/Sem•bi•lan/

11.9K 456 18
                                    


Yang terakhir ditangkap manik hitamnya hanyalah sebuah kaki bersepatu yang tanpa aba-aba telah berada tepat di depannya, sebelum akhirnya gadis itu terhuyung dan untungnya jatuh dalam pegangan seseorang.

Asha yang mengerti jelas kesengajaan orang ini, akan saja bertanya jika ia tak lebih dulu berdecak tak percaya melihat siapa yang lagi-lagi sudah ada di depannya. "Kenapa nyelengkat sih? Manggil kan bisa."

"Nggak sengaja sumpah, Sha."

"Terserah lo." sinis Asha muak. Tak perlu penjelasan, permintaan maaf, dan segala kawan-kawannya dulu kan? Semua juga sudah tau jika ada saja tingkah tak terpikirkan dari cowok satu ini.

"Yaudah maaf-maaf. Maaf banget-banget dan banget. Gw sujud deh biar dimaapin."

Melihat pergerakan Revaldo yang sedikit diluardugaan, Asha dengan sengaja menarik kencang telinga lelaki itu untuk mengagalkan niat bersujudnya.

"Aduh, Sha! Kuping gw copot gimana? Seluruh tubuh gw ini kan ngga ada duanya."

"Bodo amat. Udah ih, mau ngapain sih lo?"

Bukannya langsung menjawab pertanyaan si penanya yang sepertinya tengah terburu-buru, Revaldo malah dengan sengaja memanfaatkan keadaan untuk mengulur-ulur waktu.

"Ish, lo tuh nggak boleh galak-galak, Sha. Menurut penelitian para ahli, cewek galak itu suka ngomel-"

"Apaan sih lo, nggak jelas. Udah ih minggir." Asha bergeser, mencari ruang untuknya berjalan melewati Revaldo. Namun tetap saja, Revaldo ya Revaldo. Niatnya menggagalkan niat Asha bersama guru baru yang ia sendiri tak tau akan melakukan apa, sudah bulat. Ia tak suka melihat Asha selalu bersama guru itu. Ia tak mau Asha jadi korban pedofil guru itu. Walaupun sebenarnya Revaldo sendiri juga tak bisa memastikan apa-apa.

"Bentar."

"Revaldo ih! Gw mau kesana."

"Mau ngapain?"

"We just get a little business. So, can Ashlesha leave now?"

Kini bukan lagi tatapan hormat penutup selidik nya yang dilemparkan. Revaldo bahkan jelas-jelas menatap sinis guru baru itu.
"Temenin gw bentar, Sha."

Tak sesuai ekspektasinya, Asha malah mengedikkan bahunya. "Lo lagi kenapa sih?" Dan kalimat itu sepertinya secara tidak langsung menyatakan permohonan pengunduran diri Asha karena gadis itu langsung beralih mengekor Tuan Virgo yang terhormat. Dan mengacuhkan decakan kesal yang tanpa sadar keluar dari mulut Revaldo.

*

Tangan keduanya kini telah kembali bertautan. Entah sejak kapan, namun dapat dipastikan sejak saat itu pula jantung Asha berdegup tak karuan.

Asha bahkan lebih fokus berupaya menetralkan degup jantungnya daripada memperhatikan sekitarnya.
"Kita dekor tema apa?"

"Eh? Terserah Bapak."

"Sha.."

Asha sebenarnya juga tak menyadari panggilannya tadi, untungnya pernyataan kesal Aksa tadi membuatnya samasekali tak merasa bersalah. "Iya-iya, Kak Aksa."

"Ih tapi lebih cocok Bapak. Eh, atau Om aja?" Tawa menghambur dari bibirnya. Secara jahat terang-terangan tak memedulikan lelaki yang tengah mengambek di hadapannya.

Aksa pun memanfaatkan waktu menikmati manisnya senyum yang dirindukan. Ia memilih diam membiarkan senyum tersebut memamerkan kecantikannya.

Merasa diperhatikan, Asha akhirnya menghentikan tawanya. Senyum manis yang berubah salah tingkah hanya memancing senyuman Aksa.
"Ish ngeliatinnya gitu banget."

Bad Teacher Great Husbandحيث تعيش القصص. اكتشف الآن