukan? Seperti neraka." Tegas Rose seraya menepis tanganku

"Maksudmu?"

BURN THE STAGE (BTS)Место, где живут истории. Откройте их для себя