/Em•pat Be•las/

7.8K 331 4
                                    

Author makin gemay sama tingkahnya Aldo uwuw!

***

Untung saja angkot yang membawanya berhasil menembus kemacetan dari rumah sakit hingga ke sekolah dalam waktu singkat. Walaupun harus datang di detik-detik terakhir setidaknya Asha tidak harus kembali ke rumah sakit akibat tidak diizinkan masuk karena terlambat.

Langkahnya memasuki gerbang utama terinterupsi siswi dengan badge kelas sebelas yang berjalan cepat. Seperti menghindari sesuatu. Dan asumsi Asha dibenarkan karena tak lama suara seseorang yang tengah memanggil terdengar.

"Ra! Lara!"
Suara yang tak asing itu mengalihkan perhatian Asha. Ia tersenyum tipis melihat Revaldo yang terburu-buru menyusul cewek tadi. Sepertinya ada pasangan yang tengah bertengkar.

Di sela jalan cepatnya itu, cenayang kesayangannya itu ternyata masih menyadari keberadaannya. Revaldo masih sambil berjalan cepat, menunjuk ke arah cewek yang dipanggil lara tadi pergi. Tatapan dramatis diberikannya sebagai kode bahwa ia tak bisa menghampiri Asha lebih dulu karena tugas negara yang menunggu. Asha hanya terkekeh melihatnya.

Melanjutkan jalan, tak begitu lama berhasil karena tiba-tiba sahabatnya muncul di tengah jalan. "SHA!"

Yang dikejutkan spontan menutup mata dan menghela napas, mengatur diri dari efek kejut yang disengaja tadi. "Apa sih?"

"Ada banyaaaak banget yang harus gw tanyain dan gw kasih tau." ujar Airin semangat.

"Trus?"

"Ih lo mah, nggak ada kepo-kepo nya apa?" omel Airin kecewa kehebohannya dibalas seadanya.

"Iya-iya. Nanya dulu aja." Bukan tanpa sebab namun Asha yakin sahabatnya ini pasti menanyakan alasannya menghilang dari peradaban kemarin. Dan menjawabnya bukan hal yang sulit.

"Mulai dari mana ya? Hm.. lo kemana kemaren?"

Tuh kan.

Asha meletakkan tasnya di atas meja dan menempati kursinya. "Nyokap gw masuk rumah sakit."

Tatapan penasaran Airin langsung berganti penuh simpati. "Cepet sembuh Tante Trisha.." monolognya sedih. Namun tak begitu ditanggapi Asha karena kini lihatlah sendiri ekspresi Airin yang kembali berganti. Bukan karena harapannya barusan itu palsu, tapi tiga tahun berteman dekat dengan Airin membuat Asha tau jelas jika sahabatnya ini tengah tenggelam dalam penasaran. Dan sulit memang untuk dialihkan sebelum mendapat jawaban.

"Trus yang ke dua, lo punya hubungan apa sama Pak Pirgo?"

Mampus lo, Sha.

Asha menutupi keterkejutannya dengan kernyitan tak mengerti. Padahal jantungnya sudah jedag-jedug tak karuan, khawatir jika selama ini ada yang telah menyadari hubungannya dan Aksa sudah melewati batas wajar seorang guru dengan muridnya.

"Guru dan murid lah, apaan lagi?"

Airin mendengus mendengar jawaban yang tak diharapkannya. "Ya gw juga tau. Maksudnya kan bisa aja yang lain. Siapa tau dia sugar daddy lo."

"Anjir, lo aja sono."

"Nggak mau ah, galak." celetuk Airin menuai tawa.

"Masalahnya ni, Sha, tadi pagi si Pirgo ke sini. Nanyain lo dong. Dia nanya kemaren lo masuk atau engga, trus nanya ke gw kenapa lo ga masuk."

Asha terkejut bukan main. Apa-apaan guru menyebalkannya ini. Mereka tak memiliki hubungan jelas apa-apa sudah main go public saja!

"Beneran lo, Yi?" tanya Asha penuh selidik, berharap ada kebohongan di kalimat Airin tadi.

Bad Teacher Great HusbandWhere stories live. Discover now