Extrapart #5 - (bag.2)

9K 277 6
                                    


Angkasa sudah habis babak belur dibuat Aldo. Demikian Aldo yang juga mendapat perlawanan dari kakak iparnya itu.

Ia sudah tak memikirkan apapun lagi ketika Asha diambil alih oleh perawat, dan akhirnya dinyatakan tidak sadarkan diri.

"Apapun alasan lo, siapapun cewek itu, gw nggak akan pernah maafin lo kalau terjadi apa-apa sama Asha." sebut Airin tajam, melupakan bagaimana terpuruknya Aksa saat ini. Ia tak peduli, ini salah Aksa. Aksa yang lebih dulu lalai menjaga istrinya.

Tenaga medis yang keluar dari ruang perawatan Asha spontan dihampiri ketiga orang yang menunggu.

"Asha dan bayinya nggak apa-apa kan, dok?" tembak Aldo cepat.

"Untungnya tidak terjadi apa-apa kepada ibu dan bayinya," ucap dokter berhasil menimbulkan ungkapan syukur ketiganya.

"Sebenarnya yang terjadi hanyalah kram otot perut. Sering terjadi tapi tetap harus dihindari. Kali ini sepertinya terjadi akibat sang ibu yang kelelahan berjalan, ditambah kepanikan yang akhirnya menyebabkan kehilangan kesadaran. Akan lebih baik jika sang ibu banyak beristirahat dan tetap rutin bergerak."

Aldo tak memperdulikan lagi penjelasan dari dokter. Itu bagian Aksa sebagai suami yang menyimaknya. Aldo lebih dulu memasuki ruangan menghampiri Asha yang masih terlelap di brankar rumah sakit.

Sebenernya lo bahagia nggak sih, Sha? tanya Aldo dalam hati. Tangannya terulur mengelus lembut punggung tangan Asha.

Harus berapa kali lo masuk rumah sakit gara-gara cowok itu?

Kehadiran Airin membuyarkan lamunannya. Aldo juga cepat-cepat menepis pikirannya sebelum masalah kembali muncul antara mereka.

"Sha.." sapa Airin hangat ketika Asha mulai tersadar.

Namun bukan balasan sapa yang Asha berikan, wanita itu langsung panik menyentuh perutnya, "Bayi gw nggak apa-apa kan?"

"Tenang, Sha, tenang. Bayi lo nggak apa-apa."

"Makasih udah bertahan, Sha." ucap Aldo baru menyadarkan Asha atas keberadaannya.

Melupakan posisinya sebagai seorang wanita yang telah menikah bahkan tengah hamil, Asha kembali ke peran seorang Kakak yang membutuhkan adiknya di keadaan berat seperti ini. Pelukan erat Aldo terima dengan Asha yang menumpahkan air matanya di sana.

"Gw takut, Al. Gw udah gagal jadi anak yang berguna, gagal jadi sahabat, gagal jadi Kakak, gw nggak mau gagal jadi ibu, Al. Gw takut anak gw kenapa-napa karena kebegoan gw."

"Enggak, Sha. Lo nggak pernah gagal!" sebut Airin ikut mellow mendengar kepasrahan sahabatnya.

"Siapa bilang lo gagal, Sha? Lo anak, sahabat, kakak, dan calon ibu terbaik buat kita."

Asha mengatur napasnya, tak ingin hal seperti tadi terulang. Ia mengendurkan pelukannya, beralih bersandar pada brankar. Ia sedikit terkejut melihat luka lebam di tubuh adiknya.

Namun kurang lebih mengerti alasan dari luka-luka ini.

"Lo luka-luka mulu kalau di deket gw, Al. Lo harus ngejauh. Gw nggak mau lo kenapa-napa."

"Lo mau gw ngejauh, Sha? Terakhir kita coba itu, lo hampir mati, Sha. Lo masih mau gw ngejauh? Mau gw pergi dari lo?" tanya Aldo yang tak ditanggapi jawaban, hanya Asha menggenggam erat bajunya. Implisit menjelaskan jika ia tak akan melepaskan.

"Lanjutin semuanya, Sha. Lo udah berhasil jadi Asha yang terbaik buat kita. Sekarang siapin diri lo jadi ibu yang terbaik buat bayi, lo."

Asha mengangguk. Mulutnya tetap diam, ia lebih fokus memotivasi diri untuk terus percaya dengan apa yang Aldo dan Airin ucapkan.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now